Lihat ke Halaman Asli

Iwan Murtiono

Google-YouTube project contractor

Strategi dan Masa Depan Pelaku Perekonomian dalam Kemelut Inflasi

Diperbarui: 13 Agustus 2024   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

incustryconnect.org / motherboard

Ketika perekonomian global terus bergulat dengan tekanan inflasi, narasi mengenai strategi perusahaan dan perilaku konsumen akan tetap menjadi hal yang penting. Lanskap ekonomi yang terus berkembang menuntut keseimbangan yang cermat antara pengelolaan inflasi dan dukungan pertumbuhan ekonomi, sehingga memastikan bahwa perusahaan dan konsumen dapat menavigasi masa-masa sulit ini secara efektif.

PHK yang terjadi baru-baru ini di sektor teknologi adalah bagian dari narasi yang lebih luas terkait dengan kompleksitas inflasi, strategi perusahaan, dan perubahan perilaku konsumen yang berkembang pesat sejak pandemi. Banyak dari mereka yang terdampak PHK ini mencerminkan penurunan keuntungan perusahaan atau melemahnya konsumsi dan permintaan teknologi yang tidak lagi sekuat saat pandemi atau segera setelahnya. Pandemi ini memberikan bantuan pendapatan tambahan dari pemerintah kepada perusahaan dan individu, yang sebagian besar dibelanjakan pada produk-produk teknologi untuk mendukung kebutuhan kerja dari rumah. 

Meskipun hal ini sempat meningkatkan inflasi, situasi tersebut tidak meningkatkan produksi barang secara nyata, melainkan lebih banyak pada sektor jasa. Namun, lonjakan permintaan ini terbatas oleh kendala pengiriman yang lumpuh akibat kekurangan pekerja dan kendaraan yang tidak memadai untuk melayani peningkatan pembelian online. Akibatnya, rejeki nomplok dari inflasi ini tidak.

Jika inflasi ingin turun dengan cepat, perusahaan harus membiarkan margin keuntungannya menurun. Untuk mencapai hal ini diperlukan upaya terpadu untuk mengelola keuntungan yang tidak terkendali, memberi insentif pada investasi, dan mendorong praktik penetapan harga yang adil.

Inflasi dan Strategi Perusahaan: Dilema yang Menguntungkan

Pada bulan Juni 2024, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan perhatian pada aspek penting dari siklus inflasi saat ini: peran penting keuntungan perusahaan. Berbeda dengan periode inflasi sebelumnya, dimana biaya tenaga kerja merupakan faktor pendorong utama, inflasi saat ini dipicu oleh meningkatnya keuntungan perusahaan. 

Perusahaan, sebagai respons terhadap biaya produksi yang lebih tinggi, menaikkan harga untuk melindungi margin mereka. Dinamika ini juga diamini oleh Presiden ECB Christine Lagarde, yang mencatat keseimbangan yang harus dicapai oleh dunia usaha antara menjaga keuntungan dan mempertahankan loyalitas pelanggan di tengah gangguan rantai pasokan dan kemacetan produksi.

Tren ini menandai penyimpangan dari pola historis. Pada tahun 1970-an, inflasi didorong oleh biaya tenaga kerja, dan keuntungan perusahaan pun menurun. Saat ini, keuntungan menyumbang hampir 40% inflasi, sebuah perbedaan besar yang menyebabkan penurunan tajam dalam upah riil. Terkikisnya daya beli telah memaksa konsumen untuk beradaptasi, sehingga menyebabkan perubahan perilaku belanja yang mengubah lanskap perekonomian.

Sektor Teknologi: Dari Boom hingga Penyesuaian

Selama pandemi, sektor teknologi mengalami lonjakan permintaan karena pekerjaan jarak jauh, belanja online, dan hiburan digital menjadi kebutuhan. Peningkatan ini juga dipicu oleh paket stimulus pemerintah yang meningkatkan belanja konsumen, khususnya pada produk teknologi. Namun, seiring dengan memudarnya dampak langsung dari pandemi ini, permintaan terhadap produk-produk ini pun meningkat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline