Jakarta – Pemeriksaan pada ibu hamil di Indonesia sangat berhubungan erat dengan penggunaan alat ultrasonogrofi (USG). Penggunaan alat ini memungkinkan dokter kandungan untuk menggunakannya dalam melihat proses tumbuh dan kembang dari bayi dalam kandungan serta melihat beberapa fungsi dari organ tubuh bayi. USG secara umum dikenal oleh masyarakat awam sebagai cara untuk menentukan apakah benar hamil atau tidak, berat badan bayinya, umur kehamilan dan terutama jenis kelamin bayinya.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, USG telah berkembang menjadi USG 3 Dimensi dan USG 4 Dimensi. Kedua jenis USG ini memungkinkan pasien melihat wajah bayi di dalam kandungannya secara lebih jelas, seperti boneka yang ada di dalam layar monitor. Perkembangan USG 3D dan 4D membawa banyak kebahagiaan bagi pasutri yang bisa melihat wajah bayinya dan perilaku bayinya di dalam kandungan. Hal ini dapat meningkatkan bonding antara orang tua dan bayi di dalam kandungannya.
[caption id="attachment_366380" align="aligncenter" width="512" caption="Foto USG 3 Dimensi, tampak foto dari bayi yang sedang tersenyum saat sedang dilakukan USG 3 Dimensi (Koleksi pribadi dr. Ivander Utama, SpOG)"][/caption]
Sayangnya hal ini merupakan suatu kemewahan yang tidak bisa dinikmati oleh saudara-saudara kita penyandang tunanetra. Kenikmatan dan kepuasan visual melihat wajah bayi dalam kandungan tidak bisa dinikmati oleh kelompok difabel dengan keterbatasan visual. Hal ini tentunya sangat disayangkan karena kesempatan untuk USG terutama di kota besar sangatlah luas, namun dengan keterbatasannya maka informasi yang bisa mereka terima hanyalah deskripsi secara verbal dari dokter yang USG terhadap bayinya. Kadangkala karena kesibukkan dan volume pasien, maka dokter tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan deskripsi verbal yang diharapkan.
Keterbatasan dalam visual ternyata disertai dengan peningkatan indra lain bagi kelompok tunanetra, yaitu indra peraba. Sensitifitas dalam indra peraba membuat penyandang tunanetra memiliki visualisasi imajiner terhadap benda yang dirabanya. Kelebihan dalam hal inilah yang dimanfaatkan oleh BabyShower dalam membantu kelompok tunanetra untuk “melihat” bayi dalam kandungannya.
[caption id="attachment_366386" align="aligncenter" width="420" caption="BabyShower"]
[/caption]
BabyShowermembantu kelompok tunanetra untuk “melihat” bayinya dengan menciptakan model nyata dari bayi di dalam kandungan dari gambar yang didapatkan melalui USG 3D dan 4D. Dengan ini, maka pasangan tunanetra dapat melihat dan menyentuh bayinya sebelum persalinan. Dengan adanya BabyShower, maka pasangan tersebut dapat lebih sering “bertemu” dan “melihat” bayi di dalam kandungannya bukan hanya saat USG tetapi kapan saja mereka ingin. Tentunya hal ini membantu pasutri membangun dan meningkatkan bonding dengan bayi di dalam kandungannya karena mereka bisa melihat bagaimana bentuk, rupa dan ekspresi bayi yang ada di dalam kandungannya setiap saat.
[caption id="attachment_366381" align="aligncenter" width="403" caption="BabyShower yang pertama di dunia, dan hadir pertama di Indonesia."]
[/caption]
Kesempatan untuk “melihat” bayinya bagi kelompok ini adalah suatu hal yang luar biasa. Bayangkan betapa besarnya kebahagiaan yang bisa diberikan kepada para ibu-ibu penyandang tunanetra saat mereka bisa “melihat” bayinya sejak persalinan belum terjadi. Dengan hal ini, maka para kesempatan untuk melihat wajah bayi di dalam kandungan akan terbuka bagi semua bumil, baik dari kelompok difabel maupun bukan.
Semoga bermanfaat....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H