Ketika menyebut desa wisata tradisional di Pulau Nias, kebanyakan para wisatawan hanya tahu desa Bawamataluo yang ada di Nias bagian Selatan. Sebenarnya di Nias bagian utara ada satu desa wisata tradisional yang cukup terkenal dan memiliki kekayaan budaya rumah adat tradisional yang lengkap.
Desa Tumori adalah desa wisata tradisional satu-satunya yang memiliki banyak rumah adat dibandingkan desa-desa yang ada di Kota Gunungsitoli secara keseluruhan. Zaman dulu para tetua di Desa Tumori, memberikan nama Tumori mempunyai makna pohon raksasa. Jarak desa ini dengan pusat kota Gunungsitoli lumayan dekat yaitu sekitar 7 km ke arah utara. Atau, dari Bandar Udara Binaka sekitar 1 jam menuju Gunungsitoli bagian barat.
Beberapa hari yang lalu, saya bersama dengan 2 orang teman berkunjung ke desa ini. Setelah 15 menit mengendarai sepeda motor, akhirnya kami tiba di desa Tumori. 200 meter sebelum desa Tumori terdapat sebuah gapura besar dengan tulisan "SELAMAT DATANG DI DESA WISATA RUMAT ADAT NIAS". Sekitar 300 meter setelah gapura, beberapa rumat adat tradisional nias bagian utara mulai kelihatan. Umumnya, di Nias terdapat dua jenis rumah adat, yaitu Rumah Adat Nias bagian selatan dan Rumat Adat Nias bagian Utara.
Rumah adat tradisional nias yang ada di Tumori bermodel rumah panggung dan mempunyai atap bentuk oval. Cara membuat bangunan rumah adat tradisional nias adalah bangunan ini ditumpu oleh kayu-kayu gelondongan yang disusun berdiri mengelilingi rumah, untuk menahan beban rumah bagian bawah rumah disusun dengan kayu-kayu secara silang beraturan.
Sedangkan bagian lantai rumah terbuat dari papan, dan atap rumah dari daun rumbia. Tetapi, sekarang ini dengan mahalnya daun rumbia dan jarang mengerajin daun rumbia di Nias, daun rumbia diganti dengan menggunakan seng.
Rumat adat tradisional di Nias zaman dulu umumnya rumah adat tradisional nias tidak menggunakan paku sama sekali, tetapi dengan menggabungkan kayu yang satu dengan yang lain dengan cara memahat. Hasilnya, saat terjadi gempa bumi yang sangat dasyat di Nias tahun 2005, banyak rumah adat nias yang tidak hancur, karena kayu-kayu saling terhubung satu sama lain.
Pada bangunan asli rumah adat Nias tidak terdapat dan pada bagian dalam rumah tidak terdapat kamar. Dinding bangunan pada rumah adat tradisional nias menggunakan papan yang disusun secara berdiri.
Dalam rumah adat tradisional nias tidak menggunakan jendela pada umumnya, tetapi model jendela berjerajak. Tujuan dibuat model jendela seperti ini adalah supanya penghuni rumah dapat melihat orang yang sedang berada di halaman depan rumah atau yang hendak bertamu ke dalam rumah.
Selain dari itu bentuk lantai rumah berbeda permukaan antara satu sama lain. Perbedaan keduanya sekitar 10 cm. Untuk lantai yang lebih tinggi saat ada pertemuan dikhuskan untuk pria, sementara yang lebih rendah dikhuskan untuk wanita.
Rumah-rumah adat tradisional di desa Tumori dapat kita temui sepanjang sekitar 1 km-2 km dan beberapa rumah adat tradisional saling berhadapan satu sama lain.
Di beberapa halaman depan rumah adat tradisional nias terdapat batu menhir atau gowe, yaitu batu-batu besar yang dulunya dianggap keramat. Pada umumnya batu menhir di nias ada 2 jenis; ada yang dipahat menyerupai orang dan tanpa dipahat.