Lihat ke Halaman Asli

11 February Diujung Malam

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13289070651336327335

[caption id="attachment_161971" align="alignleft" width="300" caption="                               Disudut malam/from mbah goole                "][/caption]

Seperti biasanya aku berjalan menelusuri lorong malam.

“Ah, gembel-gembel itu masih saja menghiasi lorong gelap kota ini.

Disudut jalan, mata-mata merah itu memandangku dengan sinis.

Tawa binal perempuan malam terasa renyah mengundang sahwat.

Dentang lonceng berbunyi tiga kali.

Langkahku semakin jauh menelusuri gelap malam.

Orang gila itu masih saja menyanyikan lagu-lagunya.

Dibawa gembolannya pergi, langkahnya sama dengan langkahku yang tak berarah.

Malam  terus merambat pagi.

Riuh rendah suara pedagang mengisi lapak.

Satu persatu manusia malam itu menghilang.

Tak terdengar lagi suara desah dosa malam.

Malam menghilang, fajarpun menyingsing.

Debu-debu jalan datang lagi.

Gembel-gembel itu menggeliat.

Suara sombong pagi membuatnya berlari.

Iwan Kodrat Bandarlampung, 11 february

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline