Lihat ke Halaman Asli

Iwan Nugroho

TERVERIFIKASI

Ingin berbagi manfaat

2015: Tahun Kemanusiaan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liputan6.com

[caption id="" align="aligncenter" width="606" caption="Liputan6.com"][/caption] Tahun baru 2015 ditandai dengan berita duka dunia penerbangan nasional.   Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya ke Singapura jatuh di perairan Selat Karimata pada pagi hari 28 Desember 2014.  Kini proses evakuasi puing pesawat (debris), barang dan jenazah sedang diupayakan.  Berbagai kendala evakuasi sedang dihadapi oleh tim Basarnas, TNI dan POLRI serta masyarakat dan negara sahabat.  Kendala utama adalah iklim yang ekstrim, angin dan gelombang tinggi yang menghambat evakuasi.  Cerita dan diskripsi kemanusiaan dalam tragedi ini mengemuka.  Semua orang termasuk dari luar negeri memberikan ucapan duka, simpati dan batuan untuk proses evakuasi.

Inilah tragedi kemanusiaan.  Nilai-nilai kemanusiaan dijunjung tinggi dan dihormati, tanpa melihat latar belakang dan asal korban dan keluarganya.  Keluarga korban sedang menghadapi kesedihan luar biasa.  Musibah ini juga dapat mengenai siapa saja.  Kerja keras Basarnas dan tim pendukungnya begitu mulia, menghadapi kondisi alam,  untuk menyelamatkan jenazah korban.  Rasa haru dan bangga ditujukan kepada tim penyelamat, termasuk dari luar negeri, yang sangat menghormati setiap jenazah yang dievakuasi (respect the dead).  Kita sangat menghargai bantuan negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Australia; termasuk menyediakan kapal, pesawat dan berbagai perlengkapannya untuk evakuasi.Sebuah tulisan berjudul Respecting the Living Means Respecting the Dead too (McGuinness and Brazier, 2008).  Tulisan itu menyatakan pentingnya menghargai kematian.  Seorang yang meninggal, bagaimanapun ia masih memiliki keluarga.  Kepentingan keluarga inilah yang menjadi alasan mengapa jenazah harus dihormati.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="bbc.co.uk"]

bbc.co.uk

[/caption] Dalam agama Islam, jenazah harus diperlakukan dengan hati-hati, seolah-olah memperlakukan orang yang masih hidup.  Hadits Rasulullah SAW mengatakan: “mematahkan tulang rusuk mayat itu sama dosanya dengan mematahkan tulang rusuk orang yang hidup”.  Setelah itu, jenazah disucikan dan disholatkan.  Kemudian penguburan hendaknya dilakukan sesegera mungkin. Dan Allah memberikan balasan kebaikan kepada orang-orang memperlakukan jenazah dan hingga ke penguburan.

Musibah AirAsia memberikan makna untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.  Manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi saling membutuhkan.  Banyak pelajaran dapat direnungkan, khususnya bagi bangsa Indonesia ke depan.

(1)Manusia adalah makhluk Allah SWT apapun latar belakang, asal maupun agamanya.  Manusia yang meninggal, jasadnya harus diselamatkan dan diperlakukan sebaik-baiknya.  Jasad tersebut harus dihormati seperti halnya menghormati keluarganya, serta menyegerakan penguburannya.  Hal yang berkaitan dengan penguburan disesuaikan dengan keyakinan atau agama keluarga jenazah.

(2)Menghormati manusia dan nilai-nilai kemanusiaan bersifat universal.  Uluran bantuan negara-negara sahabat, dalam pencarian dan evakuasi korban, adalah murni bentuk penghormatan atas nilai-nilai kemanusiaan, sekali lagi tanpa memandang latar belakang, asal atau agama.  Hal ini menunjukkan bahwa bantuan kemanusiaan adalah kebutuhan bersama.  Menentukan kebutuhan bersama bermakna menjauhkan diri dari keinginan atau kepentingan individu.  Kiranya perlu dikembangkan kebutuhan-kebutuhan bersama di dalam masyarakat, misalnya keamanan, kenyamanan, dan penghormatan.

(3)Sikap berkebutuhan bersama perlu dikembangkan.  Sikap ini pada dasarnya adalah sikap untuk memberi, bukan memaksakan, meminta atau menuntut.  Sikap memberi membutuhkan kebesaran hati, kaya hati, kerendahan hati, sabar dan ikhlas.  Sikap ini dimiliki oleh mereka yang suka belajar, banyak membaca, terdidik dan berilmu.  Sikap ini diperlukan oleh seluruh warga bangsa utamanya para pemimpin.  Pada dasarnya, apa yang diberikan (atau apa yang dibutuhkan) itu adalah pengetahuan  dan informasi turunannya, yang dapat ditransformasi menjadi teknologi, produksi dan kesejahteraan.

Penulis bermimpi, warga bangsa Indonesia menjadi pembelajar.  Belajar menghargai orang lain, memahami nilai-nilai kemanusiaan.  Semua orang Indonesia menjadi saling memberi informasi yang positif, saling membantu, senang bersedekah, dan berinisiatif kepada manfaat dan kebaikan.  Disinilah bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, bermartabat dan beradab.

Selamat Tahun Baru 2015

Lembah Panderman, 1 Januari 2015

McGuinness, S and M. Brazier.  2008.  Respecting the Living Means Respecting the Dead too.  Oxford J Legal Studies (2008) 28 (2): 297-316.

Tulisan sebelumnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline