Lihat ke Halaman Asli

Ini Sebab Mau Lahir Normal Jadi Operasi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13975509891553484251

[caption id="attachment_331852" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Jakarta – Pasti anda merasa bingung, galau dan takut. Sebagian lagi merasa marah, jengkel dan kesal pada dokter yang merawat. Sebelum anda menghadapi persalinan, maka anda baiknya membaca dahulu artikel ini supaya anda dan pasangan memahami, alasan dimana persalinan yang direncanakan normal tidak selamanya berjalan mulus sehingga akhirnya terpaksa dilakukan operasi sesar darurat. Operasi sesar merupakan tindakan terakhir yang dilakukan bila persalinan normal terlalu beresiko dan membahayakan ibu dan bayi. Tujuan dari artikel ini tentunya supaya anda dan pasangan mendapatkan informasi dasar sebelum persalinan sehingga memudahkan untuk memperoleh informasi berharga mengenai segala bentuk kemungkinan yang dihadapi selama persalinan (Baca: Jangan Takut Menghadapi Persalinan).

Pada saat ini saya akan membahas secara khusus mengenai indikasi sectio cesarea (operasi sesar) darurat yang sering ditemukan sehari-hari. Sesar atau sectio cesarea atau cesarean section atau c-section adalah tindakan operasi untuk melahirkan bayi melalui perut. Operasi sesar darurat atau operasi sesar cito, merupakan suatu tindakan medis yang diambil atas dasar kegawat daruratan obstetrik. Tujuannya adalah melahirkan bayi secepatnya untuk keselamatan ibu dan bayi. Karena sifat dari tindakan tersebut bersifat darurat, maka tidak jarang petugas medis dan dokter tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjelaskan indikasi maupun kemungkinan komplikasi yang dihadapi. Oleh karena itu peran aktif dari pasien dan pasangan untuk mendapatkan informasi mengenai kegawat daruratan juga sangat diperlukan, contohnya adalah dengan mengikuti Maternity Class.

Persalinan normal merupakan keinginan dari semua orang termasuk juga dokter. Namun apakah anda dan pasangan mengerti apa yang dimaksud dengan persalinan normal? Definisi persalinan normal sudah saya bahas di artikel yang berjudul “10 Rahasia Untuk Persalinan Normal”, saat ini akan saya bahas secara sepintas saja. Persalinan normal atau fisiologis, adalah persalinan melalui vagina dengan letak terendah adalah bagian belakang kepala bayi serta bayi lahir dengan tenaga mengedan ibu tanpa bantuan obat maupun peralatan. Namun ada kalanya persalinan normal yang diharapkan dalam perkembangannya berubah menjadi persalinan patologis (abnormal), yang tentunya membutuhkan intervensi medis untuk mengurangi resiko pada ibu dan bayi.

Kegagalan melanjutkan persalinan secara normal dapat terjadi akibat banyak hal. Dengan mengikuti Maternity Class, maka biasa pasien dan pasangannya telah mengetahui secara garis besar apa yang sedang dihadapi dan apa resikonya. Indikasi untuk dilakukan sesar tersebut dapat terjadi akibat 3 indikasi utama, yaitu : indikasi ibu, indikasi bayi dan indikasi waktu.

Berikut akan saya bahas satu demi satu.

1.Indikasi Ibu

Faktor-faktor dari ibu dapat membuat persalinan normal menjadi gagal sehingga dokter terpaksa melanjutkan dengan tindakan sesar. Indikasi apa sajakah yang sering ditemukan?

·Kehamilan Resiko Tinggi :

Usia lanjut : pada kasus tertentu, usia lanjut meningkatkan peluang untuk dilakukan sesar. Peluang dilakukan sesar pada wanita usia lanjut (>40 tahun) meningkat antara 21% hingga 43%. Hal ini terjadi karena pada usia lanjut sering timbul komplikasi penyerta dalam kehamilan, seperti darah tinggi, kencing manis, gangguan plasenta, dll.

Jarak anak : jarak anak terlalu jauh (>10 tahun) akan meningkatkan resiko sesar. Hal ini terjadi karena jarak anak yang jauh biasa berhubungan dengan faktor usia ibu yang lanjut serta kekakuan pada otot-otot jalan lahir dan organ panggul lainnya.

Riwayat kehamilan yang buruk : seperti anak sebelumnya meninggal dalam kehamilan atau proses persalinan, keguguran berulang-ulang, atau riwayat bayi dengan kelainan dan kecacatan.

Penyakit tertentu pada ibu : seperti penyakit jantung, kencing manis, gangguan tiroid, sering meningkatkan resiko untuk terjadinya persalinan dengan sesar.

·Darah tinggi : darah tinggi dalam kehamilan merupakan suatu kegawat daruratan. Komplikasi dari meningkatnya tekanan darah selama kehamilan adalah pre-eklamsia dan eklamsia. Hal tersebut ditakutkan karena membahayakan nyawa ibu dan bayi. Bila proses persalinan diperkirakan masih panjang (pembukaan masih kecil) sedangkan ditemukan tekanan darah pasien semakin meningkat, maka operasi sesar merupakan pilihan terakhir demi keselamatan pasien. Tergantyiung tingkat keparahannya, maka darah tinggi dalam kehamilan meningkat resiko operasi sesar antara 40% hingga 60%.

·Kelainan panggul : Panggul merupakan jalan lahir yang harus dilalui oleh bayi selama persalinan normal. Pada kasus panggul yang sempit, maka persalinan normal merupakan kontra indikasi karena bayi tidak bisa melewati panggul. Namun, pada panggul yang sempit ringan, persalinan normal dapat dicoba. Bila kemajuan persalinan berjalan lancar, maka diharapkan persalinan normal dapat terjadi, namun bila kemajuan persalinan tidak sesuai dengan harapan, maka persalinan sesar terpaksa dilakukan demi kebaikan ibu dan bayi. Keterlambatan dalam penanganan pada kasus-kasus seperti ini dapat berakibat gawat janin, robekan rahim, perdarahan pasca salin, hingga kematian ibu dan bayi.

·Riwayat Sesar Sebelumnya :akan meningkatkan resiko untuk terjadinya sesar berulang sebesar 71%. Semakin dekat jarak sesar anak sebelumnya dengan kehamilan sekarang, maka semakin besar resiko untuk terjadinya resiko sesar ulangan. Untuk dapat terjadi persalinan melalui vagina, maka dianjurkan agar jarak antara operasi sesar dan kehamilan berikutnya sebesar minimal 1 tahun. Kurang dari itu terdapat peningkatan resiko untuk terjadinya robekan rahim akibat penyembuhan luka di rahim yang belum sempurna.

·Ketuban Pecah Dini : tidak ada ibu hamil dan pasangan yang mengharapkan hal ini terjadi. Bila hal ini terjadi, maka dokter akan menimbang apakah tindakan induksi persalinan atau tindakan sesar yang dilakukan. Bila kemungkinan keberhasilan tindakan induksi kecil, maka tindakan sesar merupakan alternatif yang lebih baik dan kurang beresiko daripada memaksakan induksi.

Ilustrasi dari Ketuban Pecah Dini (Diambil dari : http://www.moondragon.org/obgyn/graphics/prematureruptureofmembranes.jpg)

Ilustrasi dari Ketuban Pecah Dini (Diambil dari )

·Psikis Ibu : sangat berperan penting dalam proses persalinan. Bila ibu memahami proses yang terjadi selama persalinan, maka ibu dan pasangannya akan lebih siap dalam menghadapi persalinan. Rasa takut dalam menghadapi persalinan akan meningkatkan resiko terjadinya operasi sesar darurat atas permintaan pasien.

2.Indikasi Bayi

Bayi bersifat pasif dalam jalan lahir, pergerakan bayi turun melalui jalan lahir dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi rahim, anatomi panggul dan jalan lahir, serta kekuatan mengedan ibu. Beberapa kondisi bayi dapat membahayakan bayi sendiri selama proses persalinan, sehingga pada kondisi tersebut tindakan sesar terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan bayi.

Gawat janin : merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan sesar. Gawat janin terjadi akibat gangguan asupan oksigen kepada bayi melalui plasenta dan tali pusat yang mengakibatkan hipoksia atau kekurangan oksigen pada otak bayi. Oleh karena itu sesar harus dilakukan secepatnya. Gawat janin sering terjadi pada kasus-kasus rujukan, persalinan lama dan terlantar, persalinan dengan ibu diabetes, hipertensi, bayi postmatur (kehamilan >42minggu), dll. Kasus gawat janin meningkatkan resiko bayi untuk dirawat di unit intensif neonatal (NICU), mengalami gangguan neurologis jangka panjang dan jangka pendek, hingga kematian janin.

Makrosomia : atau bayi besar (>4000gr) merupakan indikasi untuk tindakan sesar. Meskipun persalinan normal masih bisa diharapkan, namun bila ukuran jalan lahir tidak dapat mengakomodasi ukuran dari bayi yang akan melewatinya, maka persalinan sesar darurat terpaksa dilakukan. Andai persalinan normal berhasil terjadi, maka resiko terhadap ibu yang mungkin terjadi adalah : perdarahan pasca persalinan akibat gangguan kontraksi rahim dan robekan hebat pada jalan lahir yang melibatkan vagina hingga anus. Sering juga ditemukan kesulitan menahan atau memulai kencing hingga buang air besar akibat kerusakan pada dasar panggul. Pada kasus ekstrim, dapat terjadi simfisiolisis, terputusnya sambungan tulang kemaluan akibat ukuran bayi terlalu besar.

Pada bayi makrosomia, kepala bayi tidak dapat melewati jalan lahir. (Diambil dari :http://d1l9wtg77iuzz5.cloudfront.net/assets/1433/38418/normal_Cephalopelvic_disproportion.jpg?1349383787)

Pada bayi makrosomia, kepala bayi tidak dapat melewati jalan lahir.

Sungsang : merupakan kelainan letak pada bayi yang paling sering. Sungsang adalah suatu kelainan letak dimana bagian terendah bayi saat persalinan adalah bokong, bukan kepala. Dari berbagai variasi letak sungsang, yang paling ditakutkan adalah letak sungsang dengan kaki bayi merupakan bagian terendah. Hal ini membahayakan sebab saat ketuban pecah meskipun pembukaan belum lengkap kaki dapat keluar dan menjepit tali pusat sehingga bayi kekurangan oksigen mendadak. Letak sungsang meningkatkan insiden operasi sesar hingga 90% ! Persalinan sungsang yang paling ditakuti adalah after coming head, yaitu lahirnya badan namun kepala (bagian terbesar janin) tidak dapat lahir dan terjepit pada jalan lahir.

Kehamilan multipel : kehamilan kembar meningkatkan resiko tindakan sesar. Meskipun tidak semua kehamilan kembar perlu dilakukan sesar, namun pada beberapa kasus persalinan sesar dijadwalkan dari jauh-jauh hari sehingga sesar yang terjadi adalah sesar elektif atau terencana.

Kelainan Letak Plasenta : letak plasenta yang menutupi jalan lahir (plasenta previa) sebenarnya bisa diketahui dari jauh-jauh hari bila melakukan USG di dokter spesialis kandungan. Plasenta yang menutupi jalan lahir tidak memungkinkan untuk lahir normal, oleh karena itu biasa rencana untuk sesar sudah dibuat dari jauh-jauh hari. Tindakan sesar yang dilakukan bersifat terencana, dan bukan sesar darurat.

Plasenta menutupi jalan lahir sehingga bayi tidak bisa lahir. (Diambil dari: http://www.whitfordmedart.com/img/port13fs.jpg)

Plasenta menutupi jalan lahir sehingga bayi tidak bisa lahir. (Diambil dari: http://www.whitfordmedart.com/img/port13fs.jpg)

Persalinan prematur : meskipun masih merupakan kontroversi, namun ada beberapa alasan mengapa persalinan prematur lebih baik dilakukan sesar. Alasan pertama adalah untuk mengurangi resiko trauma pada kepala bayi yang masih rapuh saat melewati jalan lahir. Kedua adalah untuk mencegah terpaparnya bayi prematur terhadap bakteri di jalan lahir, pertimbangannya adalah karena pada bayi prematur, sistem kekebalan tubuh masih lemah. Ketiga, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa bayi prematur yang dilakukan tindakan sesar memiliki resiko cacat neurologis yang lebih rendah daripada persalinan normal.

3.Indikasi Waktu

Persalinan yang terlalu lama akan meningkatkan resiko baik pada ibu dan janin. Resiko seperti infeksi jalan lahir, infeksi rahim dan selaput ketuban hingga infeksi bayidapat terjadi, kelelahan pada ibu, gawat janin, perdarahan pasca salin merupakan hal-hal yang dapat terjadi pada persalinan terlantar. Untuk mengetahui proses kemajuan persalinan tersebut, maka pemantauan persalinan dengan partograf dilakukan untuk menghindari terjadinya persalinan terlantar. Mempercepat proses persalinan dengan obat-obatan (aselerasi persalinan), kadang merupakan kontraindikasi. Apalagi bila gawat janin sudah terjadi. Persalinan sesar menjadi alternatif terakhir untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.

Ilustrasi infeksi pada jalan lahir. Tampak bahwa kuman (hijau) masuk dari jalan lahir, mengenai air ketuban dan mengnfeksi bayi. (Diambil dari: http://d1l9wtg77iuzz5.cloudfront.net/assets/1433/53042/normal_ascending_infection.jpg?1367612808)

Ilustrasi infeksi pada jalan lahir. Tampak bahwa kuman (hijau) masuk dari jalan lahir, mengenai air ketuban dan mengnfeksi bayi.

Operasi sesar merupakan jenis operasi yang paling sering dilakukan di dunia selain operasi usus buntu. Tindakan ini merupakan tindakan yang relatif aman dengan komplikasi yang minor. Meskipun operasi sesar memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi daripada persalinan normal (mortalitas/angka kematian akibat sesar 0,008% VS mortalitas persalinan normal 0,006%), namun perbedaannya kecil. Angka mortalitas tersebut dapat lebih rendah, terutama bila dilakukan sesar terencana dan sesuai dengan indikasinya. Tapi tetap saja dokter akan berkali-kali mempertimbangkan sebelum memutuskan apakah akan dilakukan sesar atau melanjutkan proses persalinan normal. Operasi sesar hanya akan dilakukan bila keuntungan sesar melebihi resiko daripada tidak dilakukan sesar. Seperti halnya tindakan medis lainnya, maka sesar memiliki kemungkinan komplikasi baik sebelum tindakan, selama tindakan, maupun pasca tindakan. Detail dan perihal mengenai operasi sesar akan saya bahas pada artikel-artikel saya selanjutnya.

Demikianlah artikel saya kali ini tentang kemungkinan dilakukan operasi sesar pada persalinan yang direncanakan normal sebelumnya. Masih ada indikasi-indikasi lainnya untuk dilakukan persalinan sesar darurat, namun tidak mungkin dibahas satu demi satu.

Semoga bermanfaat....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline