Lihat ke Halaman Asli

Iva Farkhanah

Mahasiswa

Maraknya Tren Belanja Online di Kalangan Masyarakat Desa

Diperbarui: 4 Desember 2021   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Maraknya Tren Belanja Online di kalangan masyarakat desa

Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan baik itu sandang, pangan dan papan. Semua itu harus terpenuhi agar dapat menjalani hidupnya. Manusia membutuhkan makan, minum, pakaian,serta tempat tinggal dan interaksi dari individu lainnya. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, kebutuhan sehari hari bisa kita cari secara mudah. Hal ini karena adanya teknologi yang semakin canggih. mari kita ambil contoh yakni adanya fenomena belanja online yang sedang marak. Mungkin sudah tidak asing lagi jika manusia zaman sekarang memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan jasa e-comerce untuk berbelanja. Jadi mereka hanya duduk santai dan memegang ponsel dan mereka bisa membeli apa saja yang tertera di ponsel mereka . dan transaksi pembayaran dan pengimiran juga praktis. Sehingga kita tidak perlu keluar rumah untuk membeli apa yang kita mau. Mungkin trend belanja online ini tidak terjadi di perkotaan saja , namun sekarang masyarakat desa juga memanfaatkan adanya teknologi yang semakin canggih ini.
Belanja online merupakan kegiatan jual beli dengan menggunakan internet dan media online. Sehingga antara pembeli dan penjual tidak perlu bertemu langsung. Dan transaksi seperti pembayarannya sudah diatur sepraktis mungkin agar pengguna/individu yang melakukan proses belanja online lebih mudah. Inilah yang dinamakan perubahan dimana masyarakat sudah mulai beradatasi dengan teknologi yang semakin canggih. namun perubahan ini harus dibarengi dengan kontrol, jangan karena adanya tren belanja online ini kita menjadi individu yang konsutif
Berbicara mengenai tren belanja online yang semakin marak saat ini mungkin faktor mereka melakukan tindakan ini adalah kemudahan yang diberikan oleh pihak e-comerce agar belanja online ini dapat dijangkau dengan mudah baik itu dari proses transaksi, proses pengiriman, bahkan produk yang ditawarkan juga menarik dan bagus. Apalagi semenjak adanya pandemi, semua tempat perbelanjaan juga ditutup sehingga masyarakat melakukan kegiatan belanja secara online artinya mereka tidak perlu bertemu. Tak hanya itu faktor masyarakat melakukan belanja online adalah produk yang ditawarkan beragan dan mereka bisa membandingkan harga produk yang akan dibeli. Tren belanja online ini juga terjadi di masyarakat pedesaan. Dimana dulu masyarakat desa melakukan proses jual  beli dengan bertatap muka langsung. Seperti halnya yang sering kali saya temui adalah remaja pedesaan mulai memanfaatkan ponselnya untuk berbelanja online di e-ecomerce seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, Bukalapak dan lain sebagainya. Menurut mereka dengan adanya perkembangan zaman, tren pakaian juga berubah sehingga sering kali saya temui remaja berbelanja pakaian untuk mengikuti tren fashion jaman sekarang. Tak hanya berbelanja pakaian mereka seringkali berbelanja kosmetik dan perawatan wajah lainnya.
Hal inilah yang bisa menimbulkan sikap konsumtif artinya seseorang membeli produk yang sebenarnya tidak ia butuhkan melainkan membeli produk yang mereka suka dan inginkan. Apalagi dalam website/e-comerce pasti ada hari hari tertentu yang dimana hari itu terdapat banyak diskon besar besaran, sering kali masyarakat memanfaatkan momen ini untuk berbelanja. Seperti yang dikatakan oleh Weber bahwa pada dasarnya manusia melakukan tindakan itu didasari oleh motif dan tujuan. Seperti berbelanja online di tanggal tanggal cantik, individu melakukan belanja online di hari itu dengan tujuan mendapatkan diskon dan harga yang murah dari hari biasanya.
Setiap teknologi pasri memiliki kekurangan dan kelebihan seperti berbelanja online ini kelebihannya adalah mudah digunakan, praktis, bisa berbelanja dimana saja, serta tidak perlu bertatap muka dengan pembeli namun yang menjadi dampak buruk dari belanja online adalah menimbulkan sikap konsumtif. Sehingga kita tidak mengontrol mana barang yang seharusnya dibel dan mana barang yang seharusnya dibeli. Sehingga kita dapat meminimalisir pengeluaran kita. Jika kita melakukan kebiasaan berhemat dan menabung, maka kita bisa menyimpan pendapatan tersebut untuk keperluan yang penting di masa mendatang.
Jadi solusi yang mungkin bisa dilakuakan dari tren belanja online adalah kesadaran kita agar selalu mengontrol pengeluaran kita, memilah kebutuhan yang seharusnya dipenuhi dan kebutuhan mana yang seharusnya bisa ditunda dikemudian hari. Sehingga pendapatan yang kita peroleh dapat kita tabung untuk keperluan yang lebih mendesak di masa yang akan datang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap manusia pasti melakukan tindakan karena tindakan merupakan cara mereka untuk mencapai tujuan. Seperti berbelanja di website atau e comerce seperti shopee, lazada, tokopedia dan lain sebagainnya itu merupakan tidakan seseorang untuk mendapatkan produk yang dibutuhkan. Tren berbelanja online ini sudah marak di perkotaan dan pedesaan akan terapi tren berbelanja online ini bisa menimbulkan sikap konsumtif, jadi produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan itu tidak perlu dibeli sehingga kita bisa melakukan hidup hemat untuk kebutuhan dimasa mendatang. Seperti kata weber bahwa sikap konaumtif ini merupakan tindakan afeksi dimana tindakan ini dilakukan oleh seseorang karena adanya dorongan dari perasaan emosionalnya sendiri dan adanya dorongan dari luar seperti tren belanja online hanya untuk memenuhi kebutuhan tren fashion zaman sekarang. Akan tetapi hal ini dapat kita kontrol dengan baik jika kita mampu memanajemen keungan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline