[caption caption="lamang dan kawa daun Pak Pangeran Sardi (koleksi pribadi)"][/caption]Satu lagi kuliner dengan kekhasan Sumatera Barat, yakni kawa daun. Apa itu? Ini adalah minuman hangat yang terbuat dari daun kopi. Pengunjung dapat mencoba minuman khas ini di pondok kawa daun Pak Pangeran Sardi, yang terletak di jalan raya perbatasan Padangpanjang ke arah Bukittinggi sekitar km 6, masuk Nagari Aie Angek. Di pondok ini pengunjung bisa melepas lelah sambil menikmati keindahan alam pegunungan Bukit Barisan, dengan menikmati minuman hangat dari daun kopi.
[caption caption="Pondok kawa daun (kanan) Pak Pangeran Sardi (kiri) (koleksi pribadi)"]
[/caption]Minuman kawa daun (atau bisa disebut daun kawa), uniknya disajikan bukan di cangkir atau gelas, tetapi disajikan dalam batok tempurung kelapa. Agar tegak berdiri, tempurung didudukkan di tabung bambu. Rasa kopi sungguh terasa dan menyegarkan, dengan aroma khas yang harum. Bila tidak menyukai kopi, pengunjung bisa minta tambah susu, yang juga tidak kalah nikmatnya.
Istilah kawa daun, merujuk kapada daun kopi jenis arabika, yang memang terkenal cita rasanya. Minuman ini dibuat dari daun kopi yang disangrai. Daun hasil sangrai ini warnanya juga hitam, seperti halnya biji kopi. Ini yang kemudian diseduh menjadi minuman kawa daun. Kok bukan dari biji kopi? Ini memang ada sejarahnya. Dahulu, di jaman penjajahan Belada penduduk kabarnya dilarang memanfaatkan biji kopi untuk membuat minuman. Biji kopi hanya untuk orang-orang Belanda. Karenanya, penduduk pribumi kemudian berkreasi menggunakan daun kopi untuk dibuat minuman kopi.
[caption caption="Lamang berisi pisang raja (koleksi pribadi)"]
[/caption]Pak Pangeran Sardi pemilik pondok menyatakan bahwa minuman kawa daun punya khasiat menurunkan darah tinggi dan stroke. Ia sudah mengelola pondok kawa daun selama empat tahun, dan sudah membuka cabang di sekitar air mancur Lembah Anai. Jumlah pengunjung pada hari Sabtu Minggu mencapai 400 orang, sementara di hari-hari biasa mencapai 100 hingga 200 orang.
Masih ada menu pelengkap di pondok Pangeran Sardi ini, yakni lamang pisang, tape ketan hitam, dan durian. Panganan lamang pisang, disajikan hangat-hangat langsung dari bara api. Lamang berisi pisang raja, yang beraroma khas. Menyaksikan proses penyajian lamang ini juga menarik. Lamang diletakkan dalam bambu, yang di dalamnya sudah diberi santan dan bumbu. Pembakaran ini dilakukan selama dua jam. Setalah matang, bambu dibelah dan dikeluarkan lamangnya. Lamang diiris sesuai permintaan dan siap disajikan hangat-hangat. Lamang ini dapat dimakan terpisah atau diberi tapai ketan hitam atau buah durian. Pada hari libur, Pak Pangeran Sardi membuat lamang hingga 100 buah potongan bambu.
[caption caption="Suasana pondok kawa daun (sore hari) (koleksi pribadi)"]
[/caption]Pondok Pangeran Sardi buka pagi hingga sore hari. Pondok yang terletak di sisi barat jalan raya ini, memiliki meja lesehan panjang, memuat hingga 40 orang. Di sini juga tersedia fasilitas toilet, parkir dan musholla. Siang hingga sore hari adalah saat ramai-ramainya pengunjung, di mana udaranya yang sejuk dapat dihangatkan oleh sensasi minuman daun kawa. Menjelang Maghrib, pondok biasanya tutup karena kawa daun dan lamang umumnya sudah habis.
Kuliner Nusantara luar biasa
Malang, 29 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H