Berdegup kencang seakan takkan bangkit kembali. Ya, itu adalah hatiku yang selalu bergejolak tanpa irama jelas terdayun angin kian kemari. Mengingat sosok bagaikan melukis elok paras pencipta Agung yang kasat mata.
Menerka-nerka?? Itulah keseharianku.
Usaha tinggi namun tak tersampai, menolak lupa genggaman erat di kala hujan tiba. Iya, dia yang kala itu menangkis gelegar petir dalam peluk menenangkan hati yang bergemuruh. Bagai pelindung penjaga hati, namun siapakah sosok itu?
Bintang malam nan kunang kecilku, kau menjadi saksi bisu antara kami berdua dalam deruan gemericik air. Ingatkah kau sosok itu? Selalu ku bayangkan dalam setiap pijak kaki pada semesta ini, berusaha menerjang ombak menemukannya kembali.
Apa? Apa yang terjadi? Mengapa tapakan surya seolah tidak dapat menuntunku kepadanya? Apakah ini labirin para rembulan malam?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H