Lihat ke Halaman Asli

itsna sofuria

Mahasiswa

Perjalanan Menuju Ridho-Nya

Diperbarui: 10 Juni 2023   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentang langkah, Mungkin langkahku memang tidak secepat langkahmu tapi tak mengapa,karena hidupku sepenuhnya adalah tanggung jawabku. Dan setidaknya, sampai saat ini aku masih terus Semangat untuk berjuang dan selalu percaya akan ketentuan- nya. Aku hanya yakin, bahwa pada akhirnya aku akan sampai pada tujuanku. Semoga Allah SWT dan semesta mengizinkan.

Tentang Syukur ,Belajar bersyukur tanpa terukur,adalah belajar menerima segala ketentuan -nya tanpa perlu alasan.Berterima kasih atas garis masa kita yang tak akan pernah tertukar dengan lain manusia, apapun keadaan yang terkandung di dalamnya. Senang,susah,bahagia,maupun duka.Belajar sebab kita tak serta merta terlahir dengan kemampuan bersukur yang baik.kita hadir untuk belajar menerima segala hal. Sedikit demi sedikit.kalau saja kita mau mengerti apa - apa yang menjadi jejak - jejak masa kita saat menoleh ke masa lalu adalah takdir,takdir terbaik  yang Allah SWT berikan pun kita memandang lurus ke depan,jalan mana yang kita pilih saat berjumpa persimpangan adalah kebaikan yang paling baik dari-nya. Hati diarahkan sedemikian rupa seperti semut yang di tuntun cahaya.

Selamat Berjuang, kejar semua mimpimu buktikan kepada semua orang ,pasti kamu bisa jangan sampai ada kata menyerah hadir dalam hidupmu. Jangan ada kata bosan setiap kali menghafal Al Qur'an. Semua butuh proses,tidak ada yang instan dan Hasilnya pasti membawa berkah ke semua orang. Mungkin ini Adalah pilihan terbaik yang Allah SWT berikan. Fokus, sabar, komitmen berusaha dan berdo'a Adalah kunci segala. 

Merantau pertama kali di tanah orang lain. rasanya diaawal adalah penuh dengan kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, galau dan sebagainya,  Lalu juga mengalami homesick dan kangen akan kampung halaman kangen akan keluarga dan teman di kampung halaman, bahkan sampai ingin pulang kembali lagi. Namun seiring berjalannya waktu, saya perlahan-lahan menerima keadaan dan mulai beradaptasi, mulai mendapatkan lingkungan sosial baru, mulai terbiasa dan pada akhirnya hal yang semula saya takuti itupun sudah menjadi zona nyaman saya yang baru.

Boyolali 2021, Nisa memulai langkah untuk merantau ,untuk meraih impian, masa depan yang di Ridhoi- nya. Setelah lulus Madrasah Aliyah nisa memutuskan ingin melanjutkan untuk menghafal Al Qur'an ,ia menyampaikan keinginannya kepada orang tua. Sebenarnya orang tua nisa menginginkan nisa untuk melanjutkan pendidikan di perkuliahan tetapi nisa terus mendesak agar orang tua ( Ayah ) mengizinkan. Setelah terus menerus  berusaha meyankinkan sang Ayah akhirnya nisa di izinkan dengan Syarat harus bertanggung Jawab atas keinginanya itu karena menjadi penghafal Al Qur'an tidaklah mudah dan nisa juga pertama kalinya merantau jauh dari orang tua

Namanya Nisatul Hasanatul Semangatnya kian membara Cita-cita yang dia inginkan, justru membuatnya terus bersemangat meskipun ia harus kehilangan dunia pendidikan. Ada rasa kebanggaan tersendiri ketika ia mulai menghafal Al-Qur'an. Setiap kata yang ia hafal, membuat dunia mejadi genggamannya. Ia tak pernah tau bagaumana nasib akhirnya, yang jelas ketika dia berusaha untuk kedua orang tuanya adalah kebahagiaan yang ia impikan.sekarang ia menjadi santri salah satu pondok tahfidz di Boyolali, bermula ketika hendak masuk ke perguruan tinggi. 

Namun ia kembali mundur karena ada harapan yang harus ia wujudkan yaitu menjadi hafidzhoh.Karena giatnya dia, membuatnya terlalu fokus dan tidak begitu tau dunia luar Meskipun dia asli Yogyakarta  jika ditanya tentang Pasar bringharjo yang cukup terkenal itu, ia juga tidak begitu tau apalagi tentang seputar tempat wisata ia tidak mau mengenal dahulu, jika itu membuatnya terlena dari Al-Qur'an. Bahkan tentang sosial media ia jarang sekali update Semuanya ia lakukan demi fokus kepada Al-Qur'an.selain menjaga akhlaqnya,ia juga mampu menyelesaikan 2 tahun menghafalnya dengan lancar.

Selain itu, selesai menghafal ia tidak lansung pulang ia kemudian mengabdi sebagai Musyrifah di pondoknya itu. Jika ditanya lelah atau tidak, jenuh atau tidak Dia bilang ketika dia merasakan itu ada air mata yang mengalir, mengingat tentang perjuangan orang tuanya yang membiayai dan membesarkan hingga saat ini. Rasa jenuh memang pasti ada, tapi dengan mengingat perjuangan orang tua dan penantian nya akan keberhasilan,akan usahanya dalam menghafal Al-Qur'an, Tidak ada kata egois, tapi yang ada kata berbagi. Tidak ada kata bangkit sendiri tapi yang ada kata bangkit bersama. Memang tidaklah mudah jika saat harus berjuang harus berani berkorban.

Ia mengakui bahwa saat menjadi santri, semua temannya adalah keluarga kedua baginya nikmat saat menghafal, mulai ia rasakan saat ia mulai berkenalan dengan Al-Qur'an. juga dirasakan oleh kedua orang tuanya saat di rumah. Dimana, kedua orang tuanya lancar rejekinya.Ditanya tentang kesulitan, dia mengungkapkan bahwa jangan pernah berpikir tentang sulit atau tidak.anggaplah semuanya mudah, karena bila kita ingin mudah maka kita harus mencintai sesuatu tersebut. Mungkin bagi orang pada umumnya, menganggap bahwa yang menghafal kemudian menjaga adalah hal yang sulit. Namun tidak bagi Mbak nisa ini, karena ketika dia menghafal maka ia harus mencintai Al-Qur'an dulu, sehingga mudah bagi dirinya untuk menghafal ayat demi ayat.Menghafal bukanlah untuk pameran nama. Tapi tentang menghafal adalah dunia baru bagi yang ingin tau tentang Al Qur'an.Jika di tanya  tentang melanjutkan pendidikan atau tidak. Mba nisa masih ingin fokus dulu terhadap apa yang dipegang saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline