Lihat ke Halaman Asli

Mengantar Anak ke sekolah

Diperbarui: 23 Juni 2017   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tahun ini kembali sekolah kembali menyampiakna himbauan  bagi orang tua untuk mengantarkan anak anak  di hari pertama ke sekolah . Himbauan ini disambut baik oleh  kalangan swasta yang mengijinkan  karyawan datang "agak" terlambat di hari pertama tahun ajaran baru 17 Juli 2017 . 

Saat ini mengantar anak ke sekolah banyak diserahkan kepada pihak lain : supir, kendaraan jemputan,  pengemudi ojek atau pengasuh .  Menjadi pemandangan wajar di gerbang sekolah TK dan SD , anak anak berlarian masuk gerbang sendirian . Simbol kemandirian ? betul . Tetapi anak anak ini masuk gerbang sekolah seakan menyambut kebebasan , seakan teriak  " horeee ... bisa main di sekolah tanpa diawasi orang tua .." oalah . 

Saat anak saya masuk  mulai sekolah, di TK , saya menyempatkan diri mengantarnya ke sekolah setiap pagi sampai ke gerbang sekolahnya .  Saya menuntun anak untuk  diserahkan pada ibu guru yang menyambut anak anak tersebut  dari tangan orang tuanya. Setelah 2 tahun saya merasakan ada hal penting dari  rutinitas tersebut . Pertama saya membiasakan diri untuk bertemu Ibu guru dan menampung secuil cerita tentang apa yang dikerjakan anak di sekolah pada hari kemarin . Kedua, saya bisa menyampaikan secuil informasi tentang apa yang sudah dilalui anak  kemarin dan pagi ini .

Beranjak ke saat anak masuk sekolah dasar, saya masih setia mengantar anak sampai gerbang sekolah, kali ini saya tak lagi menuntunnya , tetapi cukup menurunkannya dari kendaraan tepat di depan gerbang . Sampai kelas 3 SD anak lelaki saya masih tak bereaksi saat  ibu menyambut uluran tangan si anak  untuk bersalaman  kemudian mencium kening  sebelum turun dari kendaraan . Mulai kelas 4 anaku minta turun agak jauh dari gerbang karena ia malu kalau ibu guru melihat ritual cium kening dari dalam gerbang , Oh begitu, rupanya dianggap terlalu "cemen" buat anak lelaki .  Jadi saya pun mengikuti permintaannya untuk turun 5 mtr sebelum gerbang . 

Sekarang si sulung sudah masuk SMP  dan tidak lagi diantar sampai gerbang sekolah. Cukup diturunkan dari kendaraan 100 mtr dari gerbang sekolahnya. Tujuan  saya agar ia berjalan kaki dan sempat bertegur sapa dengan teman sebaya menuju ke sekolah.   Hikmah mengantar anak ke sekolah  adalah : satu, anak menjadi percaya diri karena memiliki keyakinan bahwa orang tuanya memastikan anaknya tiba di sekolah dengan selamat , kedua, orang tua menyiapkan diri untuk berangkat lebih pagi dan menghabiskan waktu sepanjang perjalanan berbincang ringan dengan anak  untuk membangun mood.  

Saya biasa mendengarkan berita di radio atau mendiskusikan hal hal di luar konteks belajar . Suatu hari anak saya bertanya "apa sih fungsi busi dalam kendaraan ?"   terus terang saya perlu waktu untuk memikirkan jawabannya, krn saat itu kami naik sepeda motor di tengah kemacetan lampu merah .Selewat lampu merah barulah saya bisa memberikan jawaban logis tentang fungsi busi . Dalam hati saya berdoa semoga jawaban saya benar .   Yang ketiga , orangtua perlu mempertimbangkan bahwa anak adalah representasi orang tuanya, maka saat mengantar anak ke sekolah, berpakaianlah yang wajar. Tidak seperti orangtua, yang gemar memamerkan anak di hadapan teman temannya, anak anak justru kebalikannya, ingin menyembunyikan  orang tuanya di hadapan teman teman . Dengan berpakaian yang wajar, anak anak bisa memproklamirkan diri lebih baik atau sama baiknya dengan orangtuanya .  Lha anak kita harus berpakaian seragam lengkap dan rapi, tetapi orang tuanya di jam yang sama  belum mand bahkan jauh dari rapi , sungguh kasihan anak kita.

 Tidak ada salahnya membangun kepercayaan diri anak dengan mengantarkan anak ke sekolah. Bagi orangtua yang tidak mengantarkan anak sampai ke sekolah, paling tidak  antarkan anak sampai ke depan pintu rumah, dan berikan  mereka semangat untuk melankahkan kaki menuju sekolah.

Ada pengalaman menggelikan saat mengantarakan anaku ke sekolahnya , ternyata anak anak SD suka membicarakan kebiasaan orang tua yang mengantarkan anak ke sekolah. Mulai dari kebiasaan diantar ayahnya bercelana pendek, atau diantar ibunya yang masih mengenakan daster dan roll rambut ,bahkan ada anak yang bisa tahu bahwa pengantar  temannya belum cuci muka.  Kaget ? ya begitulah kenyataannya . Jadi, meski si anak turun dari mobil mewah,  guru dan teman temannya akan memperhatikan siapa yang mengantarnya ke sekolah  ( bagi yang mengantar sampai gerbang disambut ibu bapak guru berbaris) .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline