Lihat ke Halaman Asli

Pengetahuan 30 Detik (Singkat) Lahirnya Filsuf Karbitan

Diperbarui: 8 Juni 2023   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketgam: Pola Pikir terbentuk dari preferensi medsos

30 detik jangan salah kaprah, bukan persoalan bokep sebagai mana yang mewabah belakanga ini. ini fenomena urgent dan aneh  dari kebengisan teknologi yang kita sebut era Disrupsi, postmodern, Revolusi industri 4.0. polemiknya  adalah meledak nya jumlah informasi yang dikemas melalui konten video lalu disebarkan di berbagai macam  platform media sosial (You Tube, facebook, Ig, twitter, tik tok) hampir sebagian  informasi yang  menjelaskan secara tidak detail, singkat (30 detik), konsekuensinya: 

Disinformasi yang terjadi. Hoaks mewabah, kegaduhan terjadi, budaya berkomentar di medsos, yang sifatnya membuly, lebih tepatnya preman media sosial dan pemecah persatuan bangsa. Serta  membuat narasi-narasi menyesatkan pada setiap kolom komentar diberbagai macam platform media sosial.

Platform media sosial yang mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia di era ini dengan niat untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai peradaban baru namun dimanfaatkan oleh orang yang mencari keuntungan, namun tak disangka menurunkan harkat dan martabat manusia dan lahirnya proses Dehumanisasi.

Dalam konteks hari ini, internet tak seperti ubahnya mesin cetak Johannes gutenburtg disekitar abad 15 yang mengambil alih otoritas keagamaan pada saat itu. Karena al kitab akhirnya bebas di cetak dan dimilki oleh siapa pun yang mampu membaca sehingga tafsiran kalam ilahiah tak lagi dimonopoli. Artinya ini menjadi titik awal para ahli yang dibidangnya kehilangan legitimasi kepakaran.  Jika kita korelasikan dengan realitas hari ini para kaum terdidik yang ahli pada bidangnya kehilangan sebagian legitimasi pengaruh dan kepercayaan diakibatkan  hadirnya berbagai sumber informasi dan pengetahuan yang baru yang berasal media sosial. Media sosial hari ini didominasi oleh masyrakat awam dan mengendalikan kebenaran berdasarkan jumlah like, share, dan followers

Merebaknya pengetahuan singkat hari ini melalui kontenisasi dalam bentuk video lalu  diedit menjadi singkat dan hanya mengambil poin poin tertentu dianggap bukanlah satu keilmuan namun pengetahuan. Secara sederhana, pengetahuan adalah sesuatu yang di ketahui , pengetahuan belum tentu sebuah ilmu. Ilmulah yang menjelaskan secara rinci tentang pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Olehnya itu, konten-konten yang di edit dari platform media sosial bukanlah satu pengetahuan yang utuh. Contoh memposting di status wa, berdurasi singkat, penjelasan dalam video konten telah dipangkas.

Penulis menganggap dewasa ini, kita seolah di paksa untuk memahami pengetahuan  sebatas durasi 30  detik . pengetahuan singkat kemudian dengan cepat mengambil kesimpulan lalu menjadi Sok Bijak (Filsuf Karbitan). Karbitan memrupakan kata tidak baku yang memiliki arti dipaksakan tanpa melaui proses. Jadi fisuf karbitan adalah kondisi setiap orang mengalami kebijaksanaan dipaksakan dan merasa sok tahu serta terbentuk bukan dari proses berpikir yang kritis. Filsuf karbitan tercipta menjadikan platform media sosial sebagai media yang sempurna dalam pembelajaran.

Benang merah dari polemik diatas adalah masyarakat Indonesia daya baca yang kurang. Juga didukung oleh kecanduan bersenggama dengan gadget. Menurut data wearesocial pada tahun 2021 waktu yang dihabiskan oleh orang Indonesia untuk mengakses internet perhari rata-rata yaitu 8 jam 52 menit . 

Menurut hemat penulis, berawal dari setiap reels, tik-tok, shorts, selalu menjamin penggunanya dapat menyenagkan akibatnya tubuh kita akan memproduksi  hormone dopamine. Kondisi ini menyebabkan perasaan eufhoria sementara. Walaupun singkat, umumnya durasi 30 detik setiap video. Namun  Jangan anggap remeh 30 detik ini kita dapat terhipnotis sampai 3 jam dan berjam jam.
kegelisahan penulis berawal dari melihat realitas sekeling kita dan teruntuk mahasiswa yang menjadi penikmat pengetahuan 30 detik ini. Menurunkan marwah bagi pelajar yang menyandang MAHA. Ironis, seolah  mahasiswa kehilangan ke-Maha-anya.
 
Proses lahirnya filsuf karbitan

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata berangkai dari kata  philein  yang berarti mencitai, dan sophia  berarti kebijaksanaan.  Philosophia berarti: Cinta atau kebijaksanaan (Inggeris: Love of wisdom, Belanda Wijsbegeerte.  Arab: Muhibbu al- Hikmah).Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut "filsuf" atau "filosof", artinya pencinta kebijaksanaanBerfilsafat berarti berpikir. Namun, tidak semua orang yang berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguhsungguh. 

Sebuah semboyang mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filosuf. Semboyang ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyang ini tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filosuf.3 Berdasarkan  uraian di atas di pahami  bahwa filsuf  hanyalah orang yang memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam sampai keakar-akarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline