Lihat ke Halaman Asli

Menyebarkan "Demam" Indonesia di Negeri Ginseng

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14146444271820461876

[caption id="attachment_370531" align="aligncenter" width="300" caption="pelajar Indonesia di SolBridge Univ,Korea cr:imonica"][/caption]

Menjadi semakin Indonesia di negeri sendiri, tentu adalah hal yang lumrah dan mudah untuk dilakukan. Tapi menjadi semakin Indonesia di negeri orang, apakah bisa? Yang sering kita dengar adalah anak-anak bangsa yang semakin luntur budaya dan kultur Indonesianya karena terlalu terbiasa dan terbawa dengan budaya luar. Banyak anak muda yang kerap mengeluhkan keburukan bangsa lewat berbagai media sosial dan merasa kondisi negara lain lebih baik dari negara kita sampai membuat mereka sebisa mungkin ingin pergi dari Indonesia.

Tapi apakah ketika kita pergi dari Indonesia, semua hal-hal “wah” yang berada dalam ekspektasi kita selama ini menjadi kenyataan? Berada jauh dari rumah, apakah membuat kita terlepas dari Indonesia? Ternyata pada kenyataannya, tidak. Ketika kita pergi ke negara lain, entah itu menjadi seorang pelajar maupun pekerja, ternyata kita tidak hanya membawa nama kita sendiri atau institusi tempat kita bekerja, tetapi juga menjadi duta negara Indonesia yang membawa nama baik bangsa. Justru ketika kita tinggal di negara orang lah,kita malah menyadari betawa indah dan kayanya negeri kita sendiri,- membuat kita makin cinta Tanah Air.

Selama lima bulan saya menjadi pelajar di Korea Selatan, saya belajar banyak hal tentang Indonesia seperti budaya, adat istiadat, bahasa, dan tempat-tempat yang bahkan tidak saya ketahui ketika tinggal di Indonesia. Banyak orang yang bertanya mengenai Indonesia kepada kami. Ternyata berada di negeri orang, justru membangkitkan rasa nasionalisme dalam diri kami para pelajar Indonesia.

Satu hal yang tidak boleh terlupakan ketika akan pindah ke luar negeri adalah membawa ciri khas Indonesia seperti batik, kebaya, atau apapun yang “berbau” Indonesia. Oleh karena itu, kami para pelajar Indonesia yang  belajar di SolBridge University di kota Daejeon pun bersemangat ingin memperkenalkan budaya Batik kepada teman-teman asing kami. Pada hari-hari tertentu yang sudah disepakati, pelajar-pelajar Indonesia akan bersama- sama memakai Batik selama satu hari tersebut. Dan biasanya, kami akan pergi secara bersamaan seperti ke kampus bersama, makan bersama dan naik subway/bus bersama supaya orang akan “ngeh” dan tertarik terhadap kami.

[caption id="attachment_370532" align="aligncenter" width="300" caption="memperkenalkan batik cr:imonica"]

14146445321653825860

[/caption]

Ternyata cara itu berhasil. Banyak teman-teman kami dari Korea, Cina, Jepang dan negara-negara lainnya yang bertanya, “kalian memakai baju apa sih? Kenapa sekilas terlihat mirip semua? ” Setiap ada orang yang bertanya begitu, tanpa sadar ada secercah kebahagiaan dalam hati kami karena artinya kami punya kesempatan untuk menceritakan budaya Indonesia kepada mereka. Dan bukan hanya teman-teman kami saja yang bertanya. Bahkan kadang ketika sedang berjalan di tempat umum pun, ada orang  yang memberhentikan kami dan bertanya tentang baju yang kami pakai. Banyak dari mereka yang memuji keindahan corak Batik dan berseru ,”dimana kalian membelinya? Aku juga ingin punya batik!”

Bahasa Indonesia sendiri ternyata sudah banyak diajarkan di universitas- universitas di Korea. Salah satunya adalah di Woosong University yang juga terletak di kota Daejeon. Ada 2 kelas Bahasa Indonesia yang dibuka di semester lalu, dan di setiap kelasnya ada kurang lebih 30-40 mahasiswa Korea yang mengambil kelas tersebut. Pengajarnya adalah Bapak Ony Avrianto Jamhari, salah satu Kompasianer yang sangat aktif mengenalkan Indonesia di Korea Selatan.

[caption id="attachment_370539" align="aligncenter" width="300" caption="kelas Bahasa Indonesia di Woosong cr:imonica"]

1414645139722359439

[/caption]

Sungguh merupakah salah satu pengalaman yang tidak terlupakan ketika saya diberi kesempatan untuk mengajar mereka selama 3 minggu oleh Pak Ony Jamhari ketika beliau sedang berhalangan hadir. Sehari sebelum mengajar, saya akan membaca materi yang diajarkan berulang-ulang karena ternyata, bahasa Indonesia tidak segampang yang selama ini kita pikir.

Selalu ada kebahagiaan tersendiri dalam diri saya ketika melihat mahasiswa-mahasiswa Korea itu belajar dengan semangat di kelas dan mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia. Ketika saya bertanya kepada mereka mengapa mereka mau belajar bahasa Indonesia, rata-rata mereka menjawab bahwa Indonesia adalah negara yang begitu luas dan indah sehingga suatu saat mereka berharap bisa pergi kesana. Betapa bangganya diri saya menjadi orang Indonesia!

Di kala anak-anak muda di negeri kita sendiri sedang terkena “demam” Korea, mengapa tidak kita sebarkan juga “demam” Indonesia  di negara mereka?

#aksiuntukIndonesia #kompasianival

Jakarta, 30 Oktober 2014

Ivana Monica

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline