Lihat ke Halaman Asli

Sidang Istbat, Sebuah Panggung Peradaban Islam

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap kali memasuki 1Ramadhan atau 1Syawal, seluruh umat Islam mulai terpaku menyaksikan detik-detik penentuan waktu. Sidang Istbat pun di gelar. Peralatan canggih sekaliber teropong bintang di observatorium Boscha pun ikut-ikutan difungsikan. Artikel-artikel astronomi terkait penanggalan waktu, perputaran bulan, perhitungan hisab, dan diskusi ilmiah lainnya banyak bermunculan di media massa. Bukan hanya ulama. Para ilmuwan, dari sarjana sampai doktor, bahkan profesor, ikut serta memberikan pendapat dan pandangannya.

Diskusi pun merebak di mana-mana. Di perguruan tinggi, di sekolah, di instansi-instansi pemerintah, bahkan sampai di kampung-kampung, di surau, di pos-pos ronda, mereka membicarakannya. Yang dibicarakan -sekali lagi-bukan perkara ringan. Temanya, ilmu paling "canggih" di antara ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, yaitu : ilmu astronomi.

Perbedaan pendapat pun tak bisa dielakkan. Pada awalnya perbedaan itu di anggap sebagai pemecah belah persatuan umat. Tapi lambat laun, perbedaan itu justru menggambarkan kedewasaan berpikir umat Islam dalam mensikapi sesuatu.

Inilah sebuah panggung peradaban. Kesempurnaan Islam yang diturunkan 1400 tahun yang lalu, di tengah gurun pasir yang sunyi, melalui seorang yang ummi (tidak pandai baca-tulis), Rasulullah Muhammad saw, ternyata mampu mengajak umat di abad modern ini untuk mendiskusikan agama melalui sisi kecanggihan ilmu dan teknologi. Subhanallah. Seolah-olah agama ini ingin menyampaikan pesannya bahwa, Islam adalah agama sempurna yang diturunkan untuk umat manusia sampai akhir zaman.

Seorang cendekiawan muslim, Prof. Qomarudin Hidayat, dalam tayangan metro sore tadi sempat menyampaikan, saat ini sidang istbat memang banyak dihadiri oleh para ulama, tapi nanti kedepannya, sidang istbat ini akan banyak dihadiri oleh para ilmuwan. Diskusinya pasti akan lebih menarik. Apalagi perkembangan teknologi akan semakin canggih. Kedepannya, sangat mungkin penggunaan peralatan super canggih dalam melakukan rukyatul hilal akan semakin mempersempit jurang deviasinya dengan metode hisab. Wallahu a'lam. Inilah sebuah panggung peradaban Islam. (flb)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline