Lihat ke Halaman Asli

Belajar Menulis & Membaca ala Intelejen

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mungkin agak aktual bagi para Kompasianer yang masih nekad ingin jadi koruptor, atau bagi yang sedang merencanakan sebuah kejahatan, atau bahkan ingin bikin affair dengan wanita /pria idaman lain. Minimal akan ada maanfaatnya jika suatu saat nanti teknologi komunikasi berkembang terlalu cepat, sampai-sampai antar-tetangga pun bisa saling sadap-menyadap telepon. Siapa tahu kan?

MUMPUNG ada momentumnya, heboh penyadapan oleh intelejen Amerika dan Australia terhadap para petinggi Negara termasuk presiden dan beberapa pejabat penting kita, biarlah saya beberkan “rahasia intelejen” ini. Soal apakah tulisan ini akan menjadi Trending Article, Teraktual, Inspiratif, Bermanfaat, atau Menarik …. 100% sangat tergantung Anda sebagai usernya.

Saya sendiri merasa tulisan ini agak lebai, jadi anggap saja sebagai intermezzo ditengah-tengah begitu banyaknya orang galau menghadapi irasionalistas-irasionalitas politik di negeri nan gemah ripah loh jinawi ini. Baik, kita mulai.

ZAMAN MAJAPAHIT

Dunia telik sandi/intelejen/spionase sudah berkembang begitu lama –tetapi saya tidak tahu kapan itu persisnya. Sejauh yang saya tahu, kesatuan-kesatuan armada laut dan darat balatentara Majapahit sudah mengembangkan teknik-teknik intelejen plus berbagai teknik undercover para telik sandinya.

Seorang telik sandi dari pasukan Bhayangkara (Detasemen Kawal Pribadi Keluarga Raja) Majapahit di bawah komando Gajah Mada misalnya, jika hendak masuk ke wilayah tertentu –Tuban misalnya– dan berkomunikasi dengan telik sandi dari Pasukan Berkuda di bawah komando Mapanji Jaran Lejong, dia harus menguasai berbagai kata sandi yang telah disepakati secara rahasia di Markas Besar Balatentara Majapahit di bawah komando Menhan Mpu Aditya (Warman).

Sebagai contoh saja, misalnya intel pasukan Bhayangkara ditugaskan untuk menemui dan menjalin komunikasi dengan intel Pasukan Berkuda Majapahit di bawah pohon beringin (Ficus Retusa) di sebuah di tempat di Tuban, tetapi keduanya sama-sama tak saling mengenal, maka intel pasukan Bhayangkara itu akan memancing siapapun yang datang mendekatinya dengan berkata: RENDANG JENGKOL!

Jika orang yang mendekatinya menjawab kata sandi itu dengan kata sandi yang telah ditetapkan, misalnya: KOLESTEROL! Maka mudahlah tugas speionase itu. Tetapi jika si pendatang itu kebetulan pecandu rendang jengkol dan menjawab dengan dua kata: MAK NYOOS! Buntutnya mungkin bisa berkepanjangan, perang tanding, hdiup-mati.

Teknik dan trik macam ini masih digunakan sampai pada masa Kerajaan Pajang, Demak, dan Mataram, dan Perang Kemerdekaan kita. Tetapi tugas seorang telik sandi sudah semakin meluas, bukan sekadar melakukan infiltrasi tetapi juga melakukan agitasi, intimidasi, profokasi, dan bahkan demolisi.

Tapi tulisan ini tidak akan berpanjang lebar di sini, kita melompat saja ke zaman intelejen.

ZAMAN PERANG PARIT (PERANG DUNIA I)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline