Tokoh-tokoh Wali songo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Wali songo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Gelar sunan atau susuhunan berasal dari kata suhun-kasuhun-sinuhun dalam bahasa Jawa kuno yang berarti menghormati. Lazimnya, gelar tersebut digunakan untuk menyebut guru suci (mursyid thariqah dalam Islam). Kata Wali songo merupakan bentuk majemuk yang berasal dari kata wali dan songo. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna "sembilan". Jadi, Wali songo berarti "wali sembilan" yang mencintai dan dicintai Allah. Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara.
Adapun nama-nama Wali songo sebagai berikut: Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.
1. Biografi Wali songo
a. Sunan Gresik
Beliau dikenal dengan panggilan Maulana Malik Ibrahim. Sunan Gresik dianggap sebagai ulama atau yang menyebarkan Islam pertama ke pulau Jawa sehingga dianggap sebagai wali senior di antara para wali lainnya. Maulana Malik Ibrahim meninggal pada 12 Rabi'ul Awal 882 Hijriyah atau 8 April 1419. Jenazah beliau dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik.
b. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan Putri Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Beliau termasuk salah satu tokoh Wali songo yang berperan besar dalam pengembangan Islam di pulau Jawa khususnya dan daerah lain di nusantara. Sunan Ampel yang memiliki nama asli Raden Rahmat menikah dengan putri Arya Teja, yaitu Bupati Tuban yang juga cucu Arya Lembu Sura, Raja Surabaya. Sunan Ampel wafat di Surabaya pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.
c. Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila putri Arya Teja (Bupati Tuban). Beliau lahir di Surabaya pada tahun 1465 dan wafat tahun 1525. Makam Sunan Bonang berada di Tuban. Beliau dikenal juga dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim dan masih termasuk saudara sepupu dari Sunan Kalijaga.
d. Sunan Giri
Nama asli beliau adalah Raden Paku dan dikenal juga dengan nama Raden Ainul Yaqin. Beliau merupakan putra dari Maulana Ishaq. Beliau berdakwah di daerah Giri dan sekitarnya. Selain itu, beliau banyak mengirimkan para da'i ke luar Jawa seperti: Madura, Bawean, Kangean, Ternate, dan Tidore. Sunan Giri wafat tahun 1506 dan dimakamkan di daerah Giri, Gresik, Jawa Timur.
e. Sunan Drajat
Sunan Drajat lahir di Ampel, Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qasim atau Syarifuddin. Sunan Drajat merupakan adik Sunan Bonang, putra dari Sunan Ampel. Sunan Drajat dikenal sebagai tokoh yang mengedepankan dakwah Islam melalui pendidikan budi pekerti bagi masyarakat. Ia wafat pada pertengahan abad ke-16 dan dimakamkan di daerah Sedayu, Gresik, Jawa Timur.
f. Sunan Kalijaga
Nama asli beliau adalah Raden Mas Syahid, putra dari Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi Bupati Tuban. Adapun ibunya bernama Nawang Rum. Nama Kalijaga dalam satu versi berasal dari bahasa Arab dari kata "qadi zaka" (pemimpin yang menegakkan kebersihan dan kesucian). Namun, pendengaran orang Jawa adalah Kalijaga. Nama dan gelar Sunan Kalijaga antara lain Raden Mas Syahid (Raden Sahid), Lokajaya, Syekh Melaya, Raden Abdurrahman, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok, Ki Dalang Kumendung, serta Ki Unehan. Nama-nama tersebut berkaitan erat dengan sejarah perjalanan hidupnya. Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq dan memiliki tiga putra, yakni Raden Umar Said alias Sunan Muria, Dewi Ruqoyah, serta Dewi Sofiyah.
g. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung. Nama aslinya adalah Ja'far Shadiq dan masih memiliki hubungan kekerabatan (silsilah) dengan Nabi Muhammad Saw. Sunan Kudus berdakwah di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau termasuk ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu, seperti fiqh, ushul fiqh, tauhid, hadits, tafsir, dan logika. Oleh karena itu, beliau mendapat gelar "Waliyyul 'Ilmi" (orang yang kuat ilmunya).