Lihat ke Halaman Asli

Iwan Murtiono

Google-YouTube project contractor

PDIP: Gelorakan Demokrasi Kalau Anies Jadi Anggota

Diperbarui: 28 Agustus 2024   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

fajar.co.id/Anis & Ahok

Analisis: Pilihan PDIP Mengusung Pramono Anung dalam Pilkada Jakarta 2024

Pemilihan Pramono Anung sebagai calon gubernur dari PDIP untuk Pilkada Jakarta 2024 dibandingkan dengan tokoh eksternal seperti Anies Baswedan mencerminkan beberapa pertimbangan strategis partai. PDIP, sebagai partai ideologi, sangat menghargai loyalitas kader dan kejelasan arah perjuangan. Pramono Anung, yang memiliki rekam jejak panjang sebagai kader PDIP dan telah menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, dipandang sebagai figur yang tidak hanya memahami arah dan tujuan partai, tetapi juga memiliki keterikatan kuat dengan visi PDIP dalam membangun Jakarta.

Selain itu, dengan mengusung Pramono Anung, PDIP berusaha memperkuat dukungan dari basis pemilih setianya dan menjaga konsistensi ideologis partai. Keputusan ini mungkin juga didorong oleh kekhawatiran bahwa mendukung tokoh eksternal seperti Anies Baswedan, yang dikenal dengan basis pendukung yang berbeda, bisa menimbulkan gesekan dalam internal partai dan berpotensi dianggap sebagai langkah pragmatis yang mengabaikan prinsip ideologi partai. Pernyataan Komarudin Watubun yang menegaskan bahwa partai ini terbuka namun tetap mem prioritaskan kader internal, juga mengindikasikan bahwa PDIP ingin memastikan bahwa calon yang diusung benar-benar sejalan dengan nilai-nilai partai dan tidak hanya sekadar "numpang popularitas".

Di sisi lain, meskipun PDIP belum membuat keputusan final, indikasi kuat mengarah pada pengusungan Pramono Anung yang sudah mendapatkan dukungan dari akar rumput partai. Ini menunjukkan bahwa PDIP ingin menghindari risiko politik dengan memilih tokoh internal yang sudah terbukti loyal dan dapat diandalkan dalam menjalankan agenda partai di Jakarta.

Keputusan PDIP untuk lebih memilih Pramono Anung daripada Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024 kemungkinan besar didorong oleh keinginan untuk mempertahankan kontrol ideologis dan menghindari potensi konflik internal, sambil tetap merespons aspirasi kader dan pendukung setia partai.

Anies Baswedan yang sedang mengalami penurunan pengaruh politik mungkin merasa perlu mendapatkan kembali jabatan publik untuk mempertahankan relevansinya di kancah politik. Dalam situasi seperti ini, kemungkinan besar Anies akan mempertimbangkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya, termasuk bergabung dengan PDIP jika itu dianggap dapat membuka peluang baru.

Dari sudut pandang PDIP, menerima Anies sebagai anggota partai bisa menjadi langkah strategis yang menguntungkan. Partai ini bisa memanfaatkan popularitas Anies, terutama di kalangan masyarakat yang merasa diintimidasi atau membutuhkan pembelaan. Dengan merangkul tokoh yang memiliki basis dukungan luas, PDIP berpotensi memperkuat citra sebagai partai yang berpihak pada rakyat kecil dan siap membela mereka yang merasa terpinggirkan. Hal ini juga bisa memperluas jangkauan elektoral PDIP, sekaligus menunjukkan bahwa partai ini terbuka bagi berbagai kalangan yang memiliki visi dan misi yang sejalan.

Namun, langkah ini tentu tidak tanpa risiko. PDIP harus berhati-hati agar penerimaan Anies tidak menimbulkan friksi dalam internal partai, terutama di antara kader-kader yang mungkin melihat langkah ini sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai ideologis partai.

Memang benar, PDIP selalu mengklaim sebagai partai yang berpihak pada rakyat kecil dan orang yang tertindas. Dalam konteks ini, menerima Anies Baswedan dapat dilihat sebagai langkah yang konsisten dengan ideologi dasar partai tersebut. Dengan menerima Anies, PDIP bisa menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berpihak pada rakyat kecil, tetapi juga siap melindungi semua warga negara yang mendukung demokrasi dan menentang kekuasaan otoriter serta oligarki.

Langkah ini juga dapat memperkuat posisi PDIP sebagai partai yang berani menentang arus kekuasaan yang terkooptasi oleh oligarki. Dengan merangkul tokoh yang mungkin dipandang sebagai ancaman oleh kekuatan-kekuatan besar, PDIP bisa memperlihatkan bahwa mereka tidak takut untuk berdiri tegak melawan tekanan, dan bahwa mereka tetap setia pada prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial. Ini bisa memperkuat citra PDIP sebagai partai yang benar-benar berdiri untuk rakyat, terlepas dari segala risiko politik yang mungkin muncul.

Namun, keberhasilan langkah ini juga tergantung pada bagaimana PDIP bisa meyakinkan para kader dan pendukung setianya bahwa menerima Anies adalah keputusan yang strategis dan sejalan dengan visi partai. Jika PDIP berhasil, mereka bisa memperluas basis dukungan dan memperkuat legitimasi mereka sebagai pelindung demokrasi di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline