Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Kurniawan

Wirausahawan sosial bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani.

Sekolah, Tempat Literasi Anak (Seharusnya) Mulai Bersemi

Diperbarui: 7 Juni 2017   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(bagian kedua dari tiga tulisan)

Dalam daftar peringkat minat baca yang dikeluarkan oleh Central Connecticut State University  tahun 2016 yang lalu, Australia berada di peringkat 16. Satu tingkat di bawah Selandia Baru. Kedua negara maju di bumi selatan ini jauh berada di atas Indonesia yang menempati rangking 60 (dari 61 negara). Namun, bila kita baca hasil pemeringkatan terhadap infrastruktur perpustakaan, Australia ada di peringkat 33 sementara Indonesia ada di peringkat 36. Di atas Selandia Baru di peringkat 39. Bahkan jauh di atas Jerman yang hanya berperingkat 47. Silakan baca tulisan saya sebelumnya di sini.

Data ini menarik untuk kita kaji lebih jauh. Karena ternyata minat baca suatu bangsa tidak berkorelasi langsung dengan kualitas maupun kuantitas infrastruktur perpustakaan di negara tersebut.

Namun saya tidak akan membahas mengapa tidak ada korelasi antar kedua faktor tersebut. Saya hanya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya dan keluarga berinteraksi dengan kegiatan literasi di Australia. Bagaimana dan kapan sekolah-sekolah di Australia mulai  menumbuhkan minat baca pada anak-anak? Bagaimana pula peran guru dan orang tua dalam mendukung gerakan literasi ini?

+++

Setiap anak yang berasal dari negara yang tidak berbahasa Inggris, wajib masuk kelas belajar bahasa Inggris intensif (Intensive English Unit) sebelum masuk ke kelas utama. Tujuannya adalah untuk melatih sekaligus membangun kebiasaan bagi si anak dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.    

Anula Primary School yang berada di bagian utara kota Darwin, adalah satu dari sedikit sekolah yang ditunjuk pemerintah setempat untuk menyediakan kelas khusus ini. Dan karena alasan lokasi yang tidak terlalu jauh dari rumah kami, maka sekolah ini pun jadi pilihan saya  untuk menyekolahkan kedua putri saya. Pun ini banyak dilakukan oleh keluarga Indonesia yang kebetulan memiliki anak-anak usia sekolah dasar. Tentang kelas khusus ini akan saya ceritakan tersendiri dalam tulisan saya yang lain.

Di sekolah-sekolah dasar (primary school) di Australia, anak-anak sudah dibiasakan dengan proses belajar mengajar yang praktis dan menyenangkan sedini mungkin namun tetap memacu semangat dan budaya literasi. Hambatan komunikasi seperti yang terjadi di kelas khusus intensif bahasa Inggris pun bisa dieliminasi dengan cara dan teknik pengajaran yang menarik.

Salah satu cara memacu semangat literasi anak adalah setiap hari saat pulang sekolah anak diwajibkan membawa pulang satu buku bacaan. Pekerjaan rumahnya adalah anak harus membaca buku tersebut dengan bimbingan ayah atau ibunya. Buku yang dibawa pun disesuaikan dengan tingkat kemampuan baca anak tersebut. Saya atau istri saya, mau tidak mau, setiap malam harus membimbing anak saya membaca buku yang dipinjamnya. Tak jarang, kami pun harus membacakan cerita atau dongeng dalam buku tersebut. Guru pun menyediakan form dimana anak harus menulis judul dan komentar singkat terhadap isi buku yang sudah dibacanya.

Di sekolah anak saya ada dua macam perpustakaan. Pertama, perpustakaan kecil menyediakan buku-buku yang bisa dipilih oleh anak untuk mereka bawa pulang setiap hari. Guru kelas bertugas menyeleksi tingkat bahasa setiap buku untuk disesuaikan dengan kemampuan baca murid-murid di kelasnya.  Perpustakaan ini ada di setiap kelas dengan jenis buku yang diganti secara periodik.

Kemudian selain itu ada perpustakaan besar atau perpustakaan sekolah. Lokasi perpustakaan ini ada di tengah-tengah bangunan utama sekolah tempat kelas-kelas berada. Siapapun yang masuk bangunan utama bisa dipastikan akan melewati perpustakaan terbuka ini. Jelas kondisi ini aman sekaligus mempermudah murid-murid untuk meminjam buku-buku, karena tidak perlu repot pergi ke perpustakaan yang biasanya kalau di sekolah di Indonesia berada di bangunan tersendiri dan jauh dari bangunan induk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline