Lihat ke Halaman Asli

Ivana Rahma Chintami

The purpose of our lives is to be happy.

Tumbilotohe, Tradisi "Malam Pasang Lampu" dari Gorontalo

Diperbarui: 4 Mei 2021   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ada yang unik dari Gorontalo pada bulan Ramadhan, yakni adanya tradisi Tumbilotohe atau orang Gorontalo lazim menyebutnya dengan "Malam pasang lampu". Tradisi ini dilakukan pada tiga malam terakhir menjelang perayaan Idul Fitri dengan menyalakan lampu dari minyak sebagai tanda untuk melepas Ramadhan.

Menurut sejarah, konon tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-15, dimana pada masa itu lampu penerangan masih minim, untuk meneranginya masyarakat dahulu membuat lampu penerang berbahan wamuta atau seludang yang dihaluskan dan diruncingkan lalu kemudian dibakar. Di tahun-tahun berikutnya alat penerangan tersebut mulai menggunakan tohetutu atau damar, yakni semacam getah padat yang akan menyala apabila dibakar dan bertahan cukup lama. 

Semakin berkembangnya masyarakat pada zaman itu, mereka mulai beralih menggunakan lampu yang terbuat dari sumbu berbahan kapas dan minyak kelap yang diletakkan diwadah seperti kima yaitu sejenis kerang dan padamala atau papaya yang dibagi menjadi dua bagian.

Seiring dengan berkembangnya zaman, bahan lampu tersebut mulai diganti dengan minyak tanah hingga sekarang ini. Bahkan dibeberapa tempat juga menggunakan lampu LED sebagai gantinya. Untuk semakin memeriahkan tradisi Tumbilotohe, pemerintah setempat sering mengadakan kegiatan sepeti pawai obor, lomba Tumbilotohe antar desa/kecamatan, dan sebagainya.

Jika Anda datang berkunjung ke Gorontalo pada malam Tumbilotohe, Anda akan dibuat takjub akan gemerlap lentera yang banyak digantung pada kerangka-kerangka kayu yang dibentuk unik menyerupai kubah masjid, kaligrafi, kitab suci Al-Quran, dan tulisan unik lainnya. Bahkan pemerintah setempat juga menjadikan momentum ini sebagai festival untuk menarik wisatawan local dan manca negara.

Kedepannya pemerintah berharap makna dari tradisi adat Tumbilotohe ini tetap menyala di dalam hati masyarakat Gorontalo dan tidak dilupakan. Karena Tradisi Tumbilotohe merupakan tradisi turun-temurun yang wajib dan harus dijaga.

Credit by: Ivana Rahma Chintami
Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Penerima Beasiswa Unggulan Kemendibud 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline