Lihat ke Halaman Asli

Kertas Pembungkus Makanan dan Bahaya yang Mengintainya

Diperbarui: 4 April 2017   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kertas pembungkus makanan (Foto: istimewa)

Gaya hidup sehat saat ini sudah semakin populer. Untuk menerapkannya, orang tidak hanya rajin berolahraga, tetapi juga dalam urusan pangan lebih memilih makanan sehat, terutama tidak mengandung bahan kimia aditif berbahaya. Namun ketika kita memilih untuk membeli makanan di luar, terkadang faktor keamanan dari pembungkus makanan sering disepelekan.  

Salah satu bahan pembungkus makanan yang paling banyak digunakan secara luas adalah kertas. Kertas merupakan material yang harganya murah dan cenderung lebih ramah lingkungan karena dapat didaur ulang. Jika bahan kertas daur ulang dipakai sebagai pembungkus kado atau hadiah, tentu tidak ada masalah. Lain halnya jika bahan tersebut digunakan sebagai wadah atau bungkus makanan.

Pasalnya, kertas daur ulang berasal dari kertas koran atau boks karton bekas yang mengandung bahan berbahaya seperti timbal dari tinta cetak, bahan perekat, lilin, dan jenis bahan kimia lainnya. Apabila kertas daur ulang dijadikan kemasan pangan primer (kontak langsung dengan makanan), kandungan bahan berbahaya tersebut dapat mencemari makanan yang akan kita makan. Bahkan dampak buruknya bisa terakumulasi dalam tubuh kita.

Ada beberapa jenis kertas yang lazim dipakai sebagai bahan pembungkus makanan. Dua di antaranya  paling sering kita temui sehari-hari yaitu ONP (old newspaper/old news print) dan OCC (old corrugated containers).

ONP atau kertas bekas dari koran cetak dan fotokopian, banyak dijadikan sebagai bahan baku kotak kemasan makanan, ciri-cirinya adalah warna abu-abu dan berbintik-bintik warna hitam di bagian dalam.

Kertas jenis ONP (Foto: www.paperindex.com)

Foto: istimewa

OCC atau kertas bekas karton boks, ciri-cirinya berwarna coklat dan berbintik-bintik warna hitam, dan banyak digunakan sebagai kertas pembungkus makanan.

Kertas jenis OCC (Foto: www.paperindex.com)

Foto: idntime.com

Harganya yang murah menjadikan kertas banyak dimanfaatkan oleh para pedagang makanan sebagai pembungkus, contohnya pedagang gorengan, nasi padang, dan warteg.

Tidak hanya bisnis UMKM saja, banyak pengusaha makanan di level menengah ke atas seperti kafe dan restoran ternama yang masih menggunakan kertas daur ulang untuk packaging produk mereka. Faktor penghematan atau bisa jadi karena ketidaktahuan menjadi alasannya.

Padahal, bahaya yang mengintai di balik pembungkus makanan yang berbahan ONP dan OCC sungguh nyata. Hasil riset LIPI membuktikan bahwa kandungan bakteri dalam kertas nasi yang terbuat dari kertas daur ulang adalah sebanyak 1,5 juta koloni/gram. Sebelum diproses di pabrik, ONP dan OCC ditumpuk di area terbuka yang langsung terpapar terik matahari, debu, kotoran, hingga air hujan.

Lalu bagaimana sebaiknya kita menyikapi isu ini?

Dikutip dari Antaranews, Jumat (6/11/2015), pengamat industri kertas Muhammad Adjidarmo mengimbau agar masyarakat cerdas memilih kemasan makanan yang memiliki label food grade, suatu material yang memenuhi syarat digunakan untuk memproduksi perlengkapan makan. Cara mengetahuinya adalah kemasan makanan itu harus memiliki ciri-ciri putih, tidak berbintik dan tidak tembus minyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline