Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Ridwan Kamil Baiknya Sebagai Playmaker

Diperbarui: 28 Februari 2016   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://4muda.com/"][/caption]Mengambil keputusan maju, atau tidak menuju DKI-1 bagi Ridwal Kamil, sedang ditunggu banyak orang.  Sejauh ini kang Emil, panggilan akrabnya, sudah menghitung langkah-langkahnya.  Konsultasi atau menemui banyak pihak atau tokoh, termasuk pertimbangan keluarga dan Ahok, telah dilakukan.  Siapapun paham bahwa Ahok adalah faktor penting, calon terkuat gubernur DKI.  Ahok telah menunjukkan kinerja nyata membangun DKI.  Kang Emil juga memiliki prestasi bagus dalam memimpin Bandung.   Dua-duanya orang smart, memiliki leadership sekaligus menjadi manajer yang baik. Andai kang Emil memimpin DKI, Insya Allah pasti berhasil.

Keputusan sedang disiapkan kang Emil.  Sebagaimana orang-orang hebat lain, kang Emil pasti mengambil keputusan yang tepat.  Apapun hasilnya, tentu telah ditimbang, diukur dan ditelaah.  Paling tidak, tiga hal ini yang perlu dipertimbangkan.

Pertama hati nurani.  Kita tidak pernah tahu sesungguhnya apa yang menjadi niat atau motivasi kang Emil untuk maju mencalonkan diri.  Kang Emil perlu menyaring dan mengukur, antara inisiatif pribadi, desakan pihak lain, atau kombinasinya, atau hal lain.  Hanya Allah yang tahu.  Karenanya ia perlu merenung, memohon petunjuk kepada Allah, agar benar-benar keputusannya lebih karena “nur” bukan hasrat berkuasa.  Nur itulah yang akan memberikan kekuatan, kemudahan dan pertolongan.

Kedua beban, ongkos dan pengorbanan (cost).  Maju menjadi cagub DKI memiliki beban, ongkos dan pengorbanan yang besar dan tidak menentu.  Ia harus bargaining dengan pihak-pihak tertentu yang mungkin melawan hati nuraninya.  Cost itu tidak ditanggung sendiri, ia share melalui mekanisme milih calon wagub/gub, nego dengan parpol, dan tim sukses.  Sejauh ini, kang Emil juga masih maju dan tampil sendiri.  Belum ada sinyal tokoh kunci untuk merestui pencalonannya.  Ini berarti ia perlu energi besar untuk menghandle cost tersebut. Cost lain yang mesti dihadapi adalah pengorbanan keluarga, masyarakat Bandung, dan pihak lain.  Hasil dari pengorbanan (cost) itupun masih belum pasti.

Ketiga timing.  Kang Emil posisinya sekarang bukan sebagai penyerang dalam main bola.  Juga bukan sebagai back atau kiper.  Ia harus memposisikan sebagai pengatur permainan (play maker), mengatur tempo permainan, menghemat energi dan cost.  Lawan permainan bukan Ahok saja, tetapi kumpulan lawan anonim, dari mana saja.  Posisi lawan bagaikan tim Panser Jerman, yang punya power, speed dan strategi yang unggul.  Kang Emil tidak boleh larut dalam permainan lawan.  Akang harus memiliki strategi yang lebih jitu, yang membiarkan lawan dalam posisi lengah, kemudian memanfaatkan timing menjadi gol.  Kang Emil pasti paham hal ini karena juga skuad tim maung bandung. He..he.  Dan mungkin saja, tim Bandung belum timingnya ketemu Jerman saat ini.  

Kang Emil tetap kang Emil, baik maju atau tidak.  Menjadi gubernur atau tidak, Bandung dan DKI tetap aman, Indonesia makin maju.  Tiap pilihan atau keputusan ada resikonya.  Kang Emil sudah memperoleh dan mencapai semuanya, keluarga bahagia, figur teladan dan idola masyarakat dan bangsa.  Semoga sehat selalu.

Malang, 28 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline