Agama bukan sekedar identitas atau simbol dalam kehidupan manusia, melainkan sebagai sumber kearifan dalam merespon berbagai problem kehidupan. Ajarannya yang sering ditangkap secara utuh ini dapat menimbulkan konflik di masyarakat, padahal agama perlu dibaca secara kritis dan dikontekstualkan setiap zamannya.
Salahnya penafsiran menjadi salah satu penyebab konflik di negara ini,banyak orang yang merasa benar akan agamanya sendiri, penganut suatu agama biasanya mempunyai kecenderungan dalam menyejajarkan persoalan kesukuan dan ras, hal ini dapat memicu konflik mengingat kita negara plural. sehingga ideologi mereka bisa melahirkan konflik antar kelas dalam masyarakat, adanya sikap tidak toleran kepada agama lain juga menimbulkan berbagai aliran sekte dalam agama.
Dalam pandangan islam ada beberapa faktor yang menyebabkan konflik yaitu : faktor manusianya yang tidak taat pada aturan dan ajaran agama, manusia cenderung suka menyebarkan konflik di masyarakat agar terjadi kerusuhan dan kerusakan lingkungan, muncul fanatisme berlebihan, dan perbedaan agama yang dianut. Kekerasan yang mengatasnamakan agama dengan dalih jihad dijalan Allah ini menjadi cikal terjadinya sebuah perpecahan. bahhkan aksi tersebut seolah-olah merupakan perintah Tuhan.
Munculnya konflik keagamaan tidak bisa disimpulkan sebagai kesalahan pemeluk agama dalam memahami ajarannya, namun, konflik dan kekerasan yang terjadi karena berbagai kepentingan yang melingkupi para pemeluk agama, seperti; kepentingan ekonomi, politik dan kekuasaan.
Indonesia yang notabene negara multikultural tidak terlepas dari kasus konflik agama, adanya konflik ini biasanya disebabkan karena sikap fanatisme mereka terhadap agamanya dan menganggap agama lain salah dimata mereka, banyaknya kasus konflik yang terjadi biasanya disangkut pautkan dengan embel-embel kepentingan politik dan ekonomi pihak berkepentingan. Agama seringkali disalahgunakan dan dimanfaatkan untuk melakukan tindakan kekerasan, pernasalahan konflik agama pada dasarnya bukan disebabkan oleh ajaran agamanya tetapi sikap ekstrisme yang dipegang oleh sejumlah oknum yang mengatasnamakan suatu agama.
Dalam lintasan sejarah agama seringkali dihubungkan dengan kasus perang salib antara umat kristen dengan umat islam, setelah itu berbagai konflik yang berhubungan dengan agama muncul seperti konflik di palestina-israel, konflik timur tengah, konflik sundan dan lainnya. Tidak semua kekerasan di dunia ini mempunyai basis keagamaan. Namun, dalam kenyataannya banyak sekali kekerasan terjadi atas nama agama. Dari hari ke hari muncul berita teror atas nama Islam, pengeboman oleh orang-orang Kristen dan Katolik, pembunuhan oleh pengikut Hindu dan Budha, dan lain-lain.
Selain itu, agama juga sering ditunggangi untuk berbagai kepentingan. Di era digital seperti ini konflik semakin rentan terjadi, konflik bergeser pada ruang dan waktu yang tak terbatas. Manusia modern berkonflik melalui media sosial, medsos digunakan untuk menebar kebencian, saling hujat, hasut menghasut, dan provokasi.
Dengan kemajuan teknologi orang dengan cepatnya memperoleh informasi, serta memberikan respon/komentar dengan bebas. Tidak jarang berita hoax dibagikan ratusan bahkan ribuan kali oleh warganet/netizen. Banyak orang yang mengkonsumsi hoax, tidak pernah tabayun (klarifikasi) sama sekali, hal semacam ini lah yang juga akan menjadi faktor penyebab konflik pada manusia modern. Melalui medsos, penyebaran paham/aliran radikal pun kian mudahnya.
Maraknya radikalisme agama, selain karena faktor penafsiran teks agama, juga disebabkan oleh mudahnya akses tersebut diperoleh, baik itu melalui pesan di WA, video-video di Youtube, dan sebagainya. Radikalisme agama seringkali menjadi penyebab konflik karena menganggap bahwa kelompok merekalah yang paling benar serta punya otoritas untuk menafsirkan teks keagamaan. Sehingga melahirkan eksklusivisme dalam beragama yang kemudian menjadikan sebuah cara (berfikir dan bertindak) yang keras bahkan beringas.
Jadi menurut saya, pada dasarnya semua agama di dunia ini diturunkan dengan misi untuk keselamatan, kedamaian, keadilan, kearifan, dan cinta kasih umat manusia, namun seiring dengan perkembangannya agama sering dilibatkan dalam konflik atau peperangan, walaupun itu bukan misi dari agama. jika agama hanya menjadikan manusia bertikai, berkonflik bahkan melakukan tindakan kekerasan maka periksalah cara kita memahami esensi agama itu sendiri.
Semua tradisi keagamaan mengajarkan cinta dan kasih terhadap sesama. untuk mengatasi konflik beragama dalam masyarakat, kita juga harus bersikap toleransi kepada agama lain, seperti dalam doktrin agama islam yang mengajarkan bahwa untuk memperoleh keselamatan dunia dan akhirat harus berbuat kebaikan, kebenaran, dan mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Selain itu sesama pemuka agama harus saling terbuka dengan saling bertukar pikir mengenai agama lain agar menambah pengetahuan dan wawasan bahwa semua agama diciptakan itu untuk berbuat kebaikan bukan untuk berkonflik.