Lihat ke Halaman Asli

Iwan Murtiono

Google-YouTube project contractor

Modi Menang Pemilu, Demokrasi India Terancam

Diperbarui: 9 Juni 2024   01:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto/Reuters via sindonews.com

Terpilihnya kembali Narendra Modi sebagai Perdana Menteri India Selasa 2/6/24 menjanjikan segala macam Bansos untuk memenangkan masa jabatannya yang ketiga kalinya ini. Disamping janji lainnya adalah mengangkat jutaan penduduk miskin, mentransformasikan India menjadi negara maju dalam kurun 20 tahun kedepan, caranya menciptakan lapangan kerja membangun infrastruktur dan memperbanyak program bansos.  

Kemenangan Modi ini perlu dikaji beberapa strategi politik dan ekonomi, hubungan luar negeri, pendirian terhadap kelompok minoritas, dan gaya pemerintahan secara keseluruhan. Narendra akan mungkin dapat mencapai semua janji kampanye politiknya melihat track record keberhasilan dan kebijaksanaannya?

Perdana Menteri Narendra Modi mengklaim masa jabatan ketiga pada Selasa 4/6/24 sebagai lebih awal hasil pemilu India memberikan kemenangan yang jauh lebih kecil dari perkiraan bagi pemimpin paling berkuasa di negara ini dalam beberapa generasi.

Modi, yang akan menjadi perdana menteri India kedua yang meraih masa jabatan ketiga berturut-turut, memuji "prestasi bersejarah dalam sejarah India," bahkan ketika partainya tampaknya akan kehilangan sejumlah besar kursi. di Parlemen, maksudnya perlu bergantung pada partai-partai kecil dalam koalisinya untuk membentuk pemerintahan.

Narendra Damodardas Modi, pemimpin India yang karismatik dan terpolarisasi, telah meraih masa jabatan ketiga berturut-turut sebagai Perdana Menteri, meskipun dengan selisih yang lebih kecil dari yang diharapkan. 

Pada pemilu baru-baru ini, koalisi Aliansi Demokratik Nasional (NDA) pimpinan Modi meraih 294 kursi, melampaui angka mayoritas yang mencapai 272 kursi, namun masih jauh dari kemenangan besar pada pemilu-pemilu sebelumnya.

Lanskap Politik Narendra tergambarkan pada pertama kalinya sejak Modi naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2014, Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpinnya tidak memperoleh mayoritas absolut dan hanya meraih 240 kursi. 

Hal ini memerlukan ketergantungan pada mitra koalisi, sebuah perubahan signifikan yang mungkin mempengaruhi gaya pemerintahan kuat Modi. Berkurangnya mayoritas BJP merupakan bukti meningkatnya oposisi dan berkembangnya strategi Modi untuk mempertahankan dominasi politik.

Modi memilih strategi kebijakan luar negeri  yang Balancing Act atau banyak membuat atau menciptakan persepsi Aksi keseimbangan. Dalam konstelasi geopolitik dunia yang serba berubah ubah, banyak pemimpin yang menghadapi masalah pelik cara memelihara aksi keseimbangan antara kepastian dengan ambiguitas. Jadi harus meniti tali jembatan diantara keduanya yang menurut kisah sukses politikus dipercaya bisa mengatasi keruwetan geopolitik tersebut. 

Walaupun Modi sebenarnya tidak menerapkan secara disiplin strategi ini, karena dia sangat oportunis dalam memanfaatkan keterpojokan Rusia atau membiarkan perang Ukraina untuk berlarut larut. 

Diproyeksikan bahwa selesainya perang di Ukraina akan membuat harga pangan di dunia murah dan stabil kembali. Atau sementara ini inflasi dunia masih tinggi karena didorong mahalnya pangan dan bahan bakar karena salah satunya adalah abainya Modi pada penegakkan hak asasi di dunia atau di negaranya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline