Lihat ke Halaman Asli

Targetnya Adalah Golkar, Pilkada dan Mafia Bukan Novanto

Diperbarui: 19 Desember 2015   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kasus papa minta saham berakhir mengambang, Setya Novanto mengundurkan diri sebagai Ketua DPR. Kekisruhan yang menarik perhatian banyak masyarakat akhirnya untuk sementara berakhir dengan diterimanya surat pengunduran diri Novanto. Masyarakat melihat sendiri bagaimana badut-badut di DPR dengan sengaja melukai suara rakyat, terutama partai Golkar. 

Golkar bisa dibilang partai terbesar di KMP, Gerindra hanya punya simbol pemersatu yaitu Prabowo namun Golkar lah yang menjadi mesin bagi mereka semua. Usaha-usaha untuk menggembosi partai ini sudah terlihat sejak pecahnya partai tersebut. Pemerintahan Jokowi juga diduga pernah ingin mengintervensi munas Golkar. Meskipun perpecahan tersebut berakhir namun bukan berarti semua menjadi tenang, kubu Agung Laksono pernah mengeluarkan wacana untuk memecat Novanto ketika kasus papa minta saham ini semakin memanas.

Sejak awal kasus papa minta saham digulir, nampaknya Presiden Jokowi memang ingin menelanjangi Golkar dan juga mafia dibelakang layar dan upaya tersebut berhasil dengan dilemparkannya kasus ini ke KMP. Publik melihat sendiri bagaimana Golkar melindungi mati-matian Setya Novanto, berbeda dengan PKS dan Gerindra yang cenderung diam karena keduanya tahu akibat fatal jika berusaha melindungi Novanto, kedua partai tersebut hanya melepaskan anjing penggonggong-nya saja sementara partainya berdiri jauh dibelakang sambil memegang rantai si anjing tersebut. Mungkin jika kasus ini diserahkan ke Kejaksaan Agung, bisa jadi Novanto akan dipenjara namun sejak awal pastinya Golkar akan langsung menarik diri karena kasus ini akan menjadi drama bergenre "Crime" dan terlalu berbahaya bagi Golkar untuk pasang badan.

Namun jika dibawa ke MKD, maka nuansanya jadi politik sehingga Golkar malah terseret untuk memasang badan menjaga Novanto. Efeknya, kepercayaan publik terhadap DPR dan khususnya Golkar jadi merosot tajam. Terbukti dengan survei yang dilakukan LSI, kepercayaan terhadap Presiden Jokowi justru meningkat, melampaui KPK. Padahal dulu lembaga yang paling dipercaya oleh masyarakat adalah KPK, survei yang diadakan tepat ketika kasus papa minta saham berjalan menunjukkan bahwa Presiden kini paling dipercaya oleh masyarakat, diikuti KPK pada urutan kedua, sementara DPR berada di posisi paling bawah.

Pada pilkada peraihan suara Golkar pun jeblok hanya menguasai 49 daerah sementara PDIP mencapai 105 suara. PDIP nampaknya mendapat banyak limpahan dari suara mengambang selama ini. Gerindra dan PKS masing-masing mendapat 87 dan 75 daerah. Kasus pencatutan ini yang dilempar mendekati pilkada bisa jadi dimaksudkan supaya Golkar hanya menguasai sedikit daerah saja. 

Rekaman papa minta saham, menurut kabar terjadi pada bulan Juli, ada waktu 5 bulan untuk mengkaji langkah-langkah yang akan dilakukan dan juga mempertimbangkan langkah lawan. Waktu yang cukup lama untuk mempelajari strategi lawan termasuk kemungkinan Novanto mengundurkan diri dan juga pengganti Ketua DPR. Setelah Novanto mundur, kini semuanya hening agaknya tujuan telah tercapai tidak ada reaksi marah lagi, hanya internal Golkar yang kini suasanya mulai memanas dengan ditunjuknya Novanto sebagai Ketua Fraksi. Saya sedikit yakin tujuan jangka panjangnya adalah menggembosi perolehan suara Golkar di pemilu 2019.

Jadi tujuan telah tercapai, Golkar kini bonyok-bonyok, dan kembali dihadapkan dengan resiko perpecahan internal. Partai ini tidak terbiasa menjadi oposisi namun kini dipaksa menjadi mesin oposisi di KMP. Penunjukan Novanto sebagai ketua fraksi merupakan langkah beresiko tinggi bagi Golkar, akan ada banyak masyarakat yang merasa kecewa terhadap keputusan tersebut, juga internal Golkar sendiri khususnya kubu Agung Laksono. 

Selain itu Masyarakat mengetahui apa yang terjadi dibelakang sana, siapa mafianya dan bagaimana mereka bekerja menguras kekayaan negara. Mafia-mafia yang dulu samar bahkan dipertanyakan keberadaannya oleh para pembenci Jokowi, kini menjadi jelas ada dan jelas-jelasan merugikan negara. Dukungan rakyat kepada Jokowi semakin kuat, kini rakyat melihat Jokowi sebagai yang terdepan dalam memberantas mafia-mafia di negara ini, dan dukungan itu yang sangat dibutuhkan oleh Jokowi untuk memberantas para mafia. Dan sangat mungkin kasus pencatutan nama Jokowi ini menjadi kartu truf yang akan dipegang terus oleh Jokowi dan Kalla, sehingga Novanto walaupun menjadi ketua fraksi akan sulit untuk bergerak. 

Kini perhatian kita tertuju ke KPK, banyak yang menganggap pelemahan KPK oleh DPR telah berhasil. Tapi saya yakin Presiden kita masih punya banyak sulap dibalik batiknya.

Kita nantikan Season ke 2 yang akan segera tayang, Star Wars: DPR style...choose your side, light side or dark side. Sementara sambil menunggu saya akan menonton Star Wars: Force Awakens, dan semoga saya tidak tergoda untuk menulis spoiler disini haha.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline