Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

Jokowi, Akankah Terus Mengejutkan

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo (sumber http://data.tribunnews.com/)

[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Presiden Joko Widodo (sumber http://data.tribunnews.com/)"][/caption] Kita tentu terkejut dan senang dengan langkah Jokowi menemui elit parpol koalisi merah putih (KMP), yang membuat suasana menjadi sejuk.  Sebelumnya fenomena blusukan, RAPOPO, ORA MIKIR, hingga kemenangannya dalam Pilpres adalah sudah pasti mengejutkan.     Hingga disitu, paling tidak pandangan penulis, Jokowi mampu menembus batas pemikiran banyak orang.  Banyak orang masih menggunakan cara berpikir lama, emosi, atau menyalahkan orang lain.  Itu semua mampu diurai secara jernih oleh respon Jokowi. Ia bisa melepaskan diri dari atribut gengsi, kosmetik harga diri, sok alim, jaim dan atribut topeng dunia lainnya. Jokowi dengan kerendahan hati, kejujuran, dan keikhlasan lebih mementingkan substansi, langsung ke persoalan, dan selesai.   Lihatlah, Jokowi dengan jujur menyatakan ia tidak punya rumah di Jakarta, sehingga ia ijin numpang dulu di rumah dinas Gubernur DKI sambil menunggu boyongan ke Istana.

Hingga pelantikan sebagai presiden kemarin (20/10), fenomena Jokowi terus mengejutkan semua pihak.  Dalam pidato pelantikan Jokowi, ada setidaknya dua hal yang mengejutkan, yakni menyebut Prabowo sebagai sahabat, dan menyebut nama (pertama) nelayan, buruh, ... dan kalangan profesional.  Menyebut Prabowo sebagai sahabat di dalam  MPR plus forum dunia itu, tentu suatu apresiasi yang nyata untuk menghormati kenegarawanan Prabowo.  Dan Prabowo pantas menerima itu.  Menyebut nama nelayan, buruh, petani di depan, juga mengejutkan, karena jenis profesi ini kurang biasa diutamakan dalam forum resmi kenegaraan.  Padahal mereka itu adalah komponen besar bangsa ini.

Usai dilantik, kita terkejut dangan respon masyarakat yang menyambutnya.  Dimana-mana ada syukuran pesta rakyat, semua bergembira menyambut hadirnya pemimpin baru.  Panggung rakyat di Monas pun terkaget-kaget, bagaimana Jokowi berlarian di atas panggung menyapa rakyatnya.  Awas pak Jokowi! Mungkin begitu yang ada di benak pengawalnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Jokowi di panggung pesta rakyat Monas (sumber http://data.tribunnews.com)"]

Jokowi di panggung pesta rakyat Monas (sumber http://data.tribunnews.com)

[/caption] Kini Jokowi secara resmi sudah menjabat Presiden, didampingi JK sebagai wapres.  Kita sedang menunggu keterkejutan berikutnya.  Apa itu? Tentu susunan kabinet.  Mengapa, karena rumor susunan kabinet juga sudah beredar.  Kita tunggu saja, apakah akan mengejutkan?

Website majalah Time (http://time.com/3523168/indonesia-jokowi-inauguration-president/) menyajikan problem yang dihadapi Jokowi ke depan.  Dan ini adalah kehidupan nyata selama lima tahun ke depan yang mungkin menjadi kendala.

Pertama, posisi KMP di DPR sangat kuat.  KMP berpotensi mengganggu program-program pemerintahan Jokowi.  KMP akan lebay mencari-cari kesalahan terhadap jalannya pemerintahan, termasuk melemahkan kelembagaan negara yang mengawasi DPR.  KMP ingin DPR imun dari KPK atau kontrol kekuasaan lainnya.

Kedua, pertumbuhan ekonomi.  Jokowi  menjanjikan pertumbuhan rata-rata 7 persen per tahun.  Harapan ini sesungguhnya cukup berat karena pencapain seleblumnya paling tinggi hanya sekitar 6.5 persen.   Jokowi tentu ingin membangun jalur logistik yang lebih efisien dan produktif sebagai  negara kepulauan terbesar di dunia, juga sekaligus pusat transportasi global. Bila jalur itu terbangun, maka pembangunan wilayah akan tumbuh dan berjalan, produksi ekonomi nasional akan meningkat.

Ketiga, ekstremisme agama.  Sekalipun aksi terorisme menunjukkan penurunan, namun masih ada kelompok radikal berbasis agama, yang menginginkan penerapan kehidupan syariat agama; dengan atau tanpa dalih HAM.  Kelompok atau organisasi ini bergerak secara legal maupun ilegal bertindak di luar wewenang hukum.

Keempat birokrasi yang lamban.  Jokowi besar dari latar belakang pengusaha.  Ia tahu bagaimana peran pengusaha dan birokrasi menjalankan fungsinya dengan baik.  Ia sukses memimpin  Solo atau Jakarta karena menerapkan tata kelola yang bersih, berorientasi melayani, transparan dan bebas korupsi.    Ia ingin mengubah birokrasi bermental pelayan.  Birokrasi yang smart, canggih, dan cepat dalam melayani.

Sebagai penutup, jiwa petarung  Jokowi, Insya Allah, akan dapat menghadapi permasalahan tersebut.  Ia pasti punya siasat dan senjata solusi yang mengejutkan.

Lembah Panderman, Malang, 21 Oktober 2014

Tulisan terkait

  1. http://sosok.kompasiana.com/2013/09/28/kepemimpinan-insinyur-jokowi--596002.html
  2. http://politik.kompasiana.com/2014/10/19/menyambut-indonesia-tersenyum--681292.html
  3. http://sosbud.kompasiana.com/2014/08/06/ayo-kerja-tinggalkan-urusan-pilpres-667444.html



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline