Lihat ke Halaman Asli

Efek Jalar Teknologi Informasi: Posisi Anak Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Education for All Global Monitoring Report 2011 oleh UNESCO menunjukkan hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada di peringkat-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei Darussalam (34). Selain itu, Index Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih sangat rendah yakni urutan 124 dari 172 negara di seluruh dunia, dimana salah satu indikator IPM adalah kualitas pendidikan.

Pengajar adalah ujung tombak dalam kualitas pendidikan karena pengajar berinteraksi langsung dengan pelajar. Kualitas pendidikan berawal dari proses belajar mengajar di ruang kelas. Maka dari itu, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran oleh pengajar di ruang kelas.Dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar, terdapat lebih dari 54% pengajar yang memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan. Menurut Analisis Data Guru 2009, Dirjen PMPTK 2009, sebaran kualitas guru di Indonesia adalah setengah dari nilai maksimal indeks, 11. (Teacher Employment and Development, World Bank 2007). Jumlah pengajar di Indonesia mencapai 2.791.204 orang (Kemendiknas). Rasio jumlah pengajar dibanding pelajar di Indonesia merupakan yang “termewah” di dunia, yakni 1:18. Rasio tersebut lebih baik dibandingkan negara maju seperti Jerman (1:20) atau Korea (1:30). Namun, hal ini bertolak belakang dengan kualitas pendidikan di Indonesia. hal ini dikarenakan terdapat persoalan terkait kompetensi, profesionalitas, dan distribusi guru. Solusi yang sebelumnya telah diimplementasikan oleh pemerintah adalah mengasramakan guru, yakni membina kemampuan dan kesiapan guru.(Kompas, 2011).

Perbaikan sistem pendidikan di Indonesia seharusnya dititikberatkan pada peningkatan kualitas pengajaran. Kemajuan suatu negara berawal dari pendidikan yang berkualitas.Pendidikan yang berkualitas berawal dari pembelajaran yang berkualitas.Akhirnya, pembelajaran yang berkualitas berawal dari pengajar yang berkualitas pula. Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dijabarkan di UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai Delapan Standar Nasional Pendidikan.

Kini teknologi informasi semakin berkembang pesat.Teknologi informasi membantu manusia dan organisasi untuk dapat bersaing di pasar, mentransformasi organisasi, meningkatkan jaringan pasar sharing, dan meningkatkan pelayanan konsumen (Calon, 1996; Neumann, 1944).Teknologi informasi harus menambah atau menguatkan dasar bagi manusia dan perusahaan untuk berkompetisi dan bersaing (Porter dan Miller, 1985; Peppard, 1993).

Internet merupakan teknologi informasi yang dibutuhkan dan secara meluas diaplikasikan ke berbagai sektor seperti pendidikan.Internet memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan, misalnya memudahkan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari mana saja, siapa saja, dan kapan saja. Internet dapat menyajikan pendidikan dalam bentuk, medium dan metode yang lebih mudah dalam proses mengajar. Luas dan mudahnya penyebaran informasi yang dapat didukung oleh internet membuat aplikasi, infrastruktur, dan policy internet makin pesat dan populer.Internet menjadi hal yang digemari di kalangan pengajar.

Internet dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki mutu pembelajaran dengan mewujudkan akses pengajar dan pelajar terhadap teknologi, ketersediaan materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pengajar dan pelajar, dan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber dijital.Internet telah memberikan perubahan yang besar dalam carapengajar mendapatkan materi pengajaran. Pengajar mendapat kemudahan akses terhadap pengetahuan di luar, dan metodologi mengajar yang mudah karena dukungan/ tunjangan internet.

Kemunculan internet menimbulkan reaksi yang berbeda-beda dari penggunanya. Reaksi tersebut dapat berupa penerimaan secara positif (menerima), netral, atau negative (menolak). Masuknya internet ke sekolah menghasilkan reaksi berbeda-beda dari pengajar.Maka dari itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat penerimaan pengajar terhadap masuknya internet.

Trm ksh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline