Lihat ke Halaman Asli

Berhati-hatilah Menasehati Perokok

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13452872461309428167

Kasus 1

Penasehat : Idih, merokok itu dosa loh.

Perokok : Kenapa gitu?

Penasehat : Tubuh itu kan , Anugerah . Coba bayangin, kamu gak menghargai Anugerah. Dosa loh.

Perokok : Merokok itu pahala.

Penasehat : Sakit jiwa kamu.

Perokok : Lah. Merokok itu bahaya enggak?

Penasehat : Jelas. Itu kamu tahu.

Perokok : Bikin penyakit enggak?

Penasehat : Ya sudah pasti.

Perokok : Nah, disitu lah letak pahalanya.

Penasehat :Sakit jiwa kamu kumat lagi deh.

Perokok : Kami tahu itu bahaya, tapi kami tetap merokok.

Penasehat : Itu kan. Perokok itu gila.

Perokok :Bukan. Kami hanya berkorban.

Penasehat : Berkorban apa?

Perokok : Andai kami berhenti merokok, kebayang berapa pemasukan Negara yang hilang?

Penasehat : Banyak.

Perokok :Andai kami berhenti merokok, kamu kebayang berapa jumlah penganguran?

Penasehat : Banyak.

Perokok : Andai kami berhenti, kamu kebayang, konser musik tidak akan ada lagi? Seniman lagu akan hancur?

Penasehat : Benar

Perokok : Dan bulutangkis kita akan musnah.

Penasehat : Benar.

Perokok : Dan yang lebih luarbiasanya lagi, stok beasiswa buat anak-anak Indonesia berprestasi akan berkurang.

Penasehat :  Kamu benar.

Perokok : Coba bayangkan. Kami mengorbankan kesehatan kami demi Indonesia.

Penasihat : Kamu keren. Kamu pahlawan masa kini. *kemudian diam tanpa kata*

Kasus 2

Penasehat : Bro, emang rokok ada gunanya gitu? Berhentilah sebelum terlambat.

Perokok : Lah, kenapa harus berhenti. Jelas-jelas rokok ada manfaat nya. Paling tidak, rokok dapat membantu pemerintah mensukseskan program KB. Belum lagi, mendukung pemerintah dalam menekan jumlah penduduk.

Penasehat : Huh?

Perokok :Merokok bisa buat impoten, gimana mau bikin anak coba? Belum lagi kalau kebanyakan ngerokok, tewas deh bro.

Penasehat: Tuh kan. Uda tau gitu, tetep aja ngerokok. Bodoh!

Perokok: Sabar dulu. Merokok dapat mempercepat proses kerja birokrasi pemerintah.

Penasehat: Dari mana jalan nya bro?

Perokok: Birokrasi di Indonesia ruwetkan? Lama kan?.

Penasehat: Nama nya juga aparat birokrasi kita menganut idiom “Kalau bisa diperlambat, kenapa harus dipercepat?” Ya wajarlah kalau proses nya ruwet gitu.

Perokok :Nah pinter. Tapi kalau ada “uang rokok”, semua birokrasi lancar jaya bro.

Penasehat : Benar juga.

Perokok: Berterimakasihlah pada rokok.

Penasehat :Terimakasih rokok. *kemudian hening*

Kesimpulan : Berhati-hatilah menasehati perokok, mereka itu selalu punya alasan untuk ngeles.

Gambar : detik.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline