Lihat ke Halaman Asli

Itsna Khoir

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Twitter dan Politik

Diperbarui: 14 Desember 2019   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: happenings.com.ng

Fakta bahwa masyarakat pada umumnya menyukai perbincangan mengenai politik membuat orang-orang memperbincangkannya di segala tempat. 

Di tempat kerja hingga warung kopi tak luput memperbincangkan hal-hal terkait pemerintah yang sedang berkuasa, kebijakan-kebijakan pemerintah hingga kontroversi oposisi terus digali dan dibahas baik dengan kondisi santai maupun kondisi urat saraf menegang. 

"Kalau urat saraf sudah menegang, tinggal dijadikan bakso saja", kata NU Garis Lucu dalam akun twitternya.

Memang Twitter hingga kini masih saja menjadi primadona banyak orang, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Sayangnya keberadaan twitter yang beberapa tahun lalu menjadi ajang cuitan receh-nan-asyik, berubah menjadi ladang hoax dan buzzer politik. 

Mungkin saja karena belakangan adalah masa-masa kampanye pilpres yang merupakan ajang kontestasi paling besar dalam jagad perpolitikan. 

Para pendukung masing-masing calon terus menggelorakan prestasi-prestasi calonnya, atau mungkin juga hal-hal memalukan yang dimiliki paslon saingannya.

Bicara politik bicara juga mengenai strategi kemenangan. Politikus tentunya memeliki strategi-strategi handal untuk terus memenangkan ajang perpolitikan seperti tahun pamilu semacam ini. Di antaranya timbul hoax, serta yang paling gencar adalah mengenai isu SARA yang bisa dibilang tahun ini 'sukses' menjadi sasaran empuk politik.

Hanya alasan mendukung paslon idaman, banyak orang jadi rela mati-matian mempertahankan argumennya mengenai paslon yang didukung. Bahkan informasi palsupun rela mereka lontarkan demi paslon idaman. 

Entah memang ada kepentingan politik dibaliknya atau hanya sekedar membela patronnya. Yang jelas media seperti twitter tak lagi mesra seperti dahulu kala.

Memang twitter adalah media opini paling mudah, namun opini-opini yang bermunculan itu sekali lagi tak dapat dipastikan kebenarnnya. Namanya juga opini. Tapi opini penggiringan itulah yang membahayakan orang banyak. 

Netizen, sebutan pelaku dunia maya memang sudah tergeser pola pikir dan perilakunya. Hingga cuitan-cuitannya di twitter amat meresahkan pengguna twitter lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline