Sebelum India merdeka dari Inggris. Orang Inggris dan India sangat susah memahami satu sama lain. Orang Inggris menganggap orang India, orang yang tidak mampu secara pendidikan dan bodoh. Tetapi anggapan itu di patahkan oleh S. Ramanajun. Seorang ahli matematika yang berasal dari Madras, yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Walaupun belum tamat sekolah. Berkat kecintaanya terhadap Matematika, ia berhasil mengembangkan rumus dari analisis matematika, teori bilangan, barisan tak hingga, dan pecahan berkelanjutan dan menemukan rumus partisi. Berkat rumus partisi yang ditemukan oleh S. Ramanujun. Para ilmuwan sekarang ini menggunakan rumus tersebut untuk memahami karakter lubang hitam. Karya penemuan Ramanujun tentang partisi sebanding dengan hasil penemuan Tenth Symphony Beethoven.
Berkat keberhasilan S. Ramanujun dalam dunia matematika. Kisah hidupnya diangkat dalam film layar lebar yang berjudul The Man Who Knew Infinity. Dalam film yang berdurasi 1 jam lebih ini. Diceritakan pada tahun 1914, Ramanujun hanya seorang penganguran yang suka memecahkan berbagai soal matematika. Mulai dari nilai fungsi gamma, rumus nubuat tentang pyramid, dan partisi, dll. Sampai suatu ketika, Ia bekerja kepada sir Francis sebagai juru tulis di Departemen Akutansi. Selama bekerja kepada sir Francis. Seorang assisten sir Francis menyarankan Ramanujun untuk mempublis rumus-rumus yang ia buat. Agar ia tidak membawa hasil ciptaannya itu sampai mati. Dengan usul assiten inilah. Ramanujun mengirim surat kepada ahli matematika Universitas Cambridge, G.H. Hardy.
Berkat rekomendasi G.H. Hardy. Ramanujun bisa berangkat ke Inggris. Selama tinggal di Inggris, ia mengalami banyak masalah. Masalah yang besar yang ia hadapi adalah para professor yang tergabung dalam fellow Trinity College menganggap bahwa S. Ramanujun bodoh. Karena ia berasal dari India. Di sekitar lingkungan daerah Ramanujun tinggal. Ia juga mengalami diskriminasi dari tentara-tentara Inggris. Karena Ramanujun berasal dari India. Diskriminasi yang sangat berat yang Ramanujun terima adalah ketika meletus perang antara Inggris dan India. Ia dipukuli dan ditendang oleh para tentara Inggris.
Begitu juga dengan hubungannya dengan Major Macmahon. Seorang pemimpin kombinatorika (cabang matematika tentang objek khusus) menghakimi S.Ramanujun tidak bisa menyelesaikan soal partisi. Ia mengatakan kepada Ramanujun dengan nada keras “Ramanujun orang sepertimu tidak bisa menyelesaikan soal ini. Lebih baik kamu pulang ke India”. Tetapi dengan tegas Ramanujun mengatakan ia mampu mengerjakannya.
Setelah beberapa minggu mengerjakan soal partisi P= 20, Ramanujun berhasil mengerjakannya. Dan, ia membuktikan kepada Major Macmahon hasil yang ia dapat. Dan diluar dugaan hasil yang dikerjakan oleh Ramanujun dengan Major Macmahon hanya beda 2%.
Setelah belajar terus menerus setiap malam. Akhirnya S.Ramanujun jatuh sakit. Ia diagnosa terkena penyakit sesak nafas, rentan terinfeksi, dan TBC. Setelah berobat akhirnya Ramanujun sembuh. Dan, ia berhasil kembali ke India dengan membawa sebuah keanggotan fellow Trinity College oleh karena karya tulisnya tentang fungsi elipstis dan teori bilangan.
Setelah satu tahun tinggal di India bersama dengan istrinya, Ramanujun meninggal akibat penyakit yang ia derita kembali kumat. Ketika, ia berada di atas kapal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H