SEJARAH PERANG DUNIA II
A. Situasi Menjelang Perang Dunia II
Sebagai negara yang kalah dalam Perang Dunia I, situasi dalam negeri Jerman mengalami krisis ekonomi yang sangat hebat, situasi ekonomi yang sangat labil, inflasi melonjak, dimana-mana pengangguran bertambah banyak. Sementara itu selain tidak bisa mengatasi masalah ekonomi, pemerintah juga tidak mampu membayar utang ganti rugi perang kepada pihak Sekutu.
Ketidakmampuan pemerintah Jerman mengatasi krisis ekonomi mengakibatkan rakyat tidak lagi mempercayai pemerintah sehingga mendorong timbulnya partai-partai baru yang bersifat lebih keras, seperti Partai Spartacis (komunis), Partai Sosial Demokrat dan Partai Nasional Sosialis. Partai terakhir ini disebut National Sozialistische Deutsche Arbeiter Partei atau NAZI yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Kesengsaraan rakyat menurut Hitler diakibatkan karena kalah perang. Orang komunis dan Yahudi disebut sebagai pengacau ekonomi Jerman. Dalam bukunya, Mein Kampf (Perjuanganku), Hitler menyatakan bahwa dunia akan baik jika dipimpin oleh orang-orang Jerman. Sebab orang Jerman ditakdirkan untuk menguasai negara-negara lain. Selama memimpin Jerman, Hitler bertindak sangat diktator. Hitler bercita-cita melaksanakan pemerintahan yang lebensraum (memperluas ruang hidup).
Pada masa kekaisaran Hirohito, perindustrian Jepang semakin berkembang dan kehidupan politik bertumpu dengan kuat pada pemerintahan parlementer. Akan tetapi kemunculan faktor-faktor baru pada masa itu dapat merusak dan menurunkan wibawa dan pengaruh partai-partai politik, antara lain kehidupan perekonomian bangsa Jepang semakin tidak menentu. Selain itu kepercayaan rakyat terhadap partai politik semakin merosot karena beberap skandal terbuka di muka umum. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum ekstrimis dan kaum militer sehingga memperburuk keadaan Jepang saat itu. Bahkan, partai politik digabungkan dan rakyat dipaksa untuk berperang melawan Cina.
Sejarah partai politik Jepang berakhir dengan dihapuskannya seluruh partai politik dan digantikan dengan sebuah gabungan partai nasional yang hanya formalitas saja. Sama halnya dengan fungsi parlemen yang kurang mampu menyumbangkan gagasan atau menyaring berbagai kebijakan dari penguasa. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya Perang Pasifik pada 1942.
B. Holocaust
Setelah Perang Dunia I, Jerman yang kalah jatuh ke dalam depresi sosial dan ekonomi. Perjanjian Versailles oleh Sekutu yang menang memaksa Jerman untuk membayar ganti rugi dan menerima kesalahan atas konflik yang terjadi. Akibatnya pengangguran melambung, inflasi membuat mata uang Jerman tidak berharga, dan sebuah pemerintah baru bernama Republik Weimar berjuang untuk mempertahankan demokrasi.
Adolf Hitler seorang kopral angkatan perang Jerman terkesan dengan partai sosialis rakyat nasional (Nazi), saat ia disewa oleh militer Jerman untuk memata-matainya pada tahun 1919. Atas undangan mereka, ia menjadi pemimpin partai Nazi. Hitler adalah seorang pembicara luar biasa yang meraih dukungan luas dari publik dengan pidato dan aksi panggung yang dramatis. Hitler secara resmi dipilih sebagai Kanselir pemimpin Jerman bulan Januari 1933. Kamp konsentrasi pertama untuk para lawan politik dan komunis dibuka di Dachau dua bulan kemudian.
Hitler dan korps serdadu Sturmabteilung (SA)-nya yang menakutkan (juga dikenal sebagai seragam coklat) memanfaatkan rasa takut dan kekerasan untuk memanipulasi rakyat Jerman dan mengambil alih penuh pemerintahan. Lawan-lawan politik dan siapapun yang menentang rezim Nazi dibungkam oleh kanselir Jerman baru melalui polisi pelindungnya Schutzstaffel (SS), dan Geheime Staatzpolizei (GE STAPO --polisi rahasia negara) dengan kekerasan ekstrem. Siapapun yang ditandai sebagai oposan atau musuh (komunis, sosialis, atau kepala persatuan buruh) dipenjara, dibawa ke kamp kerja paksa, dipukuli atau bahkan dibunuh. Republik Weimar telah mati dan Hitler memiliki kendali penuh.
Hitler adalah seorang rasialis jauh sebelum ia menjadi kanselir. Ia meyakini bahwa ada sebuah ras "unggul" berupa manusia berfisik sempurna, orang-orang ras murni yang disebut Aria. Ia melihat kelompok ini sebagai masa depan Jerman dan seluruh Eropa. Rencananya untuk "memurnikan" Jerman menjadi bagian utama rencana Nazi. Hitler meyakini pentingnya membuka Lebensraum (ruang tinggal) untuk rakyat Aria di negara-negara Eropa. Untuk mencapai tujuannya, semua masyarakat yang dianggap berderajat rendah harus disingkirkan. Kalangan medis Jerman diikat oleh hukum untuk melakukan sterilisasi terhadap siapapun yang ditetapkan sebagai berderajat rendah, termasuk mereka yang cacat mental atau fisik, ber-ras ganda, dan etnis minoritas, seperti orang-orang Roma atau Gipsy. Sterilisasi ini menjadi jaminan Nazi agar warga "berderajat rendah" tidak dapat menghasilkan keturunan.
Hitler dan pemimpin Nazi lain menganggap "ras " Yahudi sebagai ancaman bagi masa depan Jerman. Lima ribu tahun antisemitisme telah menciptakan sebuah sejarah prasangka diskriminatif terhadap warga Yahudi. Perundangan Ras Nuremberg Hitler mendefinisikan warga Yahudi bukan sebagai kelompok religius, tetapi sebagai ras. Hitler menyatakan bahwa Yahudi adalah ras "parasit" yang menggerogoti ras inang dan melemahkannya. Menurut Hitler, warga Yahudilah yang bertanggung jawab atas semua penderitaan masyarakat Jerman. Seperti di masa lalu, warga Yahudi menjadi kambing hitam di Jerman dan negara Eropa lain.
Bagi warga Yahudi diberlakukan peraturan yang diskriminatif yang melarang untuk memiliki usaha, berprofesi, memiliki, dan bahkan pergi ke sekolah umum. Setelah Jerman menguasai Polandia tahun 1939, warga Yahudi dipaksa keluar dari rumahnya untuk pindah ke ghetto (perkampungan Yahudi) yang kumuh. Kondisinya menyedihkan; beberapa keluarga tinggal dalam satu ruang, hanya dengan kebutuhan dasar untuk hidup. Anak-anak tidak dapat bersekolah, bersepeda, dan harus menyerahkan piaraan keluarganya. Semua harta milik harus diserahkan kepada Nazi. Banyak orang meninggal di ghetto karena penyakit dan kurang gizi. Karena perkampungan makin padat, warga Yahudi dipindahkan dengan kereta ke kamp-kamp konsentrasi di Eropa Timur.
Walaupun tahu masa depan mereka suram, penghuni ghetto tidak patah semangat untuk hidup normal dan beradab. Mereka membangun sekolah, berbagi makanan, bermain musik, merancang skema kesejahteraan, dan tetap merayakan hari raya Yahudi. Banyak orang non Yahudi yang memiliki tekad luar biasa. Salah satunya adalah Dr Janus Korczak, yang mengelola rumah yatim piatu di ghetto Warsawa Polandia, dan memilih mati bersama anak asuhnya daripada menelantarkan mereka.
Seiring berjalannya Perang Dunia II, Wehrmacht --angkatan perang Jerman-- bergerak melintasi Eropa. Einsatzgruppen (pasukan pembunuh bergerak) mengikuti jalur mereka dan membantai perkampungan Yahudi dan menguburkan atau membakar jasad mereka secara masal. Karena Einsatzgruppen bukanlah cara yang paling cepat dan efesien untuk membunuh, maka Nazi merencanakan dan membangun kamp-kamp pemusnahan. Saat pasukan Sekutu semakin mendekati para Nazi, tahanan dibawa menuju "barisan kematian" sejauh beberapa ratus mil hanya untuk dibunuh sesampainya di kamp kematian.
Pada Januari 1945 gelombang pertama pasukan Rusia menemukan kamp-kamp itu. Kematian para tawanan terus berlanjut walau kamp telah dibebaskan. Mereka yang selamat memiliki tugas yang sulit dan memilukan dalam mencari keluarganya. Dengan hilangnya rumah, keluarga, dan kehidupan mereka, banyak yang tinggal bertahun-tahun di kamp-kamp penampungan sebelum berusaha melanjutkan kembali hidupnya.
Selain melakukan pembantaian terhadap orang Yahudi, Nazi juga melakukan pembakaran buku-buku yang berbau Yahudi. Pada 10 Mei 1933, para pelajar dengan didampingi pasukan kilat, menumpuk 20000 buku yang ditulis oleh orang Yahudi atau memuat gagasan yang "tidak Jerman", lalu menyiramkan bensin di atasnya dan membakarnya. Buku karangan Albert Einstein, Sigmund Freud, dan Ernest Hemingway, menyebut sedikit nama, ikut juga dibakar. Para guru diawasi ketat oleh pemuda Hitler selama pelajaran, dan menerima mandat dari petugas-petugas Nazi untuk membuktikan kemurniannya. Para guru mengeluhkan program pendidikan baru yang tidak memberikan standar pendidikan seperti yang diperoleh siswa sebelumnya. Namun Hitler tidak peduli.
C. Latar Belakang Terjadinya Perang Dunia II
Pada hakikatnya latar belakang Perang Dunia II sama dengan Perang Dunia I, yakni terbagi atas sebab umum dan sebab khusus. Sebab umum yang melatarbelakangi Perang Dunia II :
1. Kegagalan Liga Bangsa-bangsa (LBB)
LBB yang diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang dapat menciptakan perdamaian dunia, ternayata tidak dapat menjalankan peranannya dengan baik. Seperti pada 1935, ketika Italia melakukan agresi terhadap Ethiopia, LBB tidak dapat mencegah agresi itu. Oleh karena itu dalam waktu satu tahun, Italia dapat menguasai Ethiopia.
2. Perlombaan senjata
Industri angkatan perang berkembang dengan pesat karena mendapat dukungan dari keuangan negara. Sebagian besar anggaran belanja negara ditujukan untuk bidang industri agar dapat membangun kembali industrinya yang telah hancur pada masa Perang Dunia I. Tiap-tiap negara berusaha untuk saling mengungguli lawan-lawan mereka dengan melengkapi persenjatannya. Curiga mencurigai di antara sesama negara Eropa sering muncul sehingga menyebabkan masing-masing negara mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan adanya serangan dari negara-negara lain atau untuk menyerang negara lain.
