Lihat ke Halaman Asli

Ivan Saputra

Communication Student at Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Kiat Sukses Pengelolaan Konflik Masyarakat Multikutur: Dari Ketegangan ke Rekonsiliasi

Diperbarui: 19 Desember 2024   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Konflik (docs pribadi/Ivan Saputra)

Sebagai warga negara Indoesia sudah menjadi keharusan untuk hidup berdampingan dengan masyarakat multikultur. Mayarakat multikultur adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, bahasa, adat istiadat, dan budaya yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut secara tidak langusng membuka ruang untuk timbulnya konflik dalam masyarakat yang memiliki keberagaman tersebut.

Masyarakat multikultur sering menghadapi tantangan dalam menjaga keharmonisan sosial. Konflik dapat muncul dari ketidaksepahaman atau diskriminasi antar kelompok. Liat saja di Yogyakarta misalnya, dalam beberapa bulan terkahir terjadi kericuhan masyarakat suku Papua di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta. Atau banyaknya kasus pelarangan ibadah masyarakat non muslim di sejumplah tempat di Indonesia. Carl (20) salah satu mahasiswa di Yogyakarta menjelaskan bahwa dirinya cukup resah dengan banyaknya konflik antar suku di Yogyakarta "lumayan resah apa lagi kalau ada yang fanatik sama suku atau agama tertentu" ujar carl

Dikutip dari buku The Handbook of conflict resolution karya Morton Deutsch dkk (2006) menjelaskan bahwasanya pada dasarnya konflik memiliki sifat akan selalu ada dan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Konflik sebenarnya dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Oleh karena itu keberadaan konflik bukan dihindari tapi dikelola. Berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengelola dan meminimalisir konflik multikultur.

1. Menganalisis Penyebab Konflik dan Hindari Seterotip

Masyarakat multikultur terdiri dari individu atau kelompok yang memiliki perbedaan dalam hal agama, budaya, ras, bahasa, dan nilai-nilai sosial. Perbedaan ini bisa menjadi sumber konflik apabila ada ketidakpahaman atau ketidakadilan dalam memperlakukan setiap kelompok. Penting untuk memiliki kepekaan pada akar dan sumber yang rawan meledaknya konflik.

Konflik dalam masyarakat multikultur sering kali muncul karena ketegangan antara nilai tradisional dan nilai modern, diskriminasi antar kelompok, atau marginalisasi kelompok minoritas. Penting untuk meminimalisir stereotip pada pikiran setiap pihak. Pemikiran mengenai hal negatif tentang suatu kelompok harus dibuang jauh jauh untuk mengurangi ketegangan

2. Pentingnya Dialog dan Komunikasi Antar Kelompok

Dialog antar kelompok yang berbeda dalam masyarakat multikultur sangat penting untuk mengurangi ketegangan. Salah satu langkah pertama dalam pengelolaan konflik adalah membuka ruang komunikasi yang aman dan konstruktif antara berbagai pihak dan aktor yang berkonflik. Dialog ini memungkinkan masing-masing pihak untuk mengungkapkan perasaan, harapan, dan perspektif mereka tanpa takut dihukum atau dihakimi.

Proses ini sangat penting untuk menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang latar belakang budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh setiap kelompok. Dengan memahami perbedaan tersebut, kelompok-kelompok yang sebelumnya terpisah atau saling mencurigai dapat mulai melihat perbedaan mereka sebagai kekayaan, bukan sebagai ancaman.

3. Penyelesaian Konflik Melalui Mediasi dan Fasilitasi

Di masyarakat multikultur, mediasi yang melibatkan pihak ketiga yang netral seringkali lebih efektif. Pihak ketiga yang dapat berupa tokoh masyarakat, pemimpin agama, atau mediator profesional, dapat menjadi fasilitas percakapan antara kelompok yang berkonflik dan membantu mereka menemukan solusi bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline