Sebelumnya kami tidak ada rencana ke gua tempat para pertapaan para tokoh-tokoh besar Indonesia. Setelah menginap di tempat paralayang, Gantole selama satu malam. Pagi harinya, kami sempat bingung hendak kemana. Sampai salah seorang mengusulkan kita hari ini ke Gua Langse saja. Kamipun setuju ke Gua Langse. Masalahnya tak ada satupun diantara kami yang tahu gua tersebut. Kemudian, dengan bermodalkan Google Map. Kami mencari petunjuk jalan dari Gantole ke Gua Langse. Setelah mencari beberapa menit. Akhirnya kami menemukan petunjuk jalan dari Gantole ke Gua Langse.
Dengan menggunakan motor, kami berangkat dari tempat paralayang, Gantole ke Gua Langse. Sekitar satu jam setengah mengendarai motor. Akhirnya kami sampai di ujung jalan yang beralas semen. Setelah kami memarkir motor di salah satu rumah penduduk, dan membayar uang parkir Rp. 5.000.
Untuk menuju ke Gua Langse, kami harus berjalan kaki melewati hutan yang dipenuhi oleh tanaman pohon jati yang masih muda. Sekitar 1 jam melalui hutan. Kami sampai di sebuah jalan yang bebatuan yang lebarnya sekitar setengah meter. Sementara, bagian kanan jalan adalah jurang, yang dibawahnya adalah bebatuan karang yang sangat tajam dan ombak yang sangat kuat. Sedangkan bagian kiri jalan adalah tebing batu.
Salah seorang dari kami berpikir untuk kembali saja. Tetapi karena banyak yang setuju untuk tetap menuju ke Gua Langse. Kami putuskan untuk tetap ke gua. Beberapa meter melalui jalan tersebut, kami harus berpegangan pada akar-akar kayu yang sudah diikat dengan tali tambang dan rafia. Tapi, beberapa bagian tali sudah mulai kelihatan putus di beberapa bagian. Begitu juga beberapa bagian akar sudah mulai kelihatan lapuk.
Kira-kira 50 meter memegang rotan. Kami harus menggunakan tangga untuk menuruni jalan yang sedikit terjal. Tangga yang harus dilalui memiliki ketinggian sangat tinggi, dan beberapa bagian anak tangga ada yang sudah rapuh. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Satu persatu dari kami menuruni tangga secara perlahan-lahan, dan berpegang pada bagian tangga. Sekitar setengah jam, kami akhirnya semua bisa melewati tangga. Tanpa diantara kami ada yang terluka.
Setelah satu setengah jam melewati jalan yang sangat terjal. Akhirnya tiba di Gua Langse. Sesampai di depan mulut Gua, kami disambut oleh seorang mbah yang usianya berkisar 65-70 tahun menyambut kami. Menurut penuturan si mbah Gua Langse pernah digunakan tirakat oleh Sunan Kalijaga, Pangeran Diponegoro, Soekarno, dan Jenderal Sudirman. Bahkan, jika pada saat pemilihan legislatif. Para calon anggota legislatif banyak bertapa di Gua ini.
Setelah masuk ke dalam gua. Kami banyak melihat berserakan bunga kembang tujuh rupa, kembang seungit, dan di salah saju ujung ruang gua terdapat beberapa kelapa muda. Kedalaman Gua langse sekitar 100-200 meter dengan 2 ruangan utama, di dalam gua terdapat tempat ritual. Biasanya tempat persemedian di dalam gua sangat gelap. Sedangkan, untuk para pertapa pemula bertapa di bagian luar ruang gua.
Yang membuat gua ini bertambah mistis dan menakutkan adalah hempasan ombak-ombak yang sangat kuat. Bahkan menurut nelayan yang sempat berpasasan dengan kami mengatakan tidak berani meletakkan perahunya di bibir pantai. Pasti akan pecah karena hempasan ombak. Atau, terkadang perahunya terbawa arus.
Secara geografis Gua Langse berada di sebelah tenggara Pantai Parantritis dan Pantai Parangndok. Sekarang ini Gua Langse dikelolah oleh kelompok Penghayat Kepercayaan Purnomo Sidi dari Kedunglumbu Surakarta.
Itulah pengalaman saya dan 6 orang teman menjelajahi tempat para pertapaan para tokoh besar Indonesia. Yang saya dapatkan dari perjalaan ini adalah keberanian melewati jalan setapak yang membuat nyawa menjadi taruhannya. Meskipun capek dan dipenuhi rasa takut. Secara keseluruhan menjelajahi Gua Langse sangat mengasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H