Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Kemerdekaan Itu Dimulai dari Menulis

Diperbarui: 16 Agustus 2016   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pahlawan menulis (http://assets.kompas.com/)

Para pejuang kemerdekaan, kebanyakan mereka adalah penulis.  Sebut saja Sukarno, Thamrin, Ki Hadjar Dewantoro atau Hatta.  Menulis bagi mereka adalah mengekspresikan gagasan, menganalisis fenomena, dan menyampaikan harapan tentang bangsa, atau kemerdekaan.  Dari tulisannya itu, pikiran para pejuang dapat dibaca, pejuang dikenali, dan pejuang itu diharapkan.  Lebih dari itu, tulisan juga mampu memberikan visi, misi, dan deskripsi kemerdekaan.  Hal ini yang ditakutkan oleh para penjajah.

Saat itu, Belanda mencermati benar setiap tulisan para pejuang, sekaligus sangat kuatir berdampak kepada pergerakan kemerdekaan.  Tulisan itu memang berpengaruh besar bagi perjuangan, dan bermuara kepada lahirnya kemerdekaan tahun 1945.

Ketika sebuah tulisan lahir, seorang penulis melepaskan belenggu yang ada di hati dan pikirannya.  Belenggu membuat sesak, ada perasaan memberontak, dan ingin dilepaskan menjadi gagasan atau buah pikiran yang segar, terang, melegakan dan menyenangkan.

Belenggu itu ada dua macam.  Pertama dari adanya gap tentang fakta atau fenomena yang tidak sesuai harapan.  Itu yang umumnya diangkat oleh para pejuang penulis dari suasana penjajahan.  Perasaannya terluka akibat ketidakadilan, kesewenangan dan perampasan hak oleh pemerintah Belanda.

Belenggu kedua dari kegelisahan atau pergumulan hati penulis.  Penulis berupaya menyelesaikan atau menghapus gap (dari belenggu pertama) namun menghadapi kendala.  Penulis tidak mampu berbuat nyata, misalnya mengangkat senjata, mengusir penjajah.  Kemampuannya hanyalah menulis.  Menulis atau menggagas tentang penghapusan ketidakadilan.  Ini yang dilakukan Ki Hadjar Dewantoro dengan menulis  "Seandainya Aku Seorang Belanda" (Als ik een Nederlandse), dimuat dalam surat kabar De Expres.

Karena itu, sebuah tulisan mencerminkan kemerdekaan penulisnya.  Ia berhasil melepas belenggu, dan tulisannya memberi solusi dan menginspirasi untuk perubahan dan perbaikan.  Sebuah tulisan juga mentransfer pengetahuan, memerdekakan orang dari berbagai keterbatasan

Para penulis besar, misalnya Imam Nawawi dengan berbagai kitab yang ditulisnya, hingga saat ini dibaca banyak orang, adalah pejuang.  Pejuang yang mengantarkan ilmu, menunjukkan jalan lurus, mencerahkan, dan membebaskan banyak orang dari ketidak-tahuan.  Buku beliau menginspirasi generasi demi generasi, melahirkan para ulama dan orang-orang berpengetahuan di berbagai belahan dunia.

Menulis sebagai hal yang memerdekakan perlu dilakukan oleh semua orang.  Orang yang menulis, sekali lagi adalah orang yang merdeka.  Orang yang terlepas dari belenggu permasalahan yang sedang dihadapi.  Menulis dapat menjadi alternatif menyelesaikan masalah, melakukan hal positif, sekaligus menambah pengetahuan.

Sebuah buku berjudul Feel Free to Write, ditulis John Keenan (1982) memberi panduan melatih menulis bagi para pengusaha atau entrepreneur.  Tulisan dapat berfungsi bukan hanya sebagai alat komunikasi dalam bisnis, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk meningkatkan produktivitas, dan mengajak kepada hal-hal positif.  Pengusaha perlu menulis agar ia terhindar dari posisi stagnan, dan tetap dalam steady state menjalankan usaha bisnisnya, mengembangkan pengetahuannya, dan taktis mengambil keputusan.  

Seorang polisi, hakim, dosen, pejabat, dokter atau profesi apapun perlu menulis untuk membebaskan dirinya, memerdekakan dirinya dari perihal harian yang dihadapinya.  Saat ia menghadapi permasalahan dalam tugas kerja, tertekan, jenuh atau galau, maka ia perlu menulis agar bebannya hilang.   Dalam menulis itu, ia terpaksa mengalihkan pikiran dan perhatiannya dengan aktivitas membaca, menambah pengetahuan, menggali referensi, untuk bisa menghasilkan tulisan.

Disaat merasa suntuk, jenuh, terus mengeluh, uring-uringan, maka anda sedang tidak merdeka.  Maka segera ambil buku, membacalah.  Ambil pena, menulislah.  Buka laptop, mengetiklah.  Maka anda sedang merdeka.

Sekali merdeka tetap merdeka, bila anda menulis.

Surabaya, 16 Agustus 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline