Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Foopak, Inovasi Kemasan Makanan Aman dan Ramah Lingkungan

Diperbarui: 4 April 2017   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Varian kemasan untuk berbagai jenis menu makanan. (foto-foto: dok.pribadi)

Sudah jamak saya dengar isu kemasan pangan yang berbahaya. Kemasan ini bahaya, itu bahaya, sampai ada orang yang pernah nyeletuk, apa sebaiknya kita pakai daun pisang saja? Hehehe…

Tapi daun pisang pun tentu tidak bisa menjadi solusi, mengingat daun dari tanaman berbatang silidris berlapis ini mudah robek, jadi hanya dipakai sebagai pelapis dari kemasan makanan yang ada. Kemasan makanan yang umum kita gunakan untuk take-away makanan yaitu styrofoam, kertas nasi berwarna coklat, boks nasi, plastik bening dan kantong kresek.

Isu keamanan pangan menjadi semakin serius ketika didukung pula dengan penelitian ilmiah, sebagai contoh, material polistirena busa—nama generik dari material yang lazimnya disebut sebagai styrofoam. Styrofoam sendiri sebenarnya merupakan nama dari sebuah merek dagang.  

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kemasan styrofoam boleh digunakan sebagai kemasan makanan, namun dengan beberapa syarat yaitu tidak digunakan untuk mengemas makanan secara langsung, harus diberi alas misalnya plastik atau daun pisang, dan yang paling penting tidak boleh digunakan untuk mewadahi makanan dengan kadar minyak tinggi dan dalam keadaan panas.

Selain styrofoam yang pernah diteliti BPOM, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga pernah meneliti kertas nasi berwarna coklat yang diketahui tidak aman dari aspek higienitasnya. Kertas nasi ini terbuat dari material kertas daur ulang yang mengandung risiko bakteri berbahaya, karena dicetak tanpa melalui proses sterilisasi. Per gram kertas nasi mengandung bakteri 1,5 juta koloni, artinya dalam selembar kertas nasi mengandung sekitar 150 juta bakteri.

Roadshow Food Safety Packaging di Rumah Maroko, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 24 November 2016. Dokumentasi pribadi

Dalam sebuah acara bertajuk Roadshow Food Safety Packaging, diperkenalkan Foopak sebagai sebuah teknologi terbaru dalam segmen produk kemasan pangan, yang merupakan teknologi asli buatan dalam negeri.

Datang ke event yang dihadiri narasumber dari BPOM, LIPI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, akhirnya membuka pengetahuan saya sebagai blogger, bahwa ternyata isu styrofoam dan kertas nasi itu memang benar adanya.

Sesi pemaparan materi keamanan pangan dengan narasumber dari BPOM, LIPI, dan LPPOM MUI. Dokumentasi pribadi

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, tak tanggung-tanggung roadshow tersebut diadakan di tiga kota secara marathon yakni di Jakarta (24/11/2016), Bandung (29/11/2016) dan Semarang (1/12/2016).

Atul Tyagi selaku Foopak Technical Expert menjelaskan, Foopak terbuat dari material kertas berkualitas. Bahan baku kertas berasal dari kayu yang ditanam di area konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI), bukan hutan alam. Oleh sebab itu, konsumen tidak perlu ragu dengan masalah konservasi lingkungan di hutan hujan tropis Indonesia. Material kertas kita ketahui pula lebih ramah lingkungan, karena mudah terdegradasi secara alamiah.

Atul Tyagi, Foopak Technical Expert. Dokumentasi pribadi

Selain itu, kemasan makanan ini telah mengantongi sertifikasi FDA (Food and Drugs Administration) dan ISEGA (Industrie Studien und Entwicklungsgesellschaft Aschaffenburg)—sertifikasi kemanan pangan dari Jerman.

Di tingkat nasional, Foopak telah mendapat rekomendasi dari BPOM, peneliti LIPI, dan tersertifikasi Halal dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline