Lihat ke Halaman Asli

Ittiba muslimah

Mahasiswi STIBA Arraayah Sukabumi

Manisnya Ukhuwah dalam Sepotong Biskuit Hatari

Diperbarui: 12 Maret 2021   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

     Hatari Biskuit adalah brand biskuit yang berhasil meraih penghargaan Anugerah Brand Indonesia 2018. Brand biskuit yang sampai saat ini masih eksis menghiasi etalase-etalase juga rak-rak toko.

     Namun, topik pembicaraan di sini bukan tentang gemilangnya brand Hatari, melainkan tentang apa makna dibaliknya bagi kami (Beberapa Mahasiswi STIBA Arraayah Sukabumi) ditahun itu. 

     Tahun dimana brand Hatari mendapatkan penghargaan adalah tahun pertama aku menjadi bagian dari keluarga besar Arraayah. Aku mengenal brand Hatari sebagai menu Handalan mayoritas mahasiswi untuk berbuka puasa, makanan yang selalu menemani  saat jaga malam, serta cemilan di momen-momen kebersamaan lainnya. Kalian tahu Kenapa makanan ini yang menjadi pilihan?. Karena makanan ini tidak memerlukan sendok ataupun garpu untuk menyantapnya, dan juga tanpa secangkir teh hangat sebagai pelengkapnya. Makanan yang cukup sederhana ini  sudah sangatlah cukup bagi kami. Bukan karena rasanya, juga bukan karena harganya yang terjangkau. Namun, momen kebersamaannya yang membuat makanan ini terasa begitu lezat untuk menemani hari-hari kami.

     Tha'am Ukhuwah, begitu beberapa  mahasiswi menamainya pada saat itu, nama yang hanya dikenal oleh sebagian dari kami, nama yang diambil dari bahasa sehari-hari kami yaitu bahasa Arab. Tha'am sendiri memiliki arti makanan, sedangkan ukhuwah memiliki arti persaudaraan. Jadi, artinya adalah makanan persaudaraan. Atau makanan untuk memperkuat tali persaudaraan.

     Ketika aku bertanya kepada seniorku  perihal sebab penamaan hatari dengan tha'am ukhuwah, dia menjawab:
"karena isinya yang banyak".
Aku yang masih terbilang mahasiswi baru waktu itu sedikit bingung dengan jawabannya. Lalu kembali aku bertanya tentang sangkut paut juga hubungan antara isinya yang banyak dengan ukhuwah atau persaudaraan. Dia menjawab:
"karena ketika isinya banyak, maka kita bisa berbagi kepada orang yg lebih banyak pula, menyantapnya bersama-sama".
" Allahuakbar". Sepontan aku bertakbir mendengar jawabannya.
     

     Begitu tingginya ukhuwah dijunjung tinggi, didekap kuat, digenggam erat-erat. Panorama indah yang peluangnya untuk dinikmati oleh setiap orang sangatlah rendah. Memang tak dapat dipungkiri betapa ukhuwah islamiyah itu tercermin jelas dalam kehidupan sehari-hari di ma'had tercinta ini. Tak hanya dalam sepotong biskuit hatari, tapi juga dalam manisnya senyuman serta salam sapa saat berpapasan satu sama lain, saling bangun-membanguni di sepertiga malam terakhir untuk sama-sama bermunajat kepada sang maha penguasa, menghinakan diri di hadapanNya.
     

     Inilah salah satu alasan diantara alasan tak terbilang lainnya yang selalu berhasil merampas decak kagumku  untuk Arraayah. Allahumma zid fiihaa wa fii ahlihaa barokatan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline