Dasar orang kampung! Mereka percaya begitu saja bahwa air putih bisa menyembuhkan penyakit. Apalah hebatnya air putih, bukan?
Setiap kali datang berobat, orang membawa sebotol air mineral di tangan mereka. Memberikannya pada dukun kampung. Sang dukun akan membuka tutup botol, merapalkan doa, dan menginstruksikan penggunaan air putih itu.
"Jangan lupa minum tiga teguk. Kemudian usapkan di kepala. Setelah itu barutkan ke muka, tangan, badan, dan bagian tubuh lainnya..."
"Berapa kali sehari, Engku?"
"Terserah berapa kalinya. Tapi paling tidak tiga kali; pagi, siang dan malam..."
"Mengusapkannya seperti berwudhu, Engku?"
"Apa kamu berwudhu mengusap badan juga?"
"Ya, ndak lah..."
"Makanya.... Ini obat, bukan wudhu...", jelas sang dukun. "Mengusapkannya dari bagian atas ke bawah, ya. Jangan sampai terbalik...!', kata dukun itu selanjutnya.
Dukun kampung itu adalah kakak sepupuku. Usia kami terpaut jauh. Dia seorang Datuk, penghulu kaum kami. Oleh sebab itu, aku memanggilnya Engku Datuk, bukan kakak, Uda atau Abang. Sudah menjadi kebiasaanku, setiap kali pulang ke kampung aku akan mengunjungi rumah orang tua. Dari sana aku meluncur ke tempat mamak, datuk dan akhirnya bako, keluarga pihak ayah. Biasanya, sekitar setengah hari lamanya waktu dibutuhkan untuk bersilaturahmi mengunjungi semua saudara itu.