Lihat ke Halaman Asli

Satan atau Indigo ?

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Satan atau Indigo ?

Menurut Emiritus guru besar Jean La Fontaine di Guardian, misionaris Barat yang meluaskan kepercayaan di Sentral Afrika bahwa "Kuasa Gelap" bisa memiliki dan menguasai jiwa seseorang. Apalagi dari keyakinan Pentakosta sangat aktif dengan hal-hal seperti ini, seperti juga dalam tanggapan mereka atas sebab dan akibat terhadap anak-anak pintar dan IQ rendah, yang ngompol di tempat tidur, yang bertingkah laku agak berlainan, yang kena trauma ... Kelompok tersebut lupa dan tidak menghiraukan bahwa mereka masih anak-anak. Anak-anak atau siapapun yang jiwanya dimiliki oleh satan harus membuat pengakuan terlebih dahulu. Cara yang di pakai oleh kelompok tersebut adalah cara "paksaan" bukan cara "sukarela". Dan sudah pasti akibatnya bisa "fatal".

Satan itu personifikasi dari kejahatan atau antagonis dari Tuhan atau Allah. Dikarenakan satan dkk berontak kepada Tuhan, maka mereka diusir dari Surga. Masih banyak orang percaya bahwa satan yang diciptakan oleh Tuhan atau Allah itu ada.

Theolog-theolog sampai sekarang masih bingung karena, apa sebabnya Tuhan atau Allah memberikan ruang dan kerajaan pada satan ?. Sedangkan yang lainnya yang tidak mengikuti perintah Tuhan atau Allah dimusnakan kecuali Nabi Nuh dan keluarganya. Sudah jelas pekerjaan satan itu menggairahkan manusia supaya melawan perintah Tuhan.

Banyak orang masih percaya bahwa satan bisa memiliki dan menguasai manusia yang dinamakan “kemasukan”. Dongeng-dongeng begini dihidupkan terus oleh tokoh agama, dukun-dukun dan orang orang yang berprofesi yang tidak jelas, supaya mereka tidak kehilangan kekuasaan, pekerjaan atau aktivitas. Orang cacat atau sakit berat, masih banyak ditabukan karena dianggap kecacatan mereka diakibatkan kemasukan satan atau hukuman Tuhan.

Contoh yang terjadi sekarang di Belanda pada orang Maroko yang menderita schizofrenia. Penderita schizofrenia dari grup ini enam kali lipat dari pada pribumi, ini dikarenakan juga karena pendidikan di rumah orang tua yang konservatif dan hidup di luar itu sangat bertentangan. Apa yang terjadi pada mereka, sinyal pertama yang di dapatkan oleh penderita, dianggap kemasukan atau gila. Keluarga kebingungan karena membicarakan hal ini di kelompok mereka sangat tabu karena masih dilihat sebagai hukuman Allah. Jadi si penderita dibawa ke Imam. Di Imam tidak tertolong lalu lari ke negara asalnya untuk mencari dukun. Dukun juga tidak bisa menolong mereka dimana akibat dari penderita tambah parah dan tentunya efek dari masyarakat besar seperti perlakuan kriminal.

Imam dan dukun hanya bisa berkesimpulan bahwa kekuatan iblis yang masuk pada si korban sangat kuat. Padahal dengan pengobatan medikal, schizofrenia bisa terkontrol. Setiap pembicaraan sama psikiater, pertanyaan yang sering datang yaitu : "Apakah saya schizofreen karena Allah menghukum saya ?" dan pertanyaan ini bukan hanya pada orang Maroko tetapi Muslim umumnya.

Atau kejadian seperti di Bali yang beragama Hindu dimana banyak tuhannya yang diperlihatkan di TV Belanda. Penderita schizofrenia dirantai dan dikeram di gudang seperti binatang, menerima makan dan minumpun sangat minim apalagi mandi itupun tidak pernah dilakukannya. Karena si korban dianggap berhubungan dengan hantu-hantu, dan masyarakat di lingkungan si penderita tidak perduli dan menganggap bahwa apa yang terjadi pada si penderita dianggap sebagai karmanya sendiri. Hidup sebagai patung jauh lebih makmur dari pada si penderita ganguan otak.

Tetapi kemasukan itu belum ada artinya dibandingkan dengan manusia yang berpikir mandiri dan bebas yang dituduh bekerja sama dengan satan. Tidak heran jika kita mengaku sebagai atheis, masih banyak tempat di dunia ini yang belum bisa menerimanya dan bisa berakibat yang tidak menyenangkan. Contohnya Alexander Aan di Sumatra Barat atau baru yang terjadi di Tunis pada Jabeur Mejri en Ghazi Badji, di hukum 7,5 tahun

Orang percaya bahwa satan itu ada bermacam-macam wujud rupanya. Bisa berbentuk sebagai binatang dan juga sebagai manusia. Kerjasamanya bisa dilihat dalam sisi seksual. Dalam sejarah agama Kristen, banyak reportasi mengenai keintiman manusia dengan satan. Sebagai satan laki-laki atau wanita. Orang Arab menyebutnya "Jinn". Keturunan dari mereka itu “wanita penyihir”, nenek-nenek jahat atau ahli sihir. Mereka dilihat sebagai perusak karena mempunyai kekuatan iblis.

Iblis melakukan sex dengan manusia bukan untuk sex atau membuat keturunan tetapi sex sebagai instrumen untuk menggoda. Satan memakai wanita untuk menggoda lelaki sampai mendapat pikiran tidak bersusila, lalu melakukannya. Apalagi kalau sedang puber, iblis akan menggoda terus. Jadi bagi para wanita, pada masa muda, mereka harus belajar waspada atau berhati-hati terhadap pria, kalau pria mengajak melakukan sex maka tindakan ini semua adalah pekerjaan iblis. Apakah ini cara mendidik atau tidak ? yang jelas, ada dua keuntungan. Diluar mencegah kehamilan, juga sekaligus mempromosikan agama dengan cara menakutkan orang.

Satan mengkont(r)ol manusia (dunia) dengan sex. Karena cara penetrasi lebih efisien dari pada mencoba lewat “iman” seseorang. Tetapi waktu zaman abad pertengahan, di dunia barat, sewaktu Paus dan the inquisition merajalela, perbuatan mereka tidak lebih kurang dari pada satan atau iblis yang mereka definisikan. Jadi tidak heran kalau banyak orang dibunuh atau dibakar karena tuduhan tersebut. Pelaku-pelakunya merasa dirinya hebat karena melakukan sesuatu yang baik untuk manusia dan mendapat pujian dari Tuhan. Sudah jelas lewat wakilnya di dunia. Sampai sekarangpun hal yang demikian masih aktual. Karena upahnya mendapat tempat VIP di Surga.

Begitulah manusia, ternyata mempunyai kebutuhan untuk membuat kejahatan sampai yang sangat bengis demi “kebaikan”. Hanya Agama yang bisa membuat orang baik bisa menjadi orang jahat. Dan ini semua dilemparkan kepada tanggung jawab Tuhan dan iblis. Mengambil tanggung jawab sendiri tidak berani. Tidak heran Slogan : “Ia mengampuni dosa kita” itu sangat laris. Lebih berdosa, lebih laris.

Di masa modern sekarang ini, manusia tidak lagi "having sex" dengan satan atau iblis melainkan dengan "alien" atau mahluk dari ruang angkasa, anaknya, dinamakan "anak indigo".

Kesimpulan: Iblis dan Tuhan itu proyeksi dari manusia. Lihat saja sebagai pragmatis, semua tergantung situasi. Inilah manusia tergantung bagaimana kita melihat diri kita di kaca.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline