Lihat ke Halaman Asli

Febriwan Harefa

Seorang tenaga pendidik

Petani Berdasi dari Nias

Diperbarui: 5 September 2018   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Pagi itu seorang pemuda yang kira-kira berumur 29 tahun  sedang menanam bunga taik ayam di sekitar tanaman cabe yang sudah menginjak umur 3 bulan. Saya menyapa pemuda tersebut dengan salam khas Nias "Ya'ahowu". 

Dengan ekspresi yang sangat hangat, ia menyapa kami balik "Ya'ahowu".  Nama petani ini adalah Yurisman Halawa, tetapi setelah ia menikah masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan panggilan Ama Glen Halawa.

Masyarakat Desa Somi, Kec. Gido, Kabupaten Nias sering menjuluki Ama Glen dengan istilah "Petani berdasi". Bukan tanpa alasan mereka menjuluki Ama Glen dengan istilah itu. Dengan jumlah 6 ribu batang cabe yang telah berbuah yang mana rata-rata 1 batang tanaman cabe menghasilkan sekitar setengah kg. 

Jika 6 ribu batang cabe dipanen dalam waktu yang sama, 6 ribu batang cabe dapat menghasilkan 3 ribu kg cabe. Sekarang ini harga cabe di Pulau Nias sekitar 25 ribu -- 30 ribu. Dalam sekali panen Ama Glen bisa menghasilkan sekitar 75-90 juta. 

Di Nias tanaman cabe bisa dipanen sekitar 3-4 kali. Bisa dihitung sendiri berapa penghasilan Ama Glen dari hasil bercocok tanam cabe. Selain menanam cabe, Ama Glen juga menanam semangka. Semangka yang ia tanam terdiri dari 3 jenis, yaitu : 1. Semangka non biji 2. Semangka berwarna merah, dan 3. Semangka berwarna kuning. Harga 1 kg semangka bervariasi mulai dari 5 ribu sampai 10 ribu.   

fb-img-1536112622319-5b8f4191c112fe663356aa28.jpg

Dok.pribadi

Usaha tidak menghianati hasil
Semua hasil yang diperoleh Ama Glen tidak didapatkan dengan mudah atau hanya dengan mengucapkan "Simsalabin..jadi apa?....". Ia menceritakan kepada saya, sekarang ini lahan tanaman cabe yang kelihatan sangat enak dipandang mata dengan deretan puluhan tanaman cabe yang dibaluk dengan mulsam supanya tidak tumbuh rumput dan tidak mudah terserang hama. Dulunya adalah pepohonan karet yang sudah bisa dideres. Karena tekad untuk mengembangkan usaha pertanian cabe. Ama Glen menebang seluruh pohon karet dan menggantikan dengan membuka lahan tanaman cabe.  

Saat pertama kali membuka lahan pertanian cabe tidaklah mudah. Terlebih dahulu, Ama Glen harus menebang semua pohon karet yang berada di lahan pertanian cabe dan semangka. 

Kesulitan untuk membuka lahan tidak sampai disitu saja. Akar-akar karet  yang masih berserakan dimana-mana menjadi kesulitan lainnya. Untuk mengatasi hal itu, Ama Glen dibantu  oleh beberapa saudara  memotong  akar karet. Kemudian dengan menggunakan mesin, Ama Glen dengan menggunakan mesin menggemburkan tanah. Setelah tanah gembur, dibuat blok-blok dan dilapiskan dengan mulsam, agar tidak tumbuh rumput.  

Bibit  cabe yang  Ama Glen gunakan berasal dari bibit-bibit yang berkualitas yang ia beli dari toko pertanian yang ada di Gunungsitoli. Kurang lebih 2 bulan Ama Glen bersama beberapa sanak saudara mempersiapkan  lahan tanaman cabe dan semangka. 

Dok.pribadi

Masalah yang dihadapi

Sejak pertama kali membuka lahan tanaman cabe dan semangka, masalah besar yang dihadapi oleh Ama Glen adalah banjir. Saat curah hujan sangat deras, lahan pertanian cabe sering tergenang air, dan karena lahan pertanian miliknya berdekatan dengan aliran sungai, saat hujan deras air sungai meluap keatas dan membuat tanaman cabe dan semangka yang masih kecil-kecil terbawa  banjir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline