Lihat ke Halaman Asli

Meretas Kemiskinan Antar Generasi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendahuluan

Program Analisa Mengenai Kemampuan Siswa secara internasional sebagaimana dilakukan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui Test PISA 2013 yang baru saja dirilis penting dicermati. Meskipun peringkat Indonesia secara agregat berada pada urutan 64 dari 65 negara yang dianalisa, sejumlah pelajaran dan patokan dapat dipelajari untuk perbaikan dimasa depan.

Secara metodologis Test PISA dilakukan terhadap siswa dibawah 15 tahun dari 65 negara.Secara agregat pencapaian siswa Indonesian masih berada pada urutan terbawah. Statistik menunjukkan bahwa, nilai rata-rata matematika siswa Indonesia (375), untuk Sains nilai rata-rata siswa Indonesia (382) selanjutnya untuk kemampuan membaca rata-rata siswa Indonesia (396). Perbandingan masih jauh dengan pencapaian rata-rata siswa negara anggota OECD dalam matematika, sains dan bahasa berturut-turut 494, 501 dan 496. Menarik untuk dijadikan patokan dan motivasi bangsa Indonesia bahwa dari hasil test PISA tahun 2013 yang baru saja dirilis 10 besar negara dengan peringkat tertinggi didominasi negara-negara sanghai dengan urutan tertinggi Taiwan, China, Singapura, Hongkong, Korea selatan, Makau dan Jepang. Selanjutnya urutan kedelapan Liechtenstein, Swiss dan Belanda. Indonesia harus melakukan perbaikan tata kelola pendidikan secara progresif sebagaimana China.

Pendidikan yang baik dan berkualitas merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan standar kualitas hidup dalam pembangunan manusia suatu bangsa. Tujuan paling mendasar dari pembangunan pendidikan yang baik adalah memberikan pilihan yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara dalam menentukan hidupnya. Secara prinsip pilihan-pilihan rasional demikian dapat saja berubah dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan pendidikan dengan kualitas tinggi akan menciptakan kemampuan bagi siswa untuk meraih kehidupan yang lebih baik secara ekonomi, kesehatan, wawasan dan penciptaan peluang kehidupan masa depan.

Sebagaimana Amartya Sen menyatakan bahwa pembangunan sebagai kebebasan dengan menekankan bahwa kebebasan manusia bukanlah sekedar tujuan akhir pembangunan namun juga tujuan prinsipil.Pendidikan yang bermutu tinggi akan menciptakan keadaban manusia (human dignity) lebih dari sekedar kemampuan menciptakan pendapatan yang tinggi. Pendidikan yang baik akan meretas kemiskinan antar generasi, karena hasil akhir dari pendidikan berkualitas akan memberikan pengetahuan yang baik dan bermutu kepada siswa didik tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi.

Reformasi guru: Prioritas utama

Upaya meningkatkan peringkat Indonesia dalam hasil test PISA dapat dimulai pada reformasi guru dengan penekanan prioritas pada perbaikan dan transformasi beberapa hal diantaranya; pertama, proses belajar yang menekankan input diarahkan pada penekanan output, efektifitas dan efisiensi. Kedua, penakanan pada kuantitas guru yang berjumlah 3 juta berubah kearah kualitas, akuntabilitas dan mereduksi ketimpangan antara guru di kota dan guru didesa wilayah kabupaten, guru disekolah negeri dan swasta, guru disekolah unggul dan sekolah biasa. Ketiga, sebelumnya berfokus pada pengadaan guru ditransformasi kearah menciptakan kesesuaian antara penambahan guru dan kebutuhan. Keempat, perhatian pada ujian nasional sistem terpusat kearah menganalisa ketimpangan kualitas antar sekolah dan antar daerah.

Kelima, prioritas yang rendah terhadap pentingnya kemampuan membaca (literacy) dan berhitung (numeracy) pada siswa Sekolah Dasar kearah penguatan standar kemampuan membaca dan berhitung dengan baik dan tepat. Keenam, kelebihan jumlah guru yang ada saat ini ditansformasikan kearah pengelolaan dan pengerahan guru secara efisien termasuk melakukan Ujian kembali (examination and upgrade) secara efektif dan selektif sesuai standar kebutuhan PISA. Ketujuh, penyampaian dan penjelasan proses belajar mengajar yang hanya menggunakan bahasa Indonesia dikembangkan untuk menggunakan bahasa Inggris atau minimal dua bahasa. Kedelapan, sosialisasi regulasi baik UU Sisdiknas maupun kurikulum yang sebelumnya dilakukan secara konvesnional diarahkan pada upaya merubah pemahaman dan perilaku termasuk tanggungjawab guru. Kesembilan, adanya fragmentasi data kearah sistem pendataan yang sesuai dengan tujuan MDGs dan standar Test PISA khususnya bagi siswa pada pendidikan dasar. Kesepuluh, dari sistem belajar dan tatap muka yang bersifat konvensional kearah sistem belajar menggunakan teknologi berbasis IT. Guru harus memiliki kompetensi menggunakan teknologi sebagai sarana belajar sehingga proses belajar mengajar efektif.

Fakta mengenai Guru di Indonesia

Data mengenai kondisi guru di Indonesia pada tahun 2010 belum berubah secara siginifikan hingga tahun 2013. Beberapa fakta mengenai guru adalah sebagai berikut: Pertama, dari jumlah terjadi surplus atau kelebihan berdasarkan rasio sekolah dan siswa. Selain itu terjadi ketimpangan antara jumlah guru yang berlebihan dengan jumlah jam mengajar yang sedikit atau kurang. Kedua, belum adanya data akurat mengenai perbaikan kualifikasi dan tingkatan hasil sertifikasi yang terkait langsung dengan perbaikan kualitas belajar siswa. Ketiga, dari jumlah 3 juta guru saat ini sekitar 80 % atau sebagian besar belum lulus ujian kompetensi guru termasuk kepala sekolah.Keempat, terjadi ketimpangan kualifikasi guru antara daerah dan antar sekolah khususnya pada pendidikan dasar. Kelima, akses data yang masih kurang mengenai informasi lengkap tentang kualitas guru, kualitas siswa dan kualitas sekolah. Keenam, rendahnya kapasitas lembaga sertifikasi guru dan pendidikan tinggi keguruan khususnya terkait dengan kebutuhan keilmuwan yang relevan dan sesuai kebutuhan standar Test PISA.

Upaya memperbaiki peringkat Indonesia pada test PISA memiliki hubungan kuat dengan kemampuan Indonesia meretas kemiskinan antar generasi. Test PISA merupakan salah satu instrumen yang mendapat pengakuan internasional. Faktanya, 10 negara terbaik test PISA memiliki GNP tinggi dan IPM yang baik, pada gilirannya secara agregat memperbaiki standar kualitas hidup masyarakatnya juga tinggi. Meskipun variabel lain ikut menentukan dan mempengaruhi kualitas hidup suatu bangsa, namun telah terbukti bahwa perbaikan kualitas pendidikan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup, kapasitas dan keterampilan seseorang dan indeks kebahagiaan sebagaimana Australia dan New Zeland. Dengan demikian keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan memberikan sumbangan besar meretas kemiskinan antar generasi. Kita tidak boleh melupakan bahwa salah satu keberhasilan negara-negara 10 besar test PISA adalah kebijakan pendidikan yang memberikan akses yang sama bagi siswa miskin untuk mendapat pelayanan pendidikan berkulitas. Bukankah amanah konstitusi kita pada muqodimahnya menyatakan bahwa tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maknanya, melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang cerdas untuk mengantarkannya keluar dari kemiskinan.

Terima kasih,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline