Lihat ke Halaman Asli

Odyssey dan Apa pun yang Terjadi Nanti

Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terbit 15 Juli 2021 di Papan Skor Zine Volume 1

Sehari, linimasa dipenuhi oleh kabar-kabar darimu ketika menuju dua puluh Juni kemarin, yang akhirnya penantian panjang itu berbuah manis. Ketika setahun setelah kepergianmu, lalu kamu datang kembali menemui kami. Ya, meskipun harus menjalani kerumitan lagi tentang siapa pemilik tim ini, menunggu lagi, lagi dan lagi. Tetapi, aku tak peduli tentang ini, yang aku inginkan siapapun pemegang saham tim ini, owner atau sejenis apapun penyebutannya. Kuharap mereka bisa mencintai tim ini sepenuh hati, seperti ketika teman-temanku mencintai tim ini.

"Alhamdulillah, Deltras mbalik maneh", lontaran-lontaran dari setiap sudut tongkrongan yang tak mungkin selesai membahas semua tentangmu. Ya, hidup memang lebih suka memutar kembali pertemuan dan takdir selalu ikhlas dalam memberi sebuah perantara. Kamu yang diberkati, lalu aku yang beruntung dipilih. Memaksa untuk ditulis di dalam takdir. Namun, setiap individu juga memiliki versi masing-masing terhadapmu. Kuyakini mungkin teman-temanku juga banyak yang merasakan hal yang sama denganku.

Jika dihitung mungkin takkan pernah bisa, beberapa kali namamu terlibat di setiap percakapan yang tak kenal waktu dan tempat, atau ketika aku berbincang kepada Sang Pencipta dalam rapal doa maupun gerutu gemas, padamu mungkin tak ada yang sia-sia.

Bersamamu adalah taman bermain paling bahagia, yang tak mungkin juga kutemukan di tempat lain hingga berpisah rasanya juga tak mungkin. Meski ketika bersamamu  tak jarang, aku kadang jatuh dan membuat langkahku tak seimbang menjadi selingan dalam cinta seajaib ini.

Perlahan, kumaknai ulang peringatan-peringatan tentang baik dan burukmu di dalam perjalanan ini. Tetapi, bukan karena ingin membuang dan melupakan ketika hari burukmu datang, melainkan aku ingin menyimpannya lebih abadi dengan versi bahagiaku sendiri.

Untuk merayakan kedatanganmu (lagi), aku memilih untuk mencoba menerima dan menjaga apa yang telah ada. Tak berlebihan juga jika kedatanganmu kembali, diibaratkan ketika Sang Pencipta memberiku hadiah, mengingat perjalananku denganmu yang membuat hati mungkin tak bisa diutarakan lagi. Untuk semua sakit dan sehatmu, aku dan teman-teman sekadar mengucapkan sebuah terima kasih yang sederhana. Karena kamu mampu bertahan sampai detik ini, tak menyerah untuk aku, kami, dan teman-temanku. Meski apapun terkadang tak memihak di setiap langkah kita. Apapun yang terjadi, semoga kita abadi. Tak pernah ada yang kumau lagi selain kamu. Satu, selalu. Deltras Sidoarjo hari ini, esok dan seterusnya.

Untuk file pdf zine-nya bisa langsung klik tautan ini 'Papan Skor Volume 1'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline