Di sebuah negeri yang seolah kehilangan arah dalam menegakkan keadilan, sebuah kisah tragis terukir dalam sejarah finansial. Bank Centris, yang seharusnya menjadi lambang kepercayaan dan stabilitas, justru menjadi korban ketidakadilan yang mengerikan. Salah satu pemegang sahamnya, Andri Tedjadharma, terjebak dalam lingkaran setan yang tak pernah dia bayangkan.
Kasus ini berawal dari tuduhan penggelapan Bantuan Likuiditas Bank Sentral di tanah air. Tuduhan ini menjerat sejumlah bank lainnya, namun tidak semua bank tersebut benar-benar terlibat. Bank Centris adalah salah satu yang terbukti tidak memiliki hutang kepada negara. Namun, ketidakadilan tetap menghampiri.
Andri Tedjadharma menggambarkan penderitaan Bank Centris seperti seorang gadis muda yang diperkosa oleh kejamnya kehidupan. Bayangkan, ibarat gadis cantik berusia 16 tahun, yang tanpa salah apapun, dipaksa membayar kepada pemerkosanya, dipakai bergantian setiap hari hingga bertahun-tahun, dan setelah semua ini, malah dilaporkan sebagai pelacur kepada pihak berwenang.
Gadis itu menang di pengadilan. Menang, karena kebenaran berpihak padanya. Tetapi, nasib terus berkata lain kepadanya. Tidak puas dengan hasil itu, para pelaku merampok semua yang dia miliki, memaksanya tinggal di bawah jembatan dan memenjarakannya selama 26 tahun. Beginilah ibaratnya.
Andri Tedjadharma dan Bank Centris, terbukti tidak pernah menerima uang dari Bank Sentral. Dengan demikian, mereka bukanlah obligor. Menagih hutang pada seseorang yang tidak pernah berhutang adalah tindakan kejahatan. Lebih buruk lagi, menyita, merampas, dan melelang harta seseorang yang tidak berhutang adalah perbuatan yang lebih keji daripada perampokan biasa---itu adalah pembunuhan karakter dan kehidupan.
Selama bertahun-tahun, Andri memohon bantuan ke berbagai pihak di negeri ini, namun suara keadilan seakan tidak pernah sampai ke telinga mereka yang berwenang. Dia berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar keadilan ditegakkan. Andri percaya bahwa mereka yang menzalimi dia dan Bank Centris pada akhirnya akan berhadapan dengan Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta, yang akan menentukan dan memutuskan nasib mereka.
Kisah ini bukan hanya tentang perjuangan melawan ketidakadilan, tetapi juga tentang keteguhan hati untuk terus bertahan. Bank Centris dan Andri Tedjadharma adalah simbol perlawanan terhadap kezaliman yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya melindungi.
Semoga keadilan segera datang, dan mereka yang telah berbuat lalim menerima hukuman yang setimpal. Hingga saat itu tiba, perjuangan ini akan terus dikenang sebagai bukti bahwa kebenaran akan selalu mencari jalannya, tidak peduli seberapa panjang dan gelapnya malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H