Lihat ke Halaman Asli

Itsna Berliana Nabila

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Setelah Pukul Satu

Diperbarui: 13 Maret 2024   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diri bergelimang sendu, meneduh diantara ruas-ruas harap yang tidak lagi utuh

Walaupun berkelok jalan kepadamu, Juni tidak menepis pertemuan netra kala itu

Jua panah yang tiba secara tiba-tiba tepat diatas mata, tidak meleset satu inci pun

Sekian detik kemudian menit terlewat tanpa sepatah suara, sunyi tidak ada percakapan hangat tengah malam lagi

Setelah pukul satu langit berkata sendu; beralasan tidak mau kelabu walaupun seharusnya tidak perlu begitu

Setelah pukul satu gundah mulai menyerbu, menyerang sampai titik hitam di pojok ruangan biru

Biarkan saja, biarkan sampai kembali menyerang hingga tiada apa tersisa

Menyerah dengan kelabu kemudian menari bersama gemuruh badai yang dulu kau coba tenangkan

Biarkan saja, biarkan terluka sampai noda merah tak mampu bersuara

Hatimu tidak butuh aku, dirimu hanya butuh kamu bukan sosok pria tanpa nama yang tak kunjung bertemu

Kalau saja tidak ada deru motor yang terdengar setiap kali kendaraan itu duduk terdiam sampai tengah malam

Ingin disudahi saja dipotong hidup hidup tanpa sempat menghirup, mati saja jangan bangun berkali-kali lagi

Sewindu kurang lebih, sudah nadir hadirmu

Setelah pukul satu, cukup sudah tidak perlu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline