Lihat ke Halaman Asli

Iwan Fauzi

Belajar menulis

Keresahan

Diperbarui: 10 Juli 2023   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Malam yang gelap di sebuah desa pelosok jauh dari perkotaan, saya duduk di sebuah bangku yang dibangun di bawah pohon ceri (Krensem) dekat mushola yang selalu ramai anak-anak mengaji, sudah hampir 2 jam selepas sholat isya saya duduk di sini mencoba mencari ketenangan dengan menyendiri. 

Suara jangkrik berseliweran maklum di sini masih terdapat banyak pepohonan dan hamparan sawah yang sangat luas, 351 meter dari tempat saya duduk terdapat sebuah bukit yang cukup tinggi dipenuhi dengan pohon jati. 

Perjalanan dari Cirebon menuju desa ini dengan menggunakan sepeda motor menempuh jarak waktu 3 jam 44 menit dengan kecepatan rata-rata 60 km per jam. Waktu yang cukup panjang untuk menikmati pemandangan dan sedikit merenung, saya sangat suka sekali merenung (bukan melamun) sambil berkendara. Di perjalanan, merenung menjadi pekerjaan yang menyenangkan karena disuguhi dengan banyak sekali hal yang tidak terduga, dari pengendara ugal-ugalan, motor mobil yang beraneka jenis, sampai romantisme remaja kinyis-kinyis yang selalu berpelukan di sepanjang jalan (sangat memuakkan). 

Menjelang pukul 23:56 masih di bangku yang sama, pikiranku semakin tak terkendali, perasaan menjadi gelisah tak keruan, lalu tiba-tiba bayangan yg selama ini menjadi kegelisahan itu datang, "Apakah saya tidak akan pernah bertemu wanita yg tepat? Atau justru aku bukan orang yang tepat untuk siapapun!". Ini bukan kali pertama saya diselimuti dengan kegelisahan dan ketakutan akan masa depan, sudah kesekian aku khawatir akan hal-hal yang belum pasti.
Sara-rasanya saya seperti berbeda dengan yang lain, yang punya keberanian dan perasaan yg stabil, saya sempat berprasangka buruk bahwa apa yang saya alami sekarang adalah salah satu nasih buruk yang sudah di takdirkan Tuhan, namun seseorang pernah mengatakan bahwa semua itu berasal dari diri saya sendiri yang tidak memiliki konsistensi dan keyakinan akan satu hal, apapun itu. 

Saya mencoba merenung apa yang salah dalam diri saya, benarkah apa yang dikatakan orang terhadap diri saya, atau apakah ada hal lain yang menjadi penyebab semua ini terjadi?". Namun saya tidak menemukan jawaban apapun. Lama merenung akhirnya saya sadar bahwa hidup adalah hari ini sedangkan masa depan tetap menjadi misteri. 

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan jam 01:12 saya memutuskan untuk bergegas masuk dan tidur, barang kali saya akan menemukan masa depan saya di dalam mimpi.

Selamat beristirahat, jiwa-jiwa yang rapuh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline