Dahulu, saat masa kecil saya paling suka kue sagon. Kue ini boleh disebut kue yang belum selesai. Mengapa? Kue manis ini disajikan saat belum memiliki bentuk. Umumnya kue berbentuk imut, indah, mengundang perhatian. Ada yang bulat, persegi, atau panjang. Kue sagon telah siap dikonsumsi saat masih dalam bentuknya semula: bubuk seperti bedak.
Anak-anak memakan kue ini dengan cara diemut seperti makan permen. Ayah atau ibu membungkus kue sagon dengan kertas. Bentuknya kerucut seperti con es krim. Bagian yang lancip dilubangi kira-kira sebesar kancing. Dari lubang ini meluncur kue sagon yang manis, penuh cita rasa. Saya biasa "menyemburkan" serbuk kue seperti ular naga menyemburkan api. Aksi saya mendapat sambutan dari anak-anak lain. Terciptalah "perang sagon" yang seru.
Kini kue sagon telah jarang ditemui. Namun, bila kita berkunjung ke kampung, Kakek dan Nenek kerap membuatnya. Kue sagon yang dikemas dalam toples menjadi sajian di meja tamu. Warnanya yang putih jadi pemikat para tamu. Tak sedikit tamu yang tergoda mencicipi, walau harus rela bila baju dan bibir belepotan oleh kue "pupur" ini.
Kue lain yang menjadi pavorit saat lebaran adalah biji ketapang. Kue ini tipis seperti keripik, bulat dengan ujung yang meruncing, mirip biji ketapang bila diiris. Terbuat dari tepung terigu, parutan kelapa, serta bahan pelengkap lain. Diolah dengan cara digoreng. Mencicipi kue ini kadang membuat orang "kalap". Biasanya orang tak mau melepaskan toples dari genggaman, sebelum memakan isinya hingga tinggal separo.
Tak kalah menarik dari dua kue itu adalah rengginang. Popularitas rengginang bahkan melebihi kue sagon dan kue biji ketapang. Kemashuran rengginang tak lepas dari peran generasi milenial yang mengangkat penomena biskuit Khong Ghuan berisi rengginang. Rengginang yang nota bene penganan tempo doloe dikemas secara kekinian dalam kaleng biskuit membuatnya semakin digemari.
Masa berganti era berubah. Kue lebaran pun terbawa arus zaman. Kue-kue warisan leluhur bercita rasa adi luhung itu pun perlahan tergantikan. Munculah ragam kue "modern" yang mengusung rasa yang nikmat dan kandungan nilai gizi yang baik. Di samping itu, kue-kue jenis ini menawarkan kemudahan dalam membuatnya. Hadir di tengah masyarakat berbudaya instan, kehadiran aneka kue ini seperti gayung bersambut. Masyarakat luas segera mengenali beragam jenis dan cita rasa kue-kue baru.
Nastar, kastengels, dan putri salju adalah tiga diantara kue-kue jenis baru itu. Sejak kemunculannya yang dibawa bangsa Eropa, Nastar begitu digemari. Tekstur kue yang lembut, ditunjang penampilannya yang menarik membuat kue bulat ini menjadi buruan, utamanya di saat hari Lebaran. Nastar menjadi primadona yang membuat meja tamu "bergairah".
Pun begitu dengan Kastengels dan Putri Salju. Lebaran serasa belum lebaran tanpa kehadiran keduanya. Bila Nastar bercita rasa manis dan asam, tidak begitu dengan Kastengels. Kue ini mengusung rasa keju yang kuat. Kue dengan rasa asin khas keju menjadi pilihan bagi mereka yang tidak begitu menyukai kue manis. Taburan keju kering di permukaan kue persegi panjang ini seakan hendak menegaskan eksistensinya. "Akulah kue dengan rasa keju yang khas!"
Putri Salju melengkapi khasanah kue Lebaran. Tak sama dengan dua kue terdahulu, Putri Salju tidak miliki bentuk yang baku. Ada yang dibuat menyerupai bola yang dibelah, ada pula yang berbentuk segi tiga. Untuk lebih terlihat menarik, Kue Salju dibuat seperti bentuk bulan sabit dan bintang. Kue salju berhias taburan gula putih lembut. Inilah makna salju yang melekat padanya disamping rasa kue dengan nuansa keju yang kental.
Deretan kue dengan cita rasa beragam membuat suasana Lebaran semarak. Ada cerita di setiap hidangan. Ada kisah dibalik butir demi butir kue. Semuanya menyiratkan suasana hati yang gembira di hari raya. Banyak orang menyukai kue yang satu. Tak sedikit orang lebih suka pada kue yang lain. Tak jadi soal, apa pun pilihan Anda hati Anda gembira saat memilih. Jangan tanya saya mengapa memilih kue Nastar. Karena Anda sudah tahu jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H