3. Persekutuan dan pertentangan paham
Berkembangnya berbagai paham setelah Perang Dunia I telah menjadikan negara-negara Eropa membentuk persekutuan-persekutuan berdasarkan kepentingan ideologi yang berkembang di negara masing-masing. Menjelang Perang Dunia II terdapat tiga paham yang saling bertentangan, yaitu paham komunis yang dipimpin oleh Rusia (blok komunis), paham fasis yang otoriter-totaliter dipimpin Jerman dan Italia (blok Fasis), serta paham demokrasi dan liberalisme yang dipimpin Amerika Serikat, Inggris dan Prancis (blok demokrasi). Timbulnya blok- blok ini sebagai akibat dari timbulnya politik mencari kawan yang sepaham dan seperjuangan (aliansi). Dari sinilah mulai timbul saling mencurigai antara satu negara (besar) dan negara (besar) lainnya. Dunia Barat, termasuk Italia dan Jerman mulai mencurigai komunisme Rusia. Selanjutnya Rusia dan sekutunya mencurigai gerakan fasisme di Italia dan Nazizme yang berkembang pesat di Jerman. Ketegangan di antara negara-negara tersebut mulai menghangat dan masing-masing pihak memperkuat dan mencari dukungan dari negara lain.
Adapun sebab khusus yang memicu meletusnya Perang Dunia II adalah serangan Jerman atas Polandia pada 1 September 1939. Serangan yang dilancarkan Jerman ini telah mengawali pertempuran dunia di front Eropa, sedangkan sebab khusus yang mengawali Perang Dunia II di kawasan Pasifik adalah pemboman pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii oleh Jepang pada 7 Desember 1941. Pemboman ini telah mengawali berkobarnya Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya.
D. Dampak Perang Dunia II
Perang Dunia II merupakan perang terbesar dan terdahsyat yang pernah terjadi selama ini. Perang ini menelan korban yang sangat besar, yakni 40 juta orang. Perang ini juga membawa akibat besar bagi dunia terutama terjadi perubahan-perubahan di bidang ekonomi, politik, dan sosial.
1. Bidang politik
Munculnya dua kekuatan besar dunia (adikuasa atau super power) yakni Amerika Serikat dengan ideologi liberalisme, dan Uni Soviet dengan ideologi komunisnya. Terjadi persaingan di antara kedua ideologi yang berbeda berakibat munculnya Perang Dingin (Cold War). Namun perang dingin ini sudah pudar bahkan berakhir setelah Uni Soviet terpecah pada 1991 menjadi Commonwealth of Independent State (CIS). Pada masa perang dingin ini kedua kekuatan mencoba mempengaruhi negara-negara sepaham untuk membentuk aliansi (persekutuan), seperti North Atlantic Treaty Organization (NATO), yaitu pakta pertahanan Amerika Serikat bersama negara-negera Eropa Barat. Adapun aliansi bentukan Uni Soviet adalah Pakta Warsawa, yaitu pertahanan Uni Soviet bersama negara-negara Eropa Timur. Kemudian munculnya negara-negara merdeka di Asia, seperti Indonesia, India, Pakistan, dan Srilanka.
2. Bidang ekonomi
Setelah Perang Dunia II berakhir, perekonomian dunia mengalami kekacauan sehingga Amerika Serikat ketakutan pihak komunis akan mempengaruhi negara-negara yang sedang kesulitan. Untuk itu Amerika memberikan bantuan (kredit) bagi negara-negara Eropa yang hancur akibat Perang Dunia II, misalnya melalui program Marshall Plan 1947, akibatnya paham komunis dapat dibendung di wilayah Eropa Barat. Selain itu negara Jerman dan Jepang muncul sebagai negara industri besar setelah mendapat bantuan dari Amerika Serikat.
3. Bidang sosial
Munculnya keinginan yang kuat dari sebagian negara di dunia untuk menciptakan perdamaian abadi. Dari tekad inilah muncul lembaga internasional yang berwibawa dalam melakukan perdamaian, yaitu Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1945. Adapun para pelopor pendiri PBB ialah Franklin Delano Roosevelt (Amerika), Winston Churchill (Inggris) dan Josef Stalin (Uni Soviet).
REFERENSI
* Siti Fauziyah, Eva Syarifah Wardah. (2020). Sejarah Dunia II (Dari Perang Salib sampai Arab Spring). Serang: Media Madani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H