Lihat ke Halaman Asli

Iwan Murtiono

Google-YouTube project contractor

Salah Pengertian Beijing dalam Perang Ukraina

Diperbarui: 28 Juni 2024   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input verctorstock.com

Salah Pengertian Beijing dalam Hubungannya dengan Eropa

Para diplomat Eropa dan Amerika di Tiongkok menyatakan bahwa Beijing salah pengertian mengenai seberapa dukungannya terhadap perang Rusia di Ukraina, terutama dalam hubungannya dengan perdagangan Eropa. Karena memang hanya perdagangan yang ingin dijaga dengan semua negara dunia termasuk Eropa dan Amerika. Ketika hubungan antara Tiongkok yang merupakan negara berperekonomian terbesar kedua di dunia, dan negara-negara demokrasi Barat yang sedang makin memburuk terkait konflik perang tersebut. Demikian juga pada Rabu sore 26/6/2024 hal ini dinyatakan oleh Duta Besar Nicholas Burns menyatakan keprihatinannya. 

Bagaimana kesan salah pengertian atau perhitungan Tiongkok ini? Menurut banyak kalangan barat dan Amerika bahwa Tiongkok telah salah pengertian, karena banyak orang Amerika berpikir bahwa Tiongkok tidak memahami nilai inti sikap Eropa - Amerika terhadap perdamaian dan persatuan di Eropa."

Oposisi Uni Eropa. Satu persatu negara anggota Uni Eropa terkemuka kini mulai bertindak "menolak secara langsung dan terang terangan" terhadap dukungan Tiongkok terhadap Moskow. Malahan pendapat ini sudah mulai mengental baik dari Eropa Amerika ataupun NATO menyebut Tiongkok sebagai saingan sistemik, sebagian karena sikap ini. Penentangan ini tercermin dalam berbagai perubahan kebijakan Uni Eropa dan pernyataan yang mengecam posisi Tiongkok. Ditambah lagi agresi Tiongkok di laut China Selatan yang bersenggolan batas maupun militer dengan Jepang, Taiwan, Filipina, Vietnam bahkan dengan Indonesia yang juga makin meruncingkan ketegangan ini. Belum ditambah kasus di Afrika yang dulunya dianggap demokratis sekarang berubah dengan terlibatnya Tiongkok.

Yang sekarang menjadi sorotan tajam di perbatasan Eropa adalah adalah dukungan Tiongkok untuk Rusia dalam mengkolonisasi Ukraina. Pemerintahan Presiden Xi Jinping menawarkan dukungan diplomatik dan ekonomi kepada Rusia setelah invasi mereka ke Ukraina pada tahun 2022, yang memicu salah satu krisis keamanan terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II. Meskipun AS dan Eropa berulang kali menyerukan agar Xi memanfaatkan persahabatan "tanpa batas" dengan Presiden Vladimir Putin untuk membantu mengakhiri konflik, Tiongkok tetap mempertahankan dukungannya terhadap Rusia. Apakah dukungan pada Rusia akan memberikan nilai dagang yang lebih tinggi dari Eropa dan Amerika? Tahun 2022 Perdagangan dengan Amerika $536.8 billion dengan Eropa 626 billion Euros dibanding dengan Rusia yang hanya $190 billion saja, yang sudah termasuk minyak murah Rusia sekaligus dengan barang murah meriah China. Jadi perlukah memenuhi hasrat dan emosi ataupun celah kecil keuntungan dagang dengan Rusia, dengan mempertaruhkan nilai perdagangan yang hampir 10 kali lipat skalanya? Apalagi banyaknya sanksi perdagangan yang harus dilanggar dan beresiko kena sanksi juga. Atau mempertaruhkan segalanya tanpa menghitung resiko.

Tantangan dalam Mendapatkan Dukungan. Amerika Serikat menghadapi kesulitan dalam menggalang dukungan dari Beijing dan negara-negara Selatan terkait konflik di Ukraina. Poin-poin penting meliputi:

1. Sikap Tiongkok: AS "sangat prihatin" atas dukungan Tiongkok terhadap upaya militer Rusia. Dengan mempertaruhkan kepentingan perdagangan yang jauh lebih baik dengan Barat, Tiongkok dituduh "memberi makan mesin perang Rusia" dan membangun kembali basis industri pertahanan Rusia, baik dengan dana dan ilmu perakitan peralatan perang modern, seperti FPV drone.

2. Diplomasi Global Selatan: Negara-negara seperti Brasil dan India secara aktif di media tidak berpihak, tidak memihak Ukraina atau Rusia. Hal ini mencerminkan pergeseran kebijakan luar negeri negara-negara Selatan, yang sedang membentuk jalur baru yang berbeda dari gerakan non-blok di masa lalu. Sayangnya sebagian seperti India, pada khususnya, telah melemahkan upaya untuk membatasi Rusia dengan mengabaikan sanksi dan masih terus mengambil keuntungan dari perdagangan minyak murah Rusia yang dijual kepada penawar tertinggi.

3. Tiongkok sebagai Pembawa Perdamaian: Tiongkok telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin negara-negara Selatan dan berpotensi menjadi pembawa perdamaian. Ini adalah potret bersahaja China dalam diplomasi dalam membantu Rusia dengan menuduh AS memicu perang, karena sebetulnya AS membantu peralatan perang Ukraina supaya dapat mempertahankan diri dari serbuan Rusia. Di lain pihak mengingkari invasi Rusia untuk mengkolonisasi Ukraina. Dalam poin perdamaiannya bahkan meminta Ukraina untuk menyerahkan saja sebagian wilayahnya pada Rusia.

Dinamika ini menggambarkan lanskap geopolitik yang kompleks dan kesulitan yang dihadapi AS dalam membangun front global yang bersatu melawan tindakan Rusia di Ukraina. Karena menyatukan pengertian bahwa ada fakta Rusia melakukan penyerangan mematikan atau invasi ke Ukraina untuk mengkolonisasi wilayahnya saja, China sama sekali tidak mau setuju, bahkan meminta Ukraina untuk menyerahkan saja wilayahnya demi perdamaian. Disinilah letak perang yang dibarengi dengan diplomasi misinformasi dan disinformasi yang tidak mudah diluruskan. Karena memang Rusia dan China adalah negara yang berideologikan propaganda diktator penuh misinformasi dan disinformasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline