Lihat ke Halaman Asli

Menaklukkan Ahok Dengan Satu Jurus

Diperbarui: 17 Maret 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat jurus Ngepretnya Rizal Ramli? Semua koruptor, pejabat buruk, pejabat lalai, dan pejabat kotor patut mendapatkannya. Sayang Rizal Ramli segera terusir dari panggung pemerintahan. Tetapi pemerintah, aparat, dan birokrat harus ngepret dirinya sendiri dan orang-orang korup dan kotor di sekitarnya kalau mau negara ini makmur dan sejahtera. Jokowi bilang, seharusnya banyak masalah di negeri ini yang sudah selesai dan tuntas. Pembangunan jalan, pembangunan jembatan, pasar, dan lain-lain bisa untuk jangka amat panjang, kalau dananya tak dicatut dan dikorupsi di sana-sini. Saat ini, kalau dana negara tak dicatuti dan dikorupsi, mungkin setiap pulau besar di Indonesia ini sudah ada jembatan penghubungnya, agar persatuan makin terjaga, transportasi mudah, ekonomi juga makin berkembang pesat.

Karena itu, KPK, Polri, dan lembaga penegak hukum lain khususnya, harus selalu ngepret dengan sangat telak. Bahkan yang main Pungli pun, seperti para pemakan riba, harus dikepret dan disikat. Kalau mereka tidak mau ngepret, berarti mereka selalu ngepet di kegelapan seperti babi yang pura-pura pilon, menyeruduk apa saja, merusak apa saja, makan gaji buta, nyolong duit rakyat secara sah. Sebutan yang pantas untuk mereka adalah babi. Julukan kera atau tikus terlalu bagus untuk mereka, karena mereka begitu jorok dan tak tahu malu. Anak-anak mereka adalah anak-anak babi. Istrinya babi. Yang ikut makan harta mereka juga babi. Penegak Hukum yang tidak memberantas mereka, apalagi yang ikut seperti mereka adalah para pemuka babi.

Tetapi saat ini, julukan babi itu masih melekat pada orang-orang fanatik yang tidak berpikir cerdas mengikuti ulama' atau pemuka agamanya. Sebagian orang menempelkannya kepada Pak Ahok, yang karena orang turunan Tionghoa pasti sering makan daging babi. Padahal yang makan daging babi bukan babi. Babi tidak makan kerumunannya sendiri. Yang sering makan orang turunan, baik turunan Tionghoa, Arab, maupun India adalah pejabat korup yang suka Pungli dan mempermainkan birokrasi. Mereka tidak makan sepiring nasi, tetapi begitu serakah sampai jadi karnivora makan apa saja, bahkan makan saudaranya sendiri, hingga berkilo-kilo, bahkan berton-ton nasi. Cari makan saja dibela-belain sampai korupsi.

Pantas jika orang seperti Pak Ahok membela kaumnya. Malah orang seperti Habib Riziq yang tidak prihatin sama sekali dengan kaumnya yang sekian puluh tahun telah dipermainkan birokrasi, mengurus ini-itu susah, harus bayar sangat mahal untuk dapat haknya memperoleh pelayanan masyarakat yang memuaskan. Lalu ada orang yang benar membenahi birokrasi malah mereka iri dan dengki sampai menciptakan gubernur tandingan, membuat huru-hara, merugikan miliaran uang masyarakat dan negara, yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk bantuan bagi korban bencana banjir yang terjadi di mana-mana.

Yang namanya korupsi, ketimpangan birokrasi, dan pejabat-pejabat lalai dan tak becus harus segera disingkirkan atau akan merugikan dan menghancurkan negara. Salut untuk pejabat seperti Pak Ahok. Untuk Indonesia orang seperti Pak Ahok patut disebut sebagai pembaharu yang sangat langka. Tapi agar emosi dan amarahnya lebih stabil, sebaiknya menghindari konsumsi daging babi. Soalnya daging babi panas sekali. Secara pribadi penulis pernah melihat warga Tiongkok yang kerja di Kota Surabaya memang gila kalau konsumsi daging babi. Efeknya ke amarah dan emosi mereka luar biasa, apalagi ditopang hawa Kota Surabaya yang panas dan orang-orangnya yang agak malas-malas. Tapi segi positifnya, kerja orang-orang Tiongkok itu memang harus dibilang sangat gila. Kerjaan tiga-empat hari diselesaikan hampir sehari dan hampir semalam dengan istirahat yang amat sedikit.

Penulis sendiri merasakan suatu pengalaman yang benar-benar luar biasa, ketika kerja betul-betul dengan mereka. Sebelumnya, sebelum penulis masuk, kendala bahasa dan kurang tanggapnya pekerja asli yang membuat suasana ricuh, penuh masalah, dan tak ada jalinan emosional, karena orang Tiongkok itu terus marah-marah dan tak terkendali emosinya. Mereka memang diburu target dan harus mengerjakan setiap detailnya dengan sempurna, karena jika tidak, pasti benar-benar berbahaya, sebab yang dikerjakan adalah tempat permainan untuk anak-anak. Kecelakaan ringan sampai kecelakaan fatal bisa terjadi, jika ada detail yang tak sempurna, karena yang dijadikan permainan tempat setinggi hampir 12 M, menggunakan alat berat, dan alat-alat permainan yang cukup berbahaya untuk memompa andrenalin. Tapi saat Penulis datang, dengan penguasaan bahasa Inggris yang sama-sama seadanya dan bahasa tarzan yang sopan, akhirnya pekerja yang lain jadi terinspirasi untuk tak hanya menghandalkan peran penerjemah. Maka segala ricuh, banyak masalah, dan jalinan emosi yang tak terjalin bisa dinetralisir. Pekerjaan yang awalnya dikatakan kepada penulis saat terima kontrak, baru akan selesai dua-tiga bulan, ternyata bisa tuntas dalam tiga minggu lebih atau tak genap sebulan.

Dengan cerminan itu, posisi penulis dan pekerja yang lain, rasanya hampir sama dengan yang tengah dihadapi warga Jakarta sekarang. Warga yang menolak dengan keras atas kehadiran Pak Ahok sebagai pimpinan dan gubernur mereka adalah karena sifat emosional dan kekasaran ucapan Pak Ahok. Di Indonesia ini bisa dibilang cukup langka seorang pemimpin seperti Pak Ahok. Bahkan yang Muslim pun, tak ada yang bisa memenuhi amanat dan tanggung jawab seperti yang dilakukan Pak Ahok. Tetapi dengan karakter Pak Ahok, penulis yakin, bahkan para pemilihnya pun, merasa geram, gemas, was-was, dan agak gimana gitu loh! Di dunia ini, khususnya di negeri ini, tak ada penjahat yang mau diperlakukan seperti binatang. Bahkan binatang pun, ingin diperlakukan secara manusiawi dan penuh kemanusiaan. Tapi jika semua warga Jakarta menerapkan jurus rahasia penulis, Insyaallah semua akan aman, terkendali, dan sampai ke tujuan.

Saat ini, Pak Ahok tengah berada di atas angin. Untuk terpilih menjadi gubernur kembali, peluangnya sangat besar. Hampir semua warga Jakarta, bahkan seluruh Indonesia menginginkan adanya perubahan yang sangat mendasar di negeri ini, dimulai dari pusat dulu, agar bisa dijadikan cerminan bagi daerah-daerah yang lain. Jurus rahasia penulis yang pernah penulis terapkan di surabaya itu adalah kesadaran. Yaitu kesadaran untuk taat hukum, kesadaran untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, dan satu lagi kesadaran untuk tidak membeda-bedakan, karena kedua belah pihak sama-sama saling membutuhkan satu sama lain. Intinya, jangan beri kesempatan Pak Ahok untuk marah-marah. Bagi Pak Ahok sendiri, marah-marah terus pasti juga sangat tidak enak, capek, dan itu bisa kebawa-bawa ke rumah dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline