Lihat ke Halaman Asli

Iwan Murtiono

Google-YouTube project contractor

Rubah AL RI dan Filipina dari Korban Agresi Jadi Disegani

Diperbarui: 18 September 2024   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Drone Laut Squadron 3/ gallerytrendydigest.com

Merubah AL Filipina dan Indonesia secara Revolusioner dari Korban Bully menjadi Pelaku

Ketegangan di Laut China Selatan semakin memanas. Selama dua tahun terakhir, kapal-kapal Penjaga Pantai Filipina terus menjadi target provokasi oleh Penjaga Pantai China. Insiden demi insiden, mulai dari tabrakan kapal hingga tembakan meriam air, memperlihatkan kesombongan China di wilayah yang diperebutkan ini. Namun, ketegangan ini bukan hanya soal bentrokan kecil antar kapal; ini adalah medan pertempuran geopolitik yang berisiko melibatkan Amerika Serikat.

Suatu pagi yang gelap di perairan dekat Sabina Shoal, sirine peringatan di atas kapal Penjaga Pantai Filipina Cape Engao memecah keheningan. Para kru bergegas mengenakan pelampung, saat kabar tersebar bahwa kapal mereka baru saja ditabrak oleh kapal China yang dua kali lebih besar. Di tengah rasa takut dan kebingungan, mereka sadar bahwa insiden ini hanyalah salah satu dari serangkaian bentrokan yang semakin menguji batas kesabaran Filipina.

Pemerintah Manila, yang terikat dalam perjanjian pertahanan dengan Washington, terus bernegosiasi dengan Amerika Serikat mengenai kapan dan bagaimana intervensi militer AS dapat terjadi jika China terus menginjak kedaulatan mereka. Namun, di luar diplomasi dan politik, bagi para kru kapal di lautan yang gelap itu, pertanyaan yang lebih mendesak muncul: Bagaimana Filipina bisa menghentikan dominasi China dan memastikan keselamatan wilayah lautnya di masa depan?

Skenario Pertahanan Futuristik Filipina Menghadapi Agresi China

Dalam skenario ini, Filipina yang selama ini dikenal memiliki angkatan laut tradisional, memutuskan untuk mengadopsi taktik futuristik yang terinspirasi dari penggunaan teknologi oleh Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia. Salah satu langkah inovatif yang diambil adalah penerapan sea drones dan rudal jarak jauh yang dirancang untuk menargetkan kapal perang lawan, termasuk kapal angkatan laut China yang sering menyerang wilayah laut Filipina.

Taktik Pertahanan dan Deterrent:

Filipina, yang selama ini selalu terjebak dalam deeskalasi di Laut China Selatan, mulai beralih dari strategi defensif pasif menuju pertahanan aktif dengan menerapkan taktik hit-and-run menggunakan teknologi sea drone dan rudal presisi tinggi. Teknologi ini bukan hanya membuat Filipina mampu menghancurkan kapal perang Rusia yang beroperasi di perairan strategis, tetapi juga memberikan peringatan serius kepada China tentang keberadaan kekuatan deterrent yang tak terduga.

1.Penggunaan Sea Drone:

  • Filipina mengembangkan armada sea drones yang mirip dengan drone laut Ukraina yang digunakan untuk menyerang kapal Rusia di Laut Hitam. Drone ini dirancang untuk menavigasi secara otomatis ke sasaran kapal perang musuh, membawa bahan peledak yang dapat menembus lapisan pertahanan kapal. Dengan teknologi ini, Filipina tidak perlu terlibat langsung dalam pertempuran laut terbuka, yang selama ini menjadi kelemahan besar mereka.

2.Rudal Presisi Jarak Jauh:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline