Lihat ke Halaman Asli

ivan adilla

Berbagi pandangan dan kesenangan.

Logika Dukun Kampung

Diperbarui: 22 April 2021   03:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Seorang pemancing di tepi Danau Singkarak, yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak nelayan di sekelilingnya. Foto oleh Ivan Adilla

Dasar orang kampung! Mereka percaya begitu saja bahwa air putih bisa menyembuhkan penyakit. Apalah hebatnya air putih, bukan?

Setiap kali datang berobat, orang membawa sebotol air mineral di tangan mereka. Memberikannya pada dukun kampung. Sang dukun akan membuka tutup botol, merapalkan doa, dan menginstruksikan penggunaan air putih itu.

"Jangan lupa minum tiga teguk. Kemudian usapkan di kepala. Setelah itu barutkan ke muka, tangan, badan, dan bagian tubuh lainnya..."

"Berapa kali sehari, Engku?"

"Terserah berapa kalinya. Tapi paling tidak tiga kali; pagi, siang dan malam..."

"Mengusapkannya seperti berwudhu, Engku?"

"Apa kamu berwudhu mengusap badan juga?"

"Ya, ndak lah..."

"Makanya.... Ini obat, bukan wudhu...", jelas sang dukun. "Mengusapkannya dari bagian atas ke bawah, ya. Jangan sampai terbalik...!', kata dukun itu selanjutnya.

Dukun kampung itu adalah kakak sepupuku. Usia kami terpaut jauh. Dia seorang Datuk, penghulu kaum kami. Oleh sebab itu, aku memanggilnya Engku Datuk, bukan kakak, Uda atau Abang. Sudah menjadi kebiasaanku, setiap kali pulang ke kampung aku akan mengunjungi rumah orang tua. Dari sana aku meluncur ke tempat mamak, datuk dan akhirnya bako, keluarga pihak ayah. Biasanya, sekitar setengah hari lamanya waktu  dibutuhkan untuk bersilaturahmi mengunjungi semua saudara itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline