Lihat ke Halaman Asli

ivan kamarullahherianto

seniman lapangan

70 Hari Kerinduan: Meniti Jalan di Antara Harapan dan Kenyataan

Diperbarui: 25 Mei 2024   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ku yang motret ku yang sedih - ivan k.h)

70 hari. Sebuah periode di mana para pejuang di site dengan penuh semangat menahan rindu, tekanan mental, dan kerinduan kepada orang-orang terkasih yang jauh dari jangkauan kami. Site ini bukan sekadar tempat kerja, tetapi menjadi rumah kedua di mana kami berbagi cerita dengan teman sekamar. Saat kami berangkat bekerja, kami bertemu dengan rekan kerja yang memiliki tujuan yang sama, yaitu menafkahi keluarga masing-masing, dan mungkin, orang-orang terkasih.

Dengan perbedaan waktu 2 jam atau lebih, kami tidak dapat selalu menyamakan waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga. Saat kami istirahat, anak-anak kami masih ingin mendengar suara ayah mereka. Terkadang, hati kami berbicara, "Maafkan ayah karena tidak bisa bersama kamu di masa kecilmu," karena pekerjaan dan rezeki sudah diatur oleh Allah untuk bekerja di site.

Rindu bukan hanya sekadar rasa kehilangan, tetapi menjadi peperangan dalam pikiran kami. Selain rindu, kami juga merasakan tekanan mental dan fisik, dan musuh utama kami adalah kejenuhan. Kehidupan sehari-hari kami harus diisi dengan kegiatan yang menjaga keseimbangan pikiran dan tubuh, seperti olahraga, ibadah, atau berkumpul dengan komunitas yang memiliki minat yang sama. Kadang-kadang, kami hanya duduk di atas kasur mendengarkan lagu dan menatap langit-langit kamar, sambil mengingat orang-orang terkasih kami dengan pikiran, "Yuk, semangat, demi orang-orang terkasih kita."

Hari demi hari kami lewati, menghadapi hiruk-pikuk site yang menantang, membuat pikiran dan tubuh kami tercabik-cabik. Namun, semua itu lenyap ketika kami menerima surat yang bertuliskan, "Selamat cuti dan bertemu keluarga." Senang dan sedih bergabung menjadi satu dalam pencapaian ini. Tubuh lelah dan pikiran yang sudah terbayang hangatnya pelukan anak dan istri di rumah harus kami tempuh dengan perjalanan laut dan udara selama 2 hari.

Ketika kami membuka pagar rumah, raut muka kusam dan lesu kami berubah menjadi senyum bahagia. Kami disambut dengan hangat oleh keluarga yang sudah menantikan kehadiran kami. Kadang sempat terpikir oleh kami, para pekerja site, "Sampai berapa tahun lagi kah kami bekerja jauh dari orang terkasih seperti ini?" Tapi pikiran itu selalu dibantah oleh senyum orang-orang yang kita sayang, yang membuat kita menjadi semangat kembali. Tapi ada masanya kita mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan kehidupan di site ini, karena hidup bukan hanya untuk satu tempat, tapi harus di beberapa tempat yang membuat diri kita menjadi bijaksana dan dewasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline