Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ivan

PNS di Kemenko PMK

Perilaku Cerdas di Tengah Covid-19: Belajar dari Pesan Non-Medis Ibnu Sina

Diperbarui: 30 Juni 2020   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: ummid.com

Di tengah pandemi Covid-19, manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan paling emosional dalam hidupnya. Sebagai orang dewasa yang berada di kelas menengah, saya merasakan dampak menekan dari wabah Covid-19. Pasalnya, saya tidak mungkin tidak bekerja, untuk membayar beberapa tagihan seperti membayar listrik, internet, PAM, uang jajan anak-anak, belanja harian, dan lain sebagainya.

Bagi anak-anak, di rumah tiap hari bisa sangat membosankan, sekolah diliburkan, tempat rekreasi ditutup, dan pertama kali dalam sejarah, tidak ada silaturahmi dari pintu ke pintu pada lebaran Idul Fitri tahun 2020 ini.

Sementara kasus Covid-19, di dunia, per 21 Juni 2020, jumlah pasien terinfeksi corona di dunia terdapat 8.938.290 kasus. Dari 8,92 juta orang yang positif terinfeksi Covid-19, 467.107 pasien meninggal dunia dan 4.752.365 dinyatakan sembuh. Dalam kurun waktu tiga hari per 24 Juni 2020, bertambah 300.000 kasus menjadi total 9,3 juta kasus.

Di Indonesia, jumlah kasus virus corona menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN lain, yaitu dengan 49.009 kasus. Sementara, jumlah kasus kematian total pun menjadi sebanyak 2.573 kasus. Sedangkan jumlah pasien sembuh adalah sebanyak 19.658 orang (Worldometers, 2020).

Mengubah hal-hal fondasional

Sebelum pandemi, bidang kesehatan sangat disinggung dalam RPJMN 2020-2024. Namun tanpa perekonomian, dan suntikan bantuan sosial juga perlahan akan habis.

Pembangunan manusia menjadi fokus pemerintah dalam RPJMN 2020-2024. Upaya menggenjot potensi modal manusia (human capital) terasa absurd, apabila kondisi kesehatan penduduk Indonesia justru kontras dengan prestasi yang dihasilkan pemerintah.

Masa pandemi ini adalah masa yang paling krusial dan sangat menentukan kepemimpinan presiden secara politik. Padahal secara ekonomi, kesehatan manusia baik sebagai warga negara maupun pekerja adalah hal penting untuk persaingan di tingkat global.

Dalam dua dekade terakhir telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan, yakni penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit menular masih berat juga. Inilah yang menjadi temuan background study RPJMN 2020-2024 di lingkungan strategis bidang kesehatan.

Di tingkat global, satu dekade yang lalu, PBB menetapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan 17 tujuan tingkat tinggi yang didukung oleh 169 target spesifik yang akan menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua. Karena pandemi ini, kemajuan melawan SDGs terhenti.

Tidak seorang pakarpun yang mampu memprediksikan kapan pandemi ini berakhir, namun bersikap dan berperilaku cerdas di tengah pandemi ini menuntut tantangan tersendiri. Bahwa persoalannya, pandemi ini datang tidak diundang, bahkan pemerintah melalui RPJMN 2020-2024 pun harus mengubah hal-hal yang fondasional, karena pandemi ini telah mengubah cara kita belajar, bekerja, dan berkomunikasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline