Bagi seorang penulis, menulis adalah kehidupan. Tidak menulis berarti tidak ada kehidupan. Karenanya ia akan terus menyempatkan dan mengusahakan untuk menulis. Seperti orang bernafas, ia akan terus bernafas agar ia terus hidup. Menulis relatif sama seperti bernafas. Menulis relatif tanpa usaha, cuma mengandalkan pikiran dan tangan. Bahkan orang dalam keadaan sakit, selama ia bisa berpikir dan duduk, maka tidak menghambat aktivitas menulis. Dalam keadaan tertentu seorang penulis minta bantuan juru ketik untuk menuliskan pikirannya.
Natalie Goldberg, penulis buku Writing Down The Bones: Freeing The Writer Within (1986), menyatakan bahwa seorang penulis seperti hidup dua kali. Hidup yang pertama kali adalah menghasilkan tulisan awal. Hidup yang kedua adalah ketika memeriksa tulisan awal, dan mengujinya. Kehidupan seorang penulis ini akan berlangsung terus, berpacu dengan waktu, menguasai hal-hal detil, untuk melahirkan tulisan-tulisan berikutnya. Menulis akan membuatnya hidup.
Penulis merekayasa kehidupan dengan kekuatan imajinasinya, melalui bahasa tulisan. Penulis dapat membuat pembaca memperoleh pengetahuan, inspirasi, dan kesan. Pembaca dapat dibuat bertanya-tanya, terkejut, marah, kecewa, menangis atau bersedih. Penulis seolah-oleh sedang mempengaruhi pembaca memasuki kehidupan atau hal-hal detil yang diskenariokan penulis. Ada penulis yang langsung survei lokasi cerita agar ia mampu menggali dan mengembangkan cerita layaknya kehidupan dunia nyata.
Ilustrasi bagaimana menulis menciptakan kehidupan terlihat saat menulis cerita tertentu. Penulis menyusun skenario tertentu melalui kronologi dan ruang, menciptakan alur, mendeskripsikan suasana, membangkitkan/menghentikan peran, closeup, flashback atau ending.
Menulis hal-hal yang menyenangkan atau membahagiakan membutuhkan kemampuan penulis untuk menjelaskan definisi atau deskripsi senang atau bahagia. Menulis hal yang positif juga harus paham perihal yang positif. Tentu saja hal ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang penulis. Tulisan yang positif akan memancarkan hal positif kepada pembaca. Pembaca juga merasa senang dan bahagia, serta memperoleh manfaat yang positif.
Saat menulis, seorang membutuhkan suasana hati, mood, dan konsentrasi. Pikirannya perlu nyaman dan jernih agar fokus dalam mendisain atau merekayasa cerita kehidupan. Ahli psikologi menyatakan bahwa aktivitas menulis atau kondisi saat menulis itu melatih kesehatan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik, dan meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit. Terlebih, menulis hal-hal yang positif akan membuat hati dan pikiran ikut terbawa kepada suasana positif. Tulisan yang memotivasi dan menyemangati, membuat hati dan pikiran ikut termotivasi dan bersemangat.
Penjelasan tersebut sangat mudah dipahami. Seorang yang sedang menulis pikirannya terfokus hanya pada tulisan, dan menghindari pikiran lainnya, serta mengurangi tekanan (bila memiliki) masalah. Jangan heran, seorang penulis sering lupa tidak punya uang, bisa lupa tanggal tua.. he..he. Bila fokus menulis dilakukan terus menerus, maka penulis berada pada kondisi suasana hati yang positif dan obyektif. Pengetahuan (agama dan ilmu) membuat seorang penulis terlatih mengelola hati dan pikiran, mampu mengendalikan masalah dan amarah. Penulis akan menunjukkan sikap yang rendah hati dan bersyukur, sehingga berdampak kepada fisik badan menjadi sehat dan menghasilkan kebahagiaan.
Kebahagiaan hidup seorang penulis adalah hal wajar. Ia bahagia karena tulisannya memberi manfaat kepada orang lain. Seorang yang terbiasa menulis senantiasa berpikir tentang ilmu dibanding nafsu, mementingkan harmoni dibanding disonansi, serta bersikap sabar dan menjauhi perilaku onar. Ilmu pengetahuan memandu lahirnya solusi kehidupan yang bermartabat. Harmoni mencerminkan kebersamaan dan keseimbangan, disertai kepedulian dan kasih sayang. Kesabaran mencerminkan kerendahan hati dan keikhlasan memandang kehidupan.
Sungguh, berbahagialah kehidupan para penulis itu. Mereka hidup secara positif. Mari bergabung dengan mereka. Siapkan hati dan diri untuk menulis, berbagi kehidupan dan kebahagiaan.
Malang, 27 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